Pilot Robot atau PIBOT dengan Teknologi Kecerdasan Buatan

PIBOT adalah pilot humanoid pertama di dunia yang berbasis pada teknologi Large Language Model (LLM
Ilustrasi - Sebuah tim peneliti Korea Selatan telah mengembangkan pilot robot humanoid canggih yang disebut PIBOT, yang dapat memahami pedoman penerbangan. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

TAGAR.id - Sebuah tim peneliti Korea Selatan telah mengembangkan pilot robot humanoid canggih yang disebut PIBOT, yang dapat memahami pedoman penerbangan dan mengoperasikan seluruh proses penerbangan dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI – artificial intelligence).

Tim peneliti yang dipimpin oleh dosen teknik elektro di Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST), David Hyunchul Shim, mengatakan PIBOT adalah pilot humanoid pertama di dunia yang berbasis pada teknologi Large Language Model (LLM), yang memungkinkan robot memahami panduan penerbangan yang ditulis dalam bahasa manusia.

“Autopilot konvensional hanya bisa mengontrol kecepatan, ketinggian, atau arah, tapi pilot robot kami, PIBOT, bisa menangani semua yang ada di pesawat termasuk menghidupkan dan mematikan mesin dan menerbangkan pesawat, lepas landas dan mendarat, semuanya," ujar Shim.

Dalam situasi darurat, PIBOT dapat merespons dengan cepat tanpa panik dan mencari rute aman, karena dapat segera mengingat manual pengoperasian pesawat dan prosedur Quick Referrence Handbook (QRH), dengan menggunakan teknologi ChatGPT.

Untuk pengoperasian yang presisi, PIBOT memiliki kamera di bagian muka, lengan, dan bagian depan tubuhnya untuk membantu mengidentifikasi dan memanipulasi berbagai sakelar dengan lengan robotik di lingkungan yang bergetar dan untuk mendeteksi situasi di dalam dan luar pesawat.

Simulator Boeing 787 DreamlinerSimulator dek penerbangan Boeing 787 Dreamliner Engineering di Seattle, Washington, DC, AS. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Robot ini juga dapat menghafal seluruh peta navigasi Jeppesen, hal yang mustahil dilakukan oleh pilot manusia. Peta navigasi Jeppesen adalah peta topogorafi yang menjadi alat bantu navigasi pesawat atau kapal laut.

“Pilot manusia memang hebat dan memahami konteks serta menangani situasi yang kompleks, namun mereka sering kali gagal mengingat secara detil panduan penerbangan, terutama ketika mereka sedang menghadapi masalah. PIBOT mampu memahami dan mengingat secara harfiah semua yang ada dalam panduan, dan kemudian mereka dapat menjalankannya tanpa emosi apa pun. Artinya tidak ada kepanikan dalam situasi darurat. Mereka dapat menangani situasi tersebut sesuai dengan panduan dalam hitungan mikrodetik," papar Shim.

Tim peneliti sejauh ini sudah menguji PIBOT dalam simulator penerbangan. PIBOT terbukti mampu melakukan seluruh proses penerbangan, mulai dari menyalakan mesin, melaju di landasan pacu, lepas landas, terbang, dan mendarat. Tim tersebut berencana menguji PIBOT pada pesawat ringan sungguhan dalam beberapa tahun lagi.

Shim menambahkan bahwa PIBOT-- dengan tinggi sekitar 160 sentimeter dan berat 65 kilogram -- berukuran seperti manusia, Robot ini berpotensi ditempatkan tidak hanya di pesawat terbang, tetapi juga di berbagai kendaraan termasuk mobil, tank, ekskavator, dan kapal selam. (ab/lt)/Reuters/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Arab Saudi Kerahkan Robot dan Kecerdasan Buatan untuk Memperlancar Ibadah Haji
Arab Saudi pada tahun 2023 bersamaan dengan 1444 H ini mengandalkan teknologi untuk mempermudah pengalaman berhaji para jemaah haji