Jakarta, (Tagar 16/8/2018) – Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno mendatangi Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (16/8) sore.
Sandiaga tiba duluan sekitar pukul 15.30 WIB menggunakan kemeja warna biru muda dan celana hitam. Sekitar 20 menit kemudian Prabowo datang menggunakan kemeja safari warna coklat muda.
Keduanya datang untuk menemui Ketua Umum PBNU, Said Agil Siradj.
Prabowo mengatakan, kedatangannya untuk sowan sesuai adat istiadat.
Pertemuan dilakukan secara tertutup. Said Agil mengatakan pertemuan membahas masih banyaknya ketimpangan.
Sebelumnya pada hari Senin, pasangan Prabowo-Sandiaga bertandang ke Kantor PP Muhammadiyah Menteng, Jakarta Pusat. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir pun menyampaikan enam pesan usai dikunjungi oleh pasangan itu.
Pesan utama dan yang utama adalah agar kedua calon pasangan presiden dan wakil presiden ini bisa untuk tetap berpegang teguh pada Pancasila sebagai landasan negara.
Hanya Judul Media
Sementara itu, Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar menegaskan, PBNU tidak pernah mengancam Presiden Jokowi ketika akan memilih sosok bakal cawapres.
Muhaimin malah menyalahkan media karena telah membuat opini yang sebenarnya tidak terjadi.
"Kalimat 'mengancam' itu hanya judul yang dibuat medianya bukan isinya, kalau itu tidak ada, apalagi yang dibahas," kata Muhaimin di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis.
Dia menjelaskan hal yang sebenarnya adalah kalau bukan kader Nahdlatul Ulama (NU) yang dipilih sebagai cawapres maka organisasi itu tidak ikut-ikutan terkait dinamika ke depannya.
Menurut dia, tidak pernah NU menjegal Mahfud MD terkait dinamika posisi bakal cawapres pendamping Jokowi.
Muhaimin meminta agar polemik pemilihan calon wakil presiden pendamping Joko Widodo tidak dilanjutkan karena tidak terpilihnya Mahfud MD merupakan kesepakatan bersama antara partai politik pengusung dengan Joko Widodo.
"Yang sudah, ya sudahlah. Semua proses biasa, sekarang kita marilah saling memaafkan, saling menjaga persatuan untuk Indonesia lebih baik," ujarnya.
Menurut dia, pemilihan cawapres merupakan dinamika politik yang sering terjadi sehingga dirinya meminta agar polemik itu tidak diteruskan.
Dia menilai takdir tuhan lebih berkuasa daripada apa pun usaha manusia, dan ketika ada dinamika maka wajar saja.
"Jangankan ketika Pilpres, pemilihan Ketua GP Ansor saja ramainya minta ampun, apalagi pilpres. Jadi wajar-wajar saja dinamika itu terjadi," ujarnya.
Mahfud Buka-bukaan
Sebelumnya, Mahfud MD buka-bukaan terkait penyebab kegagalannya dia menjadi cawapres pendamping Jokowi. Hal itu dikatakannya dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang disiarkan TV One secara langsung pada Selasa (14/8) malam.
Mahfud MD mengatakan, PBNU ikut andil mempengaruhi pilihan cawapres Jokowi, salah satunya PBNU mengeluarkan pernyataan bernada "ancaman" yang menyebut tidak akan mendukung jika cawapres Jokowi bukan berasal dari kalangan NU. []