Polda Gandeng Unud Ubah Arak Bali Jadi Disinfektan

Polda Bali bersama Universitas Udayana memanfaatkan kandungan alkohol pada Arak Bali untuk menjadi disinfektan dan hand sanitizer.
Kapolda Bali Irjen Petrus Reinhard Golose dan Rektor Unud, Prof A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) bersama tim bekerja sama membuat hand sanitizer dan disinfektan dari bahan Arak Bali. (Foto: Polda Bali/Tagar)

Bali - Kepolisian Daerah Bali bersama akademisi Universitas Udayana melakukan sharing untuk memanfaatkan dan mengubah arak Bali menjadi bahan untuk disinfektan dan hand sanitizer. Inovasi tersebut sangat penting, mengingat saat ini stok disinfektan dan hand sanitizer sangat minim.

Kepala Kepolisian Daerah Bali Inspektur Jenderal Petrus Reinhard Golose mengatakan dengan menggandeng Universitas Udayana untuk memproduksi disinfektan dan hand sanitizer yang sesuai standar World Health Organization (WHO).

Kerja sama ini tidak hanya di tingkat Polda Bali saja, tapi akan dilanjutkan sampai ke tingkat Polres dengan mendatangkan tenaga ahli dari Fakultas Farmasi Universitas Udayana.

"Mengingat kondisi saat ini cairan disinfektan dan hand sanitizer sangat langka serta sulit didapatkan," ujarnya melalui keterangan tertulisnya kepada Tagar, Selasa, 31 Maret 2020.

Untuk membuat disinfektan dan hand sanitizer, Polda Bali memberikan 3000 liter minuman tradisional arak Bali untuk diteliti dan diekstrak menjadi alkohol murni 96 persen sesuai dengan standar. Proses ekstrak pemurnian alkohol menggunakan peralatan di laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Udayana.

Jika kandungan disinfektan dihasilkan memenuhi standar, maka akan digunakan pertama kali di lingkungan Polda Bali dan Universitas Udayana. Selanjutnya cairan hand sanitizer dan disinfektan akan dipergunakan untuk melindungi rakyat Bali.

"Kerja sama ini tidak hanya di tingkat Polda Bali saja, tapi akan dilanjutkan sampai ke tingkat Polres dengan mendatangkan tenaga ahli dari Fakultas Farmasi Universitas Udayana," tuturnya.

Petrus mengakui saat ini cairan disinfektan dan hand sanitizer sangat sulit dicari oleh masyarakat. Bahkan, masyarakat terkadang membuat cairan disinfektan dan hand sanitizer dengan menggunakan bahan seadanya.

“Hal tersebut akibat dari kurangnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat. Bahan utama kimia seperti cairan alkohol sudah langka dan mahal harganya juga menjadi penyebabnya,” tuturnya.

Hotel dan Restoran di Banyuwangi Tutup

Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banyuwangi mendata hingga tanggal 31 Maret 2020, sejumlah hotel dan restoran di daerahnya tutup. Penutupan tersebut dilakukan karena penyebaran virus corona atau Covid-19 yang semakin massif.

Menurut Sekretaris PHRI Banyuwangi Zainal Mutaqien, ada sejumlah alasan penutupan hotel dan restoran tersebut. Diantaranya, karena hunian hotel di Banyuwangi sangat menurun dan hanya menyisakan 9 persen saja.

Selain itu, pihak hotel dan restoran juga mempertimbangkan semakin meluasnya penyebaran Covid-19. Selian itu faktor biaya operasional tinggi, juga menjadi pertimbangan penutupan.

“Manajemen hotel terpaksa menutupnya, karena hunian semakin merosot. Hunian 9 persen itu saja kita ambil rata-rata saja. Padahal kenyataan di lapangan ada yang melaporkan kepada kita bahkan beberapa hotel tingkat hunianya sudah 0 atau zero,” kata Zainal Mutaqien.

Beberapa hotel yang sudah mengkonfirmasi penutupan diantaranya, Hotel Ilira, Hotel Ketapang Indah dan Kampong Joglo Ijen. Sedangkan restoran yang sudah tutup sampai saat ini ada sekitar 7 rumah makan di Banyuwangi. Diantaranya rumah Makan Grafika, Gren royal, Hearus resto dan Oseng resto

“Untuk penutupan hotel akan berlaku mulai tanggal 1 April 2020. Sedangkan untuk resotran sudah tutup lebih awal yaitu sejak tanggal 16 Maret 2020 lalu,” kata Zainal.

Zainal mengatakan akibat penutupan hotel dan restoran tersebut, seluruh karyawan bekerja di masing-masing hotel saat ini terpaksa dirumahkan hingga batas waktu belum ditentukan. Alasannya manajemen hotel mengaku sudah tidak mampu membayar karyawannya.

“Ada ratusan karyawan hotel dan restoran saat ini dirumahkan. Meski nantinya diintruksikan bekerja di rumah pihak hotel kan harus membayar gaji karyawan. Sementara untuk hunian hotel semakin merosot,” kata Zainal.

Menurut Zainal, PHRI hanya bisa berharap pandemi Covid-19 ini segera mereda, sehingga bisa membangkitkan kembali sektor perhotelan dan restoran yang ada di Banyuwangi.

“Saat ini kami hanya bisa berharap pandemi Covid-19 ini segera reda gitu aja, tidak ada yang bisa kita lakukan lagi,” tutur Zainal.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi Muhammad Yanuar Bramuda mengatakan pemberhentian hotel tersebut sifatnya hanya sementara karena pandemi Covid-19 ini. Karena pihak hotel juga mengantisipasi penyebaran virus corona yang dimungkinkan terjadi karena banyaknya tamu yang berkunjung dari luar kota.

“Pihak hotel mengantisipasinya dengan memberhentikan operasional hotel sementara, karena mengantisipasi Covid-19. Bisa saja kan penyebaran virus corona ini datang dari tamu hotel dari luar kota. Sehingga pilihan pemberhentian operasional sementara lebih baik,” ujar Bramuda.

Bramuda mengaku langkah dilakukan sejumlah hotel tersebut, termasuk langkah tepat untuk menekan penyebaran virus corona di Banyuwangi. Jika pandemi Covid-19 ini sudah reda maka akan dibuka kembali.

“Nanti jika Covid-19 ini sudah mereda tidak menutup kemungkinan hotel memberhentikan operasionalnya tersebut akan dibuka kembali,” tuturnya. []

Berita terkait
Putus Rantai Covid-19, Pintu Masuk Malang Diperketat
Pemkot Malang akan menambah titik untuk Physical Distancing sebagai upaya memutus rantai pandemi Covid-19.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.