Pesona Bunga Matahari di Taman Lonrong Bantaeng

Kabupaten Bantaeng, Sul-Sel, kini memiliki sebuah taman bunga Mataahari. Taman yang lahir di atas cemooh dan rasa tidak percaya masyarakat.
Taman Bunga Matahari yang jadi spot menarik untuk swafoto di Taman Lonrong Bantaeng. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bantaeng - Rimbun bunga Matahari tumbuh subur di sebuah kawasan seluas setengah hektare di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Belakangan, tempat itu ramai diburu muda-mudi untuk sekadar berswafoto dan menikmati keasrian bunga Matahari.

Namanya Lonrong Garden, lokasinya berada di poros Desa Lonrong, Kecamatan Eremerasa, Kabupaten Bantaeng. Tidak sulit menemukannya karena di jalan masuk ke taman bunga Matahari itu, terpampang baliho berukuran sedang sebagai penunjuk arah.

Taman itu dibangun seorang pemuda bernama Rizal. Dia mengaku terinspirasi setelah berlibur ke pulau Jawa dan melihat taman bunga Matahari yang banyak didatangi pengunjung sekitar akhir 2018.

Ada sekitar 13 kelopak bunga yang saya bawa waktu itu untuk dikeringkan. Setelah kering biji-bijinya saya tabur.

Sampai di kampung, Pria kelahiran Bantaeng, 15 Juni 1998 itu pun memulai rancangan taman yang pernah dilihat mata kepalanya di Pulau Jawa. Selain itu, dia kerap mempelajari dasar-dasar menyuburkan hingga pembibitan bunga Matahari melalui tutorial Youtube.

Tak mudah menghadirkan taman bunga Matahari. Rizal mengaku kerap mendapatkan sandungan cemooh dari berbagai ketika mula-mula memunculkan ide tersebut.

"Ya, orang-orang kan belum paham. Saya juga tidak memberikan pemahaman, wajarlah," kata Rizal yang masih berstatus mahasiswa di salah satu universitas di Bulukumba ini memulai perbincangan dengan Tagar, Rabu 27 November 2019.

Hujan cemooh yang diterimanya tidak menyurutkan niat Rizal untuk menghadirkan taman bunga Matahari. Malahan dia memulai menanam Matahari di daerah yang tidap terfikirkan, ketika sang ayah sibuk menanam jagung di lahan perkebunan keluarganya.

Tak hanya orang lain, Rizal pun harus meyakinkan kedua orang tuanya agar menerima keputusannya menyemai tanaman bunga Matahari. Sebulan lamanya Rizal berjuang dan akhirnya mendapatkan restu dari sang ibu.

Jembatan PelangiJembatan pelangi yang cantik di Lonrong Garden Bantaeng . (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Setelah itu, dia pun nekat menyewa lahan seluas seperempat hektare seharga Rp 1,7 juta per tahun. Sebuah ide "gila" yang mungkin tidak pernah dicoba remaja seusianya.

Mencari bibit bunga Matahar juga bukan perkara mudah. Rizal sudah berkeliling Bantaeng hingga ke perbatasan Kabupaten Bulukumba, namun tidak kunjung didapatkan.

Akhirnya dia menuju dataran tinggi di Kecamatan Ulu Ere, sekitar 1.200 meter dari permukan laut. Di sana dia mendapati sejumlah rumah yang halamannya ditumbuhi bunga Matahari. Rizal pun meminta izin ke pemilik rumah untuk mengambil beberapa kelopak bunga untuk dikeringkan.

"Ada sekitar 13 kelopak bunga yang saya bawa waktu itu untuk dikeringkan. Setelah kering biji-bijinya saya tabur di polibek. Lalu mulai tumbuh sekitar 20 hari dan mulai dipindahkan. Bunga Matahari mulai tumbuh subur setelah tiga bulan usai ditanam," katanya.

Berkat Ibu

Rizal pernah frustasi ketika awal-awal menyemai bibit bunga Matahari, Bantaeng dilanda musim kemarau panjang. Sejumlah tanamannya mati karena kekeringa. Tak jarang, dia mengangkut air sungai untuk menyirami bunga Matahari.

Panas tak dapat dilawan, Rizal pun sibuk mengurungi tanggungjawab lain hingga akhirnya taman bunga Matahari terbengkalai. Masalah ini timbul sekitar bulan Februari sampai April 2019. Dia sama sekali tidak sempat menengok taman bunganya.

"Saya pasrah waktu itu, padahal belum menengok kondisi taman, cuma memperkirakan karena kan dua bulan tidak kulihat karena sibuk. Saya bilang, ya sudah merugi mau gimana lagi," kenangnya.

Pertengahan Mei 2019 yang bertepatan dengan bulan suci ramadan, iseng-iseng Rizal berjalan ke lahan tempatnya menanam bunga Matahari. Matanya terbelalak dan seakan tidak percaya.

PemilikRizal dan Ibunnya Nuri saat dijumpai Tagar, Rabu 27 November 2019. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Bunga Matahari yang semula dipanggang panas justru tumbuh subur dan indah dipandang mata. Dengan rasa haru, Rizal pun berlari pulang ke rumah dan menyampaikan hal tersebut pada ibunya.

Rizal kembali tercengang, ternyata yang selama ini menyirami bunga Mataharinya kala diterjang terik panas adalah ibunya sendiri, Nuri. Ibu sembunyi-bunyi membantu Rizal yang patah semangat dengan kebun bunganya itu.

"Saya siram, saya bibit tapi tidak bilang-bilang karena dia sendiri sudah menyerah dan tidak mau tahu lagi. Tapi saya ingat usahanya dulu, dan itu tidak boleh sia-sia makanya saya urus tamannya selagi dia sibuk," tutur Nuri, ibunda Rizal yang sore itu mendampingi perbincangan.

Singkatnya, Rizal pun bergegas mengambil kamera DLR miliknya dan mengajak beberapa orang remaja masjid dekat rumah untuk berfoto di taman bunga tersebut. Lantas, foto-foto itu pun disebar di akun media sosial Facebook pribadinya.

Ratusan komentar pun membanjiri dinding Facebooknya dan tak sedikit pula yang membagikan postingan tersebut. Tak butuh waktu lama, orang-orang pun mulai berdatangan ke kebun bunga Matahari Rizal untuk menikmati pemandangan asri dan tentunya berswafoto.

Ketika kebunnya mulai dilirik, Rizal pun mengajak anak-anak di sekitar rumahnya untuk menjadi penerima tamu sekaligus pengambil retribusi parkir kendaraan yang datang ke Lonrong Garden Matahari.

Rizal tidak mematok harga tinggi, setiap yang berkunjung dikenai tarif Rp 3.000 dan Rp 2.000 untuk biaya parkir kendaraan. Uang tersebut digunakannya untuk menyempurnakan taman dan memberi pemasukan tambahan bagi anak-anak remaja sekitar rumah.

"Awal-awal dulu, bisa ratusan orang datang, sampai hari ini juga tiap hari pasti ada pengunjung walau tidak seramai dulu. Apalagi bulan November ini sudah hampir kering bunganya, tunggu 3 bulan kemudian baru berbunga lagi," tuturnya.

Rizal tidak semata mematok bunga Matahari sebagai satu-satunya objek menarik yang pantas dikunjungi. Dia juga mengembangkan berbagai inovasi baru. Hal ini untuk mengobati pengunjung yang datang ketika bunga sedang tidak mekar.

Alhamdulillah tinggal di desa, jiwa gotong royong masyarakat masih sangat tinggi di sini.

Dia pun menambah luas kebun yang semula hanya seperempat menjadi setengah hektare. Puluhan juta rupiahnya habis untuk melakukan pembenahan taman.

Selain rimbun bunga Matahari, Lonrong Garden kini dihiasi jembatan bambu berwarna-warni seperti pelangi. Beberapa bagian dibuat karakter kartun yang menarik. Ada juga spot-spot menyerupai kincir angin Belanda. Meski sekelilingnya belum ditumbuhi bunga, namun tempat itu cukup menarik untuk jadi berswafoto.

Di salah satu bagian, ada papan penunjuk arah. Ke bagian manakah kita akan mencari latar foto. Di sana tertulis jembatan pelangi, jembatan cinta, jembatan Belanda dan jembatan emot. Untuk menyelesaikan bangunan pelengkap taman tersebut, Rizal tidak sendiri. Ia mendapatkan bantuan dari keluarga dan juga tetangga yang mulai jatuh hati dengan usahanya.

"Alhamdulillah tinggal di desa, jiwa gotong royong masyarakat masih sangat tinggi di sini," katanya.

JalanJalan masuk menuju Garden Lonrong Bantaeng . (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Ketika Lonrong Garden berwujud nyata menarik, mereka yang dulu mencibir Rizal kini berdecak kagum. Tidak saja bagi Rizal, usah taman bunganya kini bahkan mengharumkan nama daerah tempat tinggalnya sendiri. Kini, Rizal pun mulai sibuk dikunjungi beragam tamu dari berbagai kalangan dan wilayah.

"Pernah ada rombongan yang minta dijadikan lokasi camping, tapi saya masih pikirkan itu," katanya.

Untuk dijadikan lokasi camping, tentu perlu pembenahan berbagai sarana. Seperti toilet, tempat ibadah, akses menuju sumber air terdekat, dan sebagainya. Tentu semuanya kembali bicara dana dan saat ini, itu yang belum sempurna didapatinya.

Taman bunganya juga dilirik pemerintah daerah, bahkan dijanjikan fasilitas untuk melancarkan usahanya tersebut. "Pernah ditemui Pak Desa, waktu itu janji diberikan beberapa fasilitas untuk taman ini, entahlah bagaimana kita lihat saja nanti," tuturnya. []

Berita terkait
Duyung yang Hilang di Dusun Batu Ruyung Bantaeng
Nama Dusun Batu Ruyung di Bantaeng, Sul-Sel, berangkat dari kisah duyung yang ditinggalkan ayah-ibunya. Legenda itu kian pudar ditelan zaman.
Spot Nasi Gratis di Jalan Wonosari Bantul
Seorang pria paruh baya mengambil sebungkus nasi dari etalase kaca tanpa perlu membayar. Hal ini terjadi di Jalan Wonosari Km 12, Piyungan, Bantul.
Sensasi Es Teler Kuburan Makassar
Meski letaknya di dalam pekuburan Panaikkang, Makassar kedai es teler Abd Rasyid sudah ada sejak tahun 1979 silam.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.