Jakarta, (Tagar 20/3/2019) - K.H. Saifuddin Zuhri merupakan seorang tokoh penting dalam sejarah Indonesia dan organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Dia juga pernah menjadi Menteri Agama RI pada tahun 1962 - 1967, jabatan yang kini dilanjutkan oleh putranya, Lukman Hakim Saifuddin.
Saifuddin Zuhri lahir dari keluarga sederhana Di Sokaraja, Banyumas, pada 1 Oktober 1919. Sang ayah, Haji Muhammad Zuhri berprofesi sebagai petani, sedangkan Ibunya, Siti Saudatun adalah seorang pengrajin batik.
Menurut penelusuran Tagar News, berbagai sumber menyebutkan Saifuddin kecil menghabiskan masa tumbuh besar di daerah kelahirannya. Mengawali pendidikan dasar di sebuah Madrasah, ia juga rutin mengaji Alquran pada malam hari, membuat bekal ilmu agamanya kian mantap.
Pada usia kanak-kanak, Saifuddin disebut telah fasih membaca Alquran dan mengkhatamkan beberapa kitab. Ketika berusia 13 tahun, dia sudah mengkhatamkan kitab Safinah, Qathrul Ghaits, Jurumiyah, dan kitab kuning lainnya.
Jelang remaja, Saifuddin mengembara ke kota Solo, Jawa Tengah. Disana ia menimba ilmu sembari mencari penghidupan sebagai pelayan di sebuah toko. Bakat menulis yang ia miliki, menolongnya masuk sebagai staf koresponden pada sebuah surat kabar Pemandangan.
Baca juga: Profil KH M Wahib Wahab Menteri Agama ke-9 RI, Kakek Romahurmuziy
Selain berprofesi sebagai wartawan surat kabar, ia juga menjadi guru madrasah demi menyambung hidup dan membiayai pendidikannya. Saifuddin kemudian memutuskan untuk bergabung dalam organisasi kepemudaan, saat kondisi sosial politik saat itu mulai bergolak.
Pada usia 19 tahun, ia dipilih menjadi pemimpin Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) NU, untuk daerah Jawa Tengah Selatan. Saat gerakan revolusi bersenjata bergejolak, ia diangkat sebagai Komandan Divisi Hizbullah Jawa Tengah.
Dia memimpin laskar Hizbullah untuk bersama-sama pasukan TKR di bawah pimpinan pahlawan nasional Jenderal Soedirman, yang kala itu masih berpangkat kolonel. Bersama berbagai pasukan kelasykaran rakyat lainnya ikut pertempuran Ambarawa (yang terkenal dengan peristiwa Palagan Ambarawa) itu dan berhasil mengusir penjajah.
Kelak setelah bertahun-tahun menyicip kemerdekaan, jasa perjuangan yang dilakukan Saifuddin diganjar bintang jasa Tanda Kehormatan Bintang Gerilya, sesuai dengan SK Presiden Republik Indonesia No. 2/Btk/1965 tanggal 4 Januari 1965.
Pada tanggal 17 Februari 1962, tepat pada hari Jumat, Saifuddin diminta menghadap ke Istana Merdeka. Presiden Soekarno memintanya untuk duduk sebagai Menteri Agama menggantikan K.H. Wahib Wahab yang mengundurkan diri.
Permintaan ini tidak serta merta diambil oleh K.H. Saifuddin Zuhri, tetapi beliau justru meminta pendapat terlebih dahulu kepada tokoh teras NU, khususnya K.H. Wahab Chasbullah dan K.H. Idham Chalid. Selain itu, ia juga bertemu dengan K.H. Wahib Wahab dan mencari tahu kenapa Bung Karno memilih dia untuk menggantikan K.H. Wahib Wahab yang mundur sebagai Menteri Agama.
Setelah bertemu dengan tokoh-tokoh tersebut dan semua mendukung permintaan Bung Karno untuk mengangkat K.H. Saifuddin Zuhri menduduki posisi Menteri Agama menggagntikan K.H. Wahab Hasbullah. K.H. Saifuddin Zuhri menjadi Menteri Agama periode kesepuluh pada tahun 1962.
Pengabdian Saifuddin sebagai Menteri Agama berakhir pada tahun 1967. Setelahnya, ia kerap menulis buku dan aktif di berbagai kegiatan sosial dan bahkan masuk ke partai politik, yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan sempat menjabat sebagai ketua DPP dan pernah duduk sebagai anggota DPR.
Pada akhir 1980-an, K.H. Saifuddin Zuhri memiliki bisnis kecil-kecilan. Ia berdagang beras di kawasan Golodog, Jakarta barat. Usaha tersebut bertahan hingga akhir hayat. Saifuddin wafat pada 25 Februari 1986.
Pendidikan
SD-MI, Madrasah Manbaul Ulum dan Salafiyah,
LP Al-Islam, Solo.
Karier dan Pengabdian
Konsul daerah Ansor Dan NU Jateng
Komandan Barisan Hizbullah
Anggota KNPI
Sekjen Partai NU
Mustasyar PBNU
Ketua DPP PPP
Menteri Agama
Anggota DPR
Guru Besar IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
Rektor IAI Al-Akidah
Pelopor Pengembangan IAIN
Pemimpin Umum/Redaksi Duta Masyarakat.
Karya tulis
(1947) Palestina dari Zaman ke Zaman
(1965) Agama Unsur Mutlak dalam National Building
(1972) K.H. Abdul Wahab Hasbullah, Bapak Pendiri NU
(1974) Guruku Orang-orang dari Pesantren
(1979) Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia
(1981) Kaleidoskop Politik Indonesia (tiga jilid)
(1982) Unsur Politik dalam Dakwah
(1983) Secercah Dakwah