Jakarta - Pemerintah berencana akan menghapus bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Pertalite pada 2022 mendatang.
Merespon hal tersebut Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyampaikan beberapa alasan dibalik rencana penghapusan Premium ini, yaitu transisi energi bersih dan efisiensi.
"Itu pertama dalam rangka energi hijau ya, ini juga dan yang kedua tentu juga ada aspek lain efisiensi, tapi yang nomor satu itu," kata Kiai Ma'ruf di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa, 28 Desember 2021.
Meski pemerintah akan memulainya pada 2022 yang tinggal menghitung hari, Kiai Ma`ruf memastikan, akan dilakukan langkah-langkah penyiapan kebijakan tersebut.
"Karena itu kita akan mulai 2022 ini dan secara rinci yang sudah dilakukan, mungkin (akan dijelaskan) Bu Dirut Pertamina," ujarnya.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati membenarkan apa yang disampaikan Kiai Ma`ruf. Nicke menjelaskan, salah satu alasan penghapusan yakni demi transisi energi bersih. Hal itu mengacu ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor P20/Menlhk/Setjen/Kum1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang.
"Ada ketentuan mengurangi karbon emisi maka direkomendasikan agar BBM yang dijual itu adalah minimun RON 91. Jadi ini dasarnya," kata Nicke saat mendampingi Kiai Ma`ruf di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa, 28 Desember 2021.
Premium adalah jenis BBM dengan Oktan 89 dan Pertalite beroktan 90. Nicke mengungkap, implementasi penghapusan BBM Premium ini akan mempertimbangkan aspek keterjangkauan serta kesiapan Pertamina dan ini juga sesuai arahan Presiden Joko Widodo
"Bapak Presiden sendiri mengatakan bahwa harus melihat juga aspek lain dalam implementasinya, satu adalah mengenai affordability, kedua adalah kesiapan dari supply yang dari pertamina itu sendiri," katanya.
Karena itulah, atas izin Pemerintah, Pertamina sudah melakukan program Langit Biru atau transisi energi dari Premium ke Pertalite sejak 2020. Menurut Nicke, program ini sebagai wujud upaya mendorong masyarakat beralih dari Premium ke Pertalite.
"Karena waktu kita kita memberikan diskon dan sebagainya, Pertalite seharga Premium dan sebagainya. dan ini alhamdulilah kesadaran masyarakat menggunakan BBM yang lebih ramah lingkungan ini meningkat," ujarnya,
Nicke juga menyampaikan, karbon emisi yang berhasil diturunkan dari 2020 hingga saat ini yakni sekitar 12 juta ton, sebagai kontribusi dari masyarakat yang beralih dari penggunaan Premium ke Pertalite. Selain itu, penggunaan untuk mesin juga lebih baik dan lebih efisien.
"Tahapan berikutnya itu seperti apa? Kami pun akan mendorong masyarakat untuk menggunakan yang lebih baik lagi supaya tadi ada sesuai dengan ketentuan minimum RON 91 kemudian lari ke Pertamax," tuturnya.
Meskipun demikan, Nicke memastikan, tidak akan serta merta menghapuskan Pertalite dari pasaran. Hingga tidak ada kebijakan untuk menghapuskan pertalite.
"Itu tidak ada. Jadi ini kembali lagi, kita ini lebih ke edukasi, maksudunya edukasi ke masyarakat karena nanti kita akan sama-sama merasakan manfaat dari program Langit Biru ini," katanya.
"Jadi Pertalite ini masih ada di pasar, jadi silakan, tapi kami mendorong agar menggunakan yang lebih baik yaitu Pertamax supaya kita bisa memberikan kontribusi terhadap penurunan karbon emisi di Indonesia," ujar Nicke. []
Baca Juga
- Arya Sinulingga Raih Top 40 PR Person Award 2020 dari IRC
- Dirut Pertamina, The World’s Most Powerful Women 2021 Versi Forbes
- Pertamina Klaim Lebih Dari 70 Persen Spare Part Kilang
- Pertamina Pasang PLTS di 1.500 SPBU Tahun Depan