PM Rusia: Serangan AS Memicu Perang Dunia Ketiga

Perdana Menteri (PM) Rusia Dmitry Medvedev melalui akun media sosialnya menyebut serangan AS ke Suriah akan memicu perang dunia ketiga.
Seorang pria yang mengaku sebagai pengungsi Suriah berbicara mendukung keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk melakukan penyerangan dengan target Suriah, dalam aksi demo oleh Koalisi Hentikan Perang di pusat kota London, Inggris, Jumat (7/4). (Foto: Ant/Reuters/Hannah McKay)

Moskow, (Tagar 8/4/2017) - Perdana Menteri (PM) Rusia Dmitry Medvedev melalui akun media sosialnya menyebut serangan AS ke Suriah akan memicu perang dunia ketiga dan memancing konflik bersenjata dengan Rusia.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov juga mengutuk serangan AS dan dinilai sebagai tindakan agresi.  Moskow menanggapi serangan AS dengan menangguhkan perjanjian perlindungan pesawat-pesawat tempur kedua pihak yang beroperasi di Suriah.  Presiden Vladmir Putin juga sudah mengirimkan kapal perang Rusia bersenjata rudal ke Suriah untuk mendekati kapal-kapal perang AS yang meluncurkan serangan.

Seperti dilansir  IB Times, penangguhan perjanjian yang dilakukan Rusia sangat berbahaya dan bisa jadi awal malapetaka menuju Perang Dunia ketiga Uni Eropa, Arab Saudi dan sekutu Teluknya, Turki, Israel hingga Jepang memihak AS dalam serangan terhadap Suriah. Sedangkan, Rusia didukung Iran, Suriah, Irak,  dan sejumlah negara Amerika Latin anti-AS.

 

Rusia marah terhadap serangan rudal-rudal jelajah Tomahawk Amerika Serikat (AS) terhadap pangkalan udara Suriah. Sebanyak 59 rudal Tomahawk ditembakkan dua kapal perang AS, USS Porter dan USS Ross, di Mediterania timur atas komando Presiden Donald Trump.  Serangan AS ini sebagai reaksi atas dugaan serangan senjata kimia di Khan Sheikhoun, Idlib, yang menewaskan 74 orang, termasuk 11 bocah. AS menuding Presiden Bashar al-Assad sebagai pelakunya, meski Assad telah membantah. (wwn)



Berita terkait
0
Lanskap Politik AS Menjelang Pemilu Sela November 2022
Dalam tradisi politik di AS biasanya partai yang berkuasa, Partai Demokrat, akan mengalami kekalahan dalam pemilihan mid-term atau sela