Produsen Tunda Kirim Vaksin Italia Akan Tempuh Jalur Hukum

Italia dan Uni Eropa akan tempuh jalur hukum karena produsen farmasi Pfizer dan AstraZeneca tunda kirim vaksin
Seorang pria tengah disuntik vaksin corona di RS Sant Agostino, Baggiovara, Italia, 10 Januari 2021 (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Pemerintah di Roma, Italia, mengatakan sedang merencanakan tindakan hukum terhadap perusahaan farmasi Pfizer dan AstraZeneca atas penundaan pengiriman vaksin virus corona (Covid-19). Uni Eropa juga telah membuat ancaman serupa.

Italia akan mengambil tindakan hukum terhadap perusahaan farmasi Pfizer dan AstraZeneca atas keterlambatan pengiriman vaksin Covid-19 dalam mengamankan pasokan yang telah disepakati, “Alih-alih meminta ganti rugi,” kata Menteri Luar Negeri, Luigi Di Maio, pada hari Minggu, 24 Januari 2021.

"Kami sedang bekerja agar rencana program vaksinasi kami tidak berubah," kata Di Maio yang disampaikannya melalui siaran televisi pemerintah RAI.

Langkah ini menyusul pengumuman kedua raksasa farmasi tentang penundaan dan kesulitan dalam mengirimkan jumlah dosis yang dijanjikan karena masalah rantai pasokan.

ampulIlustrasi: Jarum suntik terlihat di depan logo Biontech dan Pfizer yang diambil pada 10 November 2020 (Foto: english.alarabiya.net/Reuters)

Saat ditanya mengapa kedua perusahaan farmasi tersebut terpaksa mengumumkan penundaan, Di Maio meyakini bahwa Pfizer dan AstraZeneca menjanjikan sesuatu di luar batas kemampuan.

"Kami menggunakan seluruh sumber kami sehingga Komisi Eropa melakukan semua yang bisa dilakukan agar tuan-tuan ini menghormati kontrak mereka," katanya.

Sebelumnya, pada hari Sabtu, 23 Januari 2021, Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte, mengatakan penundaan pasokan vaksin "tidak dapat diterima" dan merupakan pelanggaran serius terhadap kewajiban kontrak. Dia menambahkan bahwa Italia akan menggunakan semua perangkat hukum yang tersedia.

1. Uni Eropa Mengancam Ambil Tindakan Hukum

Minggu, 24 Januari 2021, pagi, Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, juga mengancam kedua perusahaan farmasi dengan kemungkinan dijatuhkannya konsekuensi hukum jika mereka tidak memenuhi kontrak vaksin.

"Kami berencana untuk membuat industri farmasi menghormati kontrak yang telah ditandatangani," kata Michel kepada radio Europe-1 Prancis. Ia menambahkan bahwa pejabat UE "menggebrak meja" dengan Pfizer minggu lalu untuk memastikan penundaan berakhir pada pekan depan.

Michel tidak menyebutkan kemungkinan sanksi, tetapi mencatat bahwa UE akan menuntut transparansi tentang alasan di balik penundaan tersebut.

2. Target Vaksinasi 70% Populasi 'Sulit'

Michel mengakui bahwa "akan sulit" bagi UE untuk memenuhi tujuannya memvaksinasi 70% populasi orang dewasa pada akhir musim panas karena kendala logistik dan pendistribusian yang lambat di seluruh blok sejauh ini.

botol vaksinBotol (vial) vaksin COVID-19 produksi Pfizer-BioNTech di rumah sakit Rene-Muret di Servan dekat Paris, 27 Desember 2020. (Foto: Dok/voaindonesia.com/AP).

UE telah menandatangani enam kontrak vaksin untuk lebih dari 2 miliar dosis, tetapi sejauh ini hanya vaksin BioNTech-Pfizer dan Moderna yang disetujui untuk digunakan.

Setelah manufaktur BioNTech-Pfizer mengumumkan penundaan pengiriman minggu lalu, perusahaan Inggris-Swedia AstraZeneca pada hari Jumat, 22 Januari 2021, juga mengatakan bahwa jumlah pengiriman awal akan berkurang karena kesalahan produksi.

Badan Obat Eropa diperkirakan akan menilai vaksin AstraZeneca pada akhir pekan ini. Vaksin yang dikembangkan bersama dengan Universitas Oxford ini telah digunakan di Inggris Raya [rap/ha (dpa, Reuters, AP)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Singapura Negara Asia Pertama Terima Vaksin Pfizer-BioNTech
Singapura jadi negara pertama di Asia yang menerima pengiriman vaksin virus corona Pfizer-BioNTech yang tiba di Singapura 21 Desember 2020
Amerika Serikat Pakai Vaksin Virus Corona Pfizer-BioNTech
Panel FDA setujui penggunaan vaksin virus corona (Covid-19) produksi raksasa farmasi dunia yaitu Pfizer (AS) dan BioNTech (Jerman)
Inggris Negara Pertama yang Pakai Vaksin AstraZeneca
Inggris negara pertama yang gunakan vaksin virus corona buatan AstraZeneca dan Universitas Oxford yang berbiaya lebih rendah dan mudah disimpan