Pilwali Surabaya, Menakar Peluang Birokrat dan Politisi

Sekitar 10 nama bakal calon kuat penerus Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Berikut ke-10 nama tersebut.
Walikota Surabaya Tri Rismaharini (Foto: Ant)

Surabaya - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak baru akan dilakukan tahun depan. Tetapi sejumlah nama bakal calon kepala daerah (cakada) mulai bermunculan.

Seperti di Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya, setidaknya ada 10 nama yang mencuat untuk meneruskan kinerja Tri Rismaharini yang sudah menjabat selama dua periode. Dari 10 nama tersebut, berlatar belakang politisi dan birokrat.

Beban bagi bakal Cakada di Pilwali Surabaya, pasalnya keberhasilan Tri Rismaharini menata dan membangun kota Surabaya sudah menjadi standar bagi warga Surabaya untuk memilih Cakada.

Wakil Ketua Komunitas Milenial Peduli Indonesia (KOMPI) Surabaya, Dedy Mahendra mengaku saat ini warga Surabaya masih sulit mencari sosok bakal Cakada yang bisa menyamai prestasi gemilang selama pemerintahan Tri Rismaharini. Mahendra mengaku standar dan ekspektasi warga Surabaya saat ini cukup tinggi.

Keberhasilan Ibu Risma memimpin Surabaya akan menjadi standar bagi warga Surabaya untuk memilih siapa penerus dan melanjutkan pembangunan yang sudah bagus.

Meski demikian, ia menganggap sosok politisi dan birokrat memiliki peluang untuk menjadi penerus Risma.

PDIP Masih Berpeluang Memenangkan Pilwali Surabaya

Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam menjelaskan, jika melihat hasil Pemilihan Legislatif (pileg) 2019 lalu, dimana Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) keluar sebagai pemenang dengan perolehan 14 kursi menjadi modal menghadapi Pilwali Surabaya.

Artikel lainnya: Kejutan PSI, Duduki 4 Kursi di DPRD Surabaya

"Faktanya juga PDIP berturut-turut  memenangkan 4 kali Pilwali (Surabaya) pasca reformasi. Itu menjadi beban bagi PDIP karena harus selektif memilih calon," ujarnya saat dihubungi telepon selulernya.

Ia menjelaskan sosok bakal Cakada Surabaya baik dari birokrat maupun politisi sama-sama memiliki keunggulan dan kekurangan. Untuk Cakada berlatar politisi, kata dia, memiliki peluang karena dianggap mampu memenuhi aturan 20 persen atau 10 kursi parlemen.  

"Jadi peluang masih paling besar calon-calon yang diusung partai. Namun, biasanya dalam pilkada faktor figur lebih kuat daripada dukungan partai. Sehingga di Pilwali Surabaya gabungan antara faktor figur yang kuat dan dukungan partai besar biasanya punya peluang tinggi," ujarnya.

Sementara untuk sosok birokrat, kata dia, akan terkendala soal kendaraan partai. Meski demikian, lanjut dia, sosok birokrat juga memiliki peluang dan bersaing dengan politisi.

"Iya, beratnya ada di memperoleh tiket partai. Tapi sepanjang dia (birokrat) bisa dapat kendaraan partai, malah peluang akan bisa bersaing," sebutnya.

Artikel lainnya: Jurnalis Mingguan di Surabaya Tewas Dibunuh

"Saya pikir peluang yang terlihat kuat masih dari politisi, birokrat dan profesional. Akademisi saya pikir masih berat peluangnya di  Pilwali Surabaya," imbuhnya.

Sekedar diketahui 10 nama yang mencuat akan bertarung di Pilwali Surabaya diantaranya Ketua DPC PDIP Surabaya, Wisnu Sakti Buana, Presiden Persebaya, Azrul Ananda, Sekretaris Daerah (Sekda) Surabaya Hendro Gunawan, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Eri Cahyadi, mantan Kapolda Jatim, Mahfud Arifin, pengacara M Sholeh, Fandi Utomo, Bayu Airlangga, kader NasDem, Awei, ajudan pribadi Kofifah Indar Parawansa, Gus Hans, dan Fandi utomo.

Sementara itu, Kepala Bappeko Surabaya, Eri Cahyadi enggan menjawab peluangnya diusung dan maju di Pilwali Jatim. "Saya no comment. Saya saat ini hanya Kepala Bappeko," singkatnya.  []

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.