Jakarta - Ketua Media Center Persaudaraan Alumni (PA 212) Novel Bamukmin menilai politik dinasti di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjadi perjalanan politik terparah sepanjang masa.
Hal itu diungkapkan mengingat keluarga besar Jokowi mengikuti kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 di beberapa daerah.
Baru saja berjalan 6 tahun kepemimpinannya, namun sudah membangun dinasti politik demi keluarga besarnya dan benar-benar diduga sangat serakah mulai dari mantunya, besannya sampai iparnya
"Politik dinasti di rezim ini menjadi preseden terburuk sepanjang masa. Dalam masa kepemimpinan di Indonesia yaitu tepatnya dari kepemimpinan orde lama sampai reformasi, saat inilah di zaman Jokowi paling terparah sepanjang masa," katanya dihubungi Tagar, Jumat, 24 Juli 2020.
Novel menegaskan, kekuatan politik yang dibangun hanya untuk menguntungkan keluarga besar Jokowi. Lantas dia menduga ini menjadi sebuah keserakahan.
"Baru saja berjalan 6 tahun kepemimpinannya namun sudah membangun dinasti politik demi keluarga besarnya dan benar-benar diduga sangat serakah mulai dari mantunya, besannya sampai iparnya. Semua maju ingin menguasai kepemimpinan di berbagai daerah," ujarnya.
Dia berpendapat, masa kepemimpinan Jokowi dengan Presiden RI ke-1 Soekarno dan Presiden RI ke-2 Soeharto sangat berbeda. Menurutnya, di era terdahulu tidak ada politik dinasti.
"Padahal Soekarno pada saat itu tidak pernah ada (politik dinasti), ketika menjabat anaknya maju dalam pertarungan pilkada, bahkan Soeharto dengan 32 tahun memimpin juga tidak ada anaknya maju dalam pilkada," kata dia.
Novel berpandangan, politik dinasti ini sengaja dibentuk keluarga besar Jokowi agar pucuk kekuasaan di beberapa daerah tidak jatuh ke tangan orang lain.
- Baca juga: Politik Aji Mumpung Keluarga Besar Jokowi di Pilkada
- Baca juga: PDIP Solo Pecah, Pernusa: Banyak Partai Dukung Gibran
"Politik dinasti itu jelas secara seiring sejalan dengan politik hierarki yang sangat memanfaatkan peluang kedudukan Jokowi sebagai presiden. Dengan berbagai cara (dilakukan) agar kekuasaan tidak jatuh atau jauh dari genggaman jabatanya," ucap Novel Bamukmin. []