PM Malaysia Anwar Ibrahim Rombak Kabinet karena Popularitasnya Turun

Popularitas PM Anwar telah terkikis dalam beberapa bulan terakhir karena kekhawatiran rakyat terhadap inflasi dan jatuhnya nilai ringgit
PM Malaysia, Anwar Ibrahim, memberi isyarat saat menyampaikan pidatonya saat berkunjung di Istana Malacanang di Manila, Filipina, 1 Maret 2023. (Foto: voaindonesia.com/via Reuters)

TAGAR.id, Kuala Lumpur, Malaysia – Perdana Menteri (PM) Malaysia, Anwar Ibrahim, mengumumkan perombakan kabinet besar-besaran pada Selasa (12/12-2023), menambah beberapa menteri baru dan setuju untuk berbagi jabatan menteri keuangan dengan seorang teknokrat terpercaya dalam upaya untuk menggalang dukungan.

Popularitas PM Anwar telah terkikis dalam beberapa bulan terakhir karena kekhawatiran rakyat terhadap inflasi dan jatuhnya nilai ringgit.

Perdana menteri juga telah memimpin kementerian keuangan sejak menjabat tahun lalu, namun sebagai bagian dari perombakan tersebut ia menunjuk menteri keuangan kedua, Amir Hamzah, mantan kepala dana pensiun terbesar di negara tersebut.

“Saya rasa saya telah membangun konsensus bahwa Kementerian Keuangan, selain dipimpin oleh saya, harus memiliki tim profesional yang kuat untuk memastikan kita berada di jalur yang benar, fokus pada perekonomian, dan tidak terpinggirkan atau terbelokkan oleh tekanan politik," kata Anwar.

pm anwar kibarkan bendera malaysiaPM Malaysia, Anwar Ibrahim, mengibarkan bendera nasional usai menyampaikan pidatonya pada Hari Nasional di Putrajaya, Malaysia, Rabu, 30 Agustus 2023. (Foto: voaindonesia.com/AP)

Perombakan kabinet ini – yang pertama sejak Anwar menjadi perdana menteri pada November 2022 – menambah jumlah menteri menjadi 31 dari 28 menteri.

Menteri-menteri baru ditugaskan pada posisi pertahanan, luar negeri, kesehatan, pendidikan tinggi dan komoditas.

Perubahan ini terjadi setelah survei yang diterbitkan pada bulan November oleh lembaga independen Merdeka Center menunjukkan tingkat dukungan terhadap Anwar turun menjadi 50 persen dari 68 persen pada tahun lalu karena meningkatnya kekhawatiran terhadap ekonomi, harga dan upah.

Partai Anwar memenangkan kursi terbanyak dalam pemilihan umum tahun lalu, tetapi gagal mencapai mayoritas yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan.

Hal ini memaksanya bersekutu dengan mantan musuh-musuhnya di Organisasi Nasional Melayu Bersatu untuk mendapatkan dua per tiga mayoritas parlemen dan persetujuan dari raja Malaysia untuk membentuk pemerintahan persatuan.

Koalisi tersebut sejauh ini bertahan di negara yang telah mengalami tiga kali pergantian kepemimpinan dalam beberapa tahun setelah Najib Razak tersingkir sebagai perdana menteri pada tahun 2018 terkait skandal korupsi besar-besaran dana negara 1MDB.

Oh Ei Sun dari Pacific Research Center mengatakan para menteri baru membawa lebih banyak pengalaman ke dalam kabinet.

“Mudah-mudahan masyarakat akan lebih menghargai kabinet ini karena pada kabinet-kabinet sebelumnya terdapat banyak orang-orang baru dan sejujurnya, kinerja mereka mungkin tidak terlalu baik,” kata Oh kepada AFP. (ab/uh)/AFP/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Dinilai Melupakan Prinsip PM Malaysia Anwar Ibrahim Dikecam Sebagian Pendukungnya
Anwar Ibrahim naik ke jenjang kekuasaan tahun lalu dengan reputasi sebagai seorang reformis dan antikorupsi