Sumenep, (Tagar 4/3/2018) – Nelayan menggelar Petik Laut di
Pantai Kaduara Timur, Pragaan, Sumenep, Jawa Timur.
Sedikitnya 90 perahu nelayan dihias untuk memeriahkan
pelaksanaan Petik Laut yang berlangsung sejak Sabtu (3/3)
hingga Senin (5/3).
Petik Laut adalah cara nelayan di Kabupaten Sumenep untuk
mensyukuri hasil tangkapan ikan selama satu tahun. Seperti
kegiatan tradisional lainnya, Petik Laut selalu menyedot
perhatian banyak pengunjung.
[caption id="attachment_46720" align="aligncenter" width="712"] PERSIAPAN PROSESI PETIK LAUT: Nelayan menghias perahu untuk
diikutsertakan dalam prosesi Petik Laut di Pantai Kaduara
Timur, Pragaan, Sumenep, Jawa Timur, Sabtu (3/3). Sedikitnya
90 perahu dihias guna memeriahkan pelaksanaan Petik Laut yang
digelar pada 3-5 Maret 2018. (Foto: Ant/Saiful Bahri)[/caption]
Sebelum melayarkan perahu hias, para nelayan membaca salawat
dan doa di tepi pantai. Harapannya, hasil tangkapan di hari-
hari mendatang semakin melimpah, dan selamat saat berada di
perairan.
Dalam rangkaian acara, terdapat sebuah kenduri yang dibentuk
mirip perahu. Di dalam kenduri terdapat kepala kambing,
seekor ayam, buah, bunga, dan berbagai macam kue. Lantas
kenduri diarak ke tengah laut diiringi pawai perahu.
Di tengah laut, puluhan perahu hias berlayar melingkar,
membentuk formasi menyerupai huruf ‘O’. Setelah berlayar
melingkar, kenduri dilarung.
Sebentar saja kenduri yang dilarung ke laut langsung diambil
nelayan luar yang lewat. Jadi, sekalipun di antara kenduri
ada ayam yang masih hidup, bisa dipastikan terselamatkan.
Dalam prosesi Petik Laut, para nelayan dan keluarga berdoa
untuk keselamatan pelayaran, kemudahan, dan rezeki. Setelah
itu rombongan kembali ke tepi melayarkan perahu beriringan.
Biaya pelaksanaan Petik Laut dalam rangka melestarikan
tradisi setempat merupakan swadaya nelayan. Tahun lalu
masing-masing perahu hias yang digunakan konvoi menghabiskan
biaya sebesar Rp 3 juta. Biaya ini untuk beli aksesoris dan
cat.
Di tepi pantai, nelayan menggelar pertunjukan tradisional
Madura, yakni kesenian ludruk dan sinden.
Keluarga nelayan dan warga setempat selalu menunggu Petik
Laut lantaran prosesi ini hanya berlangsung satu kali dalam
setahun. (dbs/yps)