TAGAR.id, Jakarta - Presiden Jokowi mengungkapkan, nilai ekspor nikel Indonesia semakin bertambah semenjak pemerintah memutuskan menyetop ekspor bahan mentah. Saat ini, nilai ekspornya mencapai Rp 510 triliun.
"Dari yang sebelumnya Rp 33 triliun melompat jadi kira-kira Rp 510 triliun rupiah. Lompatan sangat besar sekali. Meskipun sekali lagi awal-awal banyak yang tidak setuju, pro dan kontra," kata Jokowi di Kabupaten Kendal, Rabu, 7 Agustus 2024.
Tak hanya penolakan dari dalam negeri, Jokowi mengungkapkan keputusannya menyetop ekspor bahan mentah nikel juga membuat Indonesia digugat oleh Uni Eropa.
"Dan kita kalah. Tapi saya sampaikan negara ini adalah negara yang berdaulat, kepentingan nasional adalah segala-galanya buat kita, tidak bisa kita didikte oleh siapa pun. Saya sampaikan pada menteri maju terus, digugat kalah, banding," ungkapnya.
Jokowi berharap ke depan ekosistem yang sedang dibangun untuk baterai kendaraan listrik dan kendaraan listrik menjadi ekosistem yang besar dan terintegrasi satu sama lain.
"Smelter nikel dan turunannya di Morowali, di Wedape dan lokasi-lokasi lainnya sudah mulai berjalan. Yang kedua di bulan Agustus dan September smelter dari PT Freeport dan PT Aman di Sumbawa dan Gresik juga sudah akan berproduksi. Yang ketiga bauksit di Mempawah, Kalimantan Barat saya kira bulan ini atau bulan depan maksimal juga mulai percobaan produksinya," ungkapnya.
"Sehingga kalau semuanya jadi, ekosistemnya akan terbangun, kita akan bisa masuk ke global supply chain yang akan memberikan nilai tambah yang besar baik masalah rekrutmen tenaga kerja maupun pertumbuhan ekonomi kita," pungkasnya. []