Pilpres 2024 Bukan Jokowi 3 Periode Tapi Sosok The Next Jokowi

Yang jadi teka-teki besar bukan soal Jokowi bisa atau tidak lagi jadi Capres 2024, tapi adakah nama yang kelak muncul sebagai the next Jokowi
Presiden Joko Widodo bersama keluarga di sekitar Istana Kepresidenan Bogor. Ada Ibu Negara Iriana, putra pertama Gibran Rakabuming beserta istrinya Selvi Ananda, putrinya Kahiyang Ayu beserta suaminya Bobby Nasution. Kedua cucu, Jan Ethes dan Sedah Mirah. Putra bungsunya, Kaesang Pangarep, tidak ikut karena ke luar kota, 8 Desember 2018 (Foto: Tagar/setneg.go.id).

Oleh: Syaiful W. Harahap*

Catatan: Artikel ini pertama kali ditayangkan di Tagar.id pada tanggal 4 April 2022. Redaksi.

TAGAR.id - Belakangan ini semua mata tertuju ke pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2024 karena saat itu akan terjadi pertarungan yang sangat sengit antara pasangan calon presiden/wakil presiden (Capres/Cawapres).

Seiring dengan suara-suara sumbang “Jokowi 3 Priode”, yang jadi teka-teki besar bukan soal Jokowi bisa atau tidak lagi jadi Capres 2024, tapi adakah nama-nama yang kelak muncul sebagai 'the next Jokowi'?

Lagi pula survei SMRC (Saiful Mujani Research and Consulting) menunjukkan Hanya 5% Publik Dukung Gagasan Presiden 3 Periode (VOA, 2 April 2022). Itu artinya wacana “Jokowi 3 Priode” tidak berakar di masyarakat sehingga 'the next Jokowi' akan jadi bagian pada Pilpres 2024.

Tampaknya, nama-nama yang muncul, terutama sebagai Capres, tidak ada yang bisa diandalkan sebagai “the next Jokowi” karena gerak dan langkah mereka tidak seperti irama pasangan Jokowi/JK atau Jokowi/Ma’ruf Amin.

Seperti Anies Baswedan, misalnya, sudah terbukti tidak bisa sejalan dengan Jokowi ketika dia menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) dalam Kabinet Kerja. Sedangkan dua gubernur lain, yaitu Ganjar Pranowo (Jawa Tengah) dan Khofifah Indar Parawansa (Jawa Timur) juga belum menunjukkan ‘sosok Jokowi’ dalam kinerja yang seirama dengan Jokowi, seperti kedekataan dengan rakyat.

1 Aspek pembangunan yang digenjot

Begitu juga dengan Prabowo Subianto jelas bukan tipe ‘the next Jokowi’ karena belum tampak langkahnya sebagai pejabat yang bisa menangkap suara-suara rakyat dari berbagai kalangan.

Hal yang sama bagi putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, yang menjabat sebagi Wali Kota Solo, Jawa Tengah, dan menatnu Jokowi, Bobby Nasution, yang menjabat sebagai Wali Kota Medan, belum mencirikan ‘the next Jokowi’.

Maka, biarpun mulai bermunculan organisasi relawan dan relawan Jokowi yang menyuarakan Capres yang mereka deklarasikan sebagai ‘the next Jokowi’ belum tentu jadi pilihan warga sebagi ‘the next Jokowi.’

Tingkat frame of reference dan field of experience serta tingkat literasi dan sumber bacaan warga akan jadi pijakan warga dalam menguji calon-calon yang disebut sebagai ‘the next Jokowi’ sebagai pijakan bagi warga untuk menentukan pilihan di ruang pencoblosan.

Kerja keras Jokowi/JK selama lima tahun kepemimpinan mereka, misalnya, sesuai dengan amanat UU berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari 5,02% (2014) ke 5,07% (2019). Sedangkan persentase penduduk miskin turun dari 11,25% di tahun 2014 ke 9,82% di tahun 2019 (perkotaan) dan dari 10,96% di tahun 2014 ke 9,66% di tahun 2019 (pedesaan) (Harian "Kompas", 2/7-2019).

Salah satu aspek pembangunan yang digenjot Jokowi/JK dengan dukungan penuh dari Kementerian PUPR adalah pembangunan waduk/bendungan dan jalan tol. Sampai tahun 2019 sudah dibangun 278 km jalan tol di lintas Pulau Sumatera dan 962 km di Trans Jawa (Harian "Kompas", 2/7-2019). Panjang ruas tol Trans Jawa ini hampir menyamai jalan pos Daendels Anyer-Panarukan sepanjang 1.000 km.

Jalan tol di Sumatera dan Jawa ini meningkatkan akses transportasi terutama pada liburan mudik Lebaran dan akhir tahun. Kisah-kisah pilu dan sedih pada arus mudik Lebaran di masa lalu kini tinggal kenangan (pahit) karena jalan tol Jokowi/JK dan Jokowi/Ma’ruf Amin meniadakan kemacetan yang sebelumnya selalu berujung pada 'horor'.

2 Bercermin kepada capaian Jokowi/JK dan Jokowi/Ma’ruf Amin

Sarana transportasi umum massal juga jadi perhatian Jokowi/JK, yaitu pembangunan kereta api bahwa tanah (mass rapid transit/MRT) di Jakarta pada jalur Bundaran HI -- Lebak Bulus. Ada pula LRT (light rail transit atau kereta ringan yang melayang) dari Cibubur ke Dukung Atas. Keduanya di Jakarta. Di Palembang, Sumsel, juga sudah bibangun LRT yang menghubungkan kota dengan pusat kegiatan olahraga Jakabaring.

Program pendidikan melalui KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan kesehatan dengan Kartu Indonesia Sehat (KIS) juga jadi andalan program di sektor sosial ekonomi Jokowi/JK. Sesuai janji Jokowi kalau terpilih lagi akan meningkatkan KIP tidak hanya bagi muris SD/Madrasah-SMP/Tsanawiyah-SMA/SMK/Aliyah, tapi juga bagi mahasiswa berupa bea siswa. Maka, mimpi anak-anak dari keluarga miskin untuk bisa kuliah jadi kenyataan.

Pembangunan di sektor infrastruktur, sosial dan ekonomi pun berimbas pada indeks pembanguan manusia (IPM) yang menunjukkan tingkat kualitas kehidupan rakyat. Dari 68,90 di tahun 2014 meningkat ke angka 71,39 di tahun 2019 (Harian "Kompas", 2/7-2019).

Jika bercermin kepada capaian Jokowi/JK dan Jokowi/Ma’ruf Amin selama 5 tahun, tentulah bisa dilihat prestasi nama-nama yang muncul melalui survei akhir-akhir ini jika dikaitkan dengan ‘sosok Jokowi’ yang potensial sebagai Capres pada Pilpres 2024. Dalam kaitan inilah, diperkirakan ada nama, baik Tn X atau Nn/Ny Y, sebagai 'the next Jokowi' yang masih terpendam.

Dalam wawancara dengan Harian "Kompas" Presiden Jokowi mengatakan bisa saja ada menteri pada rentang usia 20-25 tahun dengan catatan menguasai manajerial dan bisa mengeksekusi program. Selain itu juga disebutkan akan banyak menteri berumur 30-an tahun (kompas.com, 2/7-2019). Ini menunjukkan Jokowi akan menyiapkan kader-kader yang bisa mengikuti jejeknya sebagai 'the next Jokowi'.

Tapi, apakah kalangan milenial yang diangkat Jokowi untuk berbagai jabatan menggambarkan sosok ‘the next Jokowi’?

Sama sekalai tidak! Kegiatan mereka seakan-akan hanya di awang-awang karena tidak menyentuh persoalan sebagai realitas sosial di social settings.

Persoalan di Pilpres 2024 bisa saja partai-partai politik (Parpol) mempunyai Capres/Cawapres sendiri yang belum tentu mencerminkan 'the next Jokowi'. Dalam kaitan itulah organ-organ relawan akan bisa mendukung bakal Capres/Cawapres.

3 Pendukung militan Jokowi

Organisasi relawan yang pertama di Indonesia (didirikan 15/6-2013) adalah Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) yang tersebar di 34 provinsi dan puluhan perwakilan di luar negeri.. Bara JP hadir untuk mendudung Jokowi agar di-Capres-kan oleh PDIP.

Pendukung militan Jokowi ini terbukti bisa berperan karena partai-partai pendudukung Jokowi, terutama PDI-P, tidak mempunyai Capres yang kuat. Namun, pada Pilpres 2024 tampaknya PDIP sudah mempunyai pasangan Capres/Cawapres yang belum tentu sebagai ‘the next Jokowi’.

Maka, pertanyaan yang sangat mendasar kemudian adalah: Apakah Bara JP yang akan bisa mengusung sosok Capres yang mereka niliai sebagai 'the next Jokowi' pada Pilpres 2024 jika hanya dengan status ormas (organisasi masyarakat)?

Soalnya, partai politik (parpol) akan mengusung Capres-nya sendiri dengan menggalang koaliasi yang belum tentu sejalan dengan misi Bara JP sebagai pendukung Jokowi dalam dua Pilpers yaitu 2014 dan 2019.

Selalu saja ada kegiatan mengusung Capres melalui diklarasi di masyarakat, tapi mereka tidak punya ‘perahu’ (baca: partai) sehingga usaha mereka ‘bak menggantang asap’ karena hanya partai yang mempunyai hak konstitusional mengusung Capres dan Cawapres dengan syarat partai memenehi ambang batas (threshold) agar bisa masuk ke Senayan. Jika di bawah 20% bisa koalisi dengan partai lain.

Dalam kaitan itulah organ relawan seperti Bara JP perlu memikirkan untuk meningkatkan kapasistasnya sebagai Parpol agar bisa menggalang koalisi untuk memajukan Capres yang memenuhi kriteria 'the next Jokowi'. Beberapa organ relawan yang lain juga sudah harus berpikir untuk merger dan membentuk Parpol.

Hal lain yang jadi batu sandungan kelak adalah publikasi, khususnya di media online dan media sosial (Medsos), karena bisa saja terjadi hiperrealitas (tidak bisa membedakan antara fakta dan fantasi). Publikasi di medsos tidak bisa dikontrol sehingga merebak tak terkendali. Publikasi yang tidak terkendali akan bermuara pada hiperrealitas.

Publikasi di medsos yang sangat gencar akan merugikan karena masyarakat dengan tingkat literasi yang tinggi mempunyai sumber informasi yang kredibel, seperti media mainstream, terutama media cetak. []

* Syaiful W. Harahap, Redaktur di Tagar.id

PDIP Tanggapi Relawan Jokowi - Prabowo Capres Cawapres 2024

Adakah Sosok Jokowi pada Gibran dan Bobby Nasution

Terselip Presiden 2024 Dalam Obrolan Prabowo-Megawati?

Anies Baswedan Dibully Karena The Next President

Berita terkait
Adakah Sosok Jokowi pada Gibran dan Bobby Nasution
Pendukung Jokowi was-was karena belum ada sosok the next Jokowi, harapan ada di pundak Gibran dan Bobby yang maju pada Pilwalkot Solo dan Medan
0
Pilpres 2024 Bukan Jokowi 3 Periode Tapi Sosok The Next Jokowi
Yang jadi teka-teki besar bukan soal Jokowi bisa atau tidak lagi jadi Capres 2024, tapi adakah nama yang kelak muncul sebagai the next Jokowi