Polisi Malaysia Tangkap 41 Pengungsi Rohingya yang Kabur dari Rutan

Lebih dari 40 pengungsi Rohingya yang kelelahan dan kelaparan berhasil ditangkap kembali oleh polisi Malaysia
Polisi Malaysia mengawal para tahanan menuju rutan imigrasi di Bidor, setelah ratusan pengungsi Rohingya kabur dari fasilitas itu. Foto: dw.com/id - Mohd RASFAN/AFP)

TAGAR.id - Malaysia berhasil menangkap kembali lebih dari 40 pengungsi Rohingya yang kabur setelah insiden kerusuhan di dalam rutan imigrasi pekan lalu. Polisi yakin masih banyak pengungsi bersembunyi di hutan.

Lebih dari 40 pengungsi Rohingya yang kelelahan dan kelaparan berhasil ditangkap kembali oleh polisi Malaysia, setelah sebelumnya melarikan diri dari rumah tahanan (rutan), demikian kata seorang pejabat senior kepolisian Malaysia pada hari Minggu (4/2/2024).

Sebelumnya pada hari Kamis (01/02), sebanyak 115 migran Rohingya dan 16 warga Myanmar yang semuanya laki-laki, dilaporkan kabur setelah kerusuhan pecah di dalam gedung rutan yang berada di pusat imigrasi sementara Bidor di negara bagian Perak di utara Malaysia itu.

Seorang pria Rohingya bahkan dikonfirmasi tewas pada hari Kamis (1/2/2024) dalam sebuah kecelakaan di jalan raya, ketika dia tengah mencoba menyeberang jalan raya dalam kegelapan.

Nasib pengungsi Rohingnya

Warga Rohingya telah banyak mengalami penganiayaan di tanah air mereka, negara dengan mayoritas penduduk beragama Buddha. Oleh karenanya, banyak dari mereka memilih melarikan diri ke Malaysia dengan penduduk mayoritas Muslim atau ke kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.

Untuk bisa tiba di Malaysia, warga Rohingnya kerap melewati perjalanan laut yang sangat mengerikan dengan jarak tempuh selama berbulan-bulan. Mereka juga sering mencoba menyelinap masuk ke negara itu melalui perbatasan dengan Thailand.

Jika tertangkap, warga Rohingnya itu akan dikirim ke rumah-rumah penahanan (rutan), yang menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia biasanya penuh sesak dan juga kotor.

polisi malaysia kawal tahanan pengungsi rohingyaPihak berwenang Malaysia mengawal seorang tahanan yang diborgol (kedua dari kiri) kembali ke rutan imigrasi di Bidor. (Foto: dw.com/id - Mohd Rasfan/AFP)

"Masih banyak yang bersembunyi di hutan"

Menurut pihak kepolisian, baru 41 pria Rohingya yang berhasil ditangkap kembali setelah mendapatkan informasi dari masyarakat setempat.

Mereka ditangkap di sebuah perkebunan kelapa sawit dan di hutan sekitar kota Tapah dan Bidor, kata kepala polisi Perak Mohamad Yusri Hassan Basri kepada AFP.

"Kami yakin masih banyak lagi yang bersembunyi di hutan," ujar Basri, seraya menambahkan bahwa ke-41 pria itu ditangkap dalam keadaan "lapar dan kelelahan."

Basri mengatakan 136 polisi dan petugas imigrasi dikerahkan untuk menyisir hutan, sungai dan desa-desa demi mencari para pengungsi yang kabur dari insiden kerusuhan pekan lalu itu.

Kerusuhan di rutan itu merupakan yang kedua kalinya terjadi dalam dua tahun terakhir.

Pada tahun 2022, setidaknya 528 pengungsi Rohingya berhasil melarikan diri dari rumah tahanan di negara bagian Penang utara. Saat itu, sedikitnya enam orang tewas saat mencoba menyeberangi jalan raya, dan ratusan lainnya berhasil ditangkap kembali.

Lonjakan pengungsi Rohingnya

Jumlah warga Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar dilaporkan meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat sedikitnya 1.752 pengungsi Rohingnya yang sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak, telah tiba di Indonesia sejak pertengahan November 2023 hingga akhir Januari 2024.

PBB mengatakan lonjakan kali ini adalah arus masuk terbesar ke negara dengan mayoritas muslim terbesar itu sejak tahun 2015.

PBB juga mengatakan bahwa lebih dari 3.500 warga Rohingya diyakini telah melakukan perjalanan yang penuh risiko ke negara-negara Asia Tenggara pada tahun 2022.

Selain itu, hampir 1.000 warga Rohingya dilaporkan meninggal dunia atau hilang sejak awal tahun 2022, dalam percobaan menyeberang laut yang berbahaya, demikian menurut perkiraan PBB.

Di Malaysia, lebih dari 100.000 pengungsi Rohingya hidup sebagai masyarakat yang terpinggirkan. Banyak dari mereka bekerja secara ilegal di bidang konstruksi dan pekerjaan berupah rendah lainnya. [kp/gtp (AFP)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Isu Agamakah yang Jadi Latar Belakang Pengungsi Etnis Rohingya Lari dari Myanmar?
Di Myanmar Rohingya bermukim bersama komunitas terbesar yaitu Rakhine yang mayoritas pemeluk agama Buddha yang juga ditindas pemerintah