Persiapan Indonesia Hadapi Ledakan Kasus Corona

Ketua Purna Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Ilham Oetama Marsis menilai Indonesia belum siap apabila terjadi ledakan kasus corona
Tenaga medis di Kudus siaga virus corona dengan mengenakan APD. Saat ini stok APD menipis, butuh bantuan dari masyarakat dan perusahaan. (Foto: RSUD Loekmono Hadi)

Jakarta - Ketua Purna Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Ilham Oetama Marsis menilai Indonesia belum siap apabila terjadi ledakan kasus virus corona atau Covid-19.

Oetama mengatakan herd immunity atau kekebalan kelompok bisa tercapai bila populasi terinfeksi sekitar 70%, dengan estimasi sekitar 18,9 juta orang. Menurutnya, kalau rata-rata case fatality rate (CFR) atau tingkat kematian di dunia adalah 3%, maka harus ada sekitar 5-6 juta jiwa.

Baca juga: Protokol Pengurusan Jenazah Covid-19 Agama Katolik

Diperlukan ribuan ventilator, puluhan ribu APD, masker, dan ribuan butir obat Covid 19 lini sekunder dan ribuan SDM kesehatan.

Sementara saat ini, kata dia, CFR Indonesia berkisar 8-10%. Terlebih lagi Indonesia adalah negara yang luas dengan banyak kepulauan, yang membuat akan sulit melakukan pemantauan dan menentukan prediksi awal penyebaran Covid-19.

"Skenario ini adalah apabila populasi terinfeksi sekitar 70%, bagaimana kalau 90% populasi terinfeksi dengan CFR 8%, berapa juta orang akan jatuh sakit dan meninggal karena infeksi ini?" kata Oetama kepada Tagar, Jumat 27 Maret 2020.

Menurutnya, fasilitas serta tenaga medis di Indonesia belum siap untuk menangani ledakan kasus Covid-19.

Dia mencontohkan bagaimana wilayah Jabodetabek yang saat ini menjadi wilayah dengan kasus Covid-19 terbanyak saja masih terkendala dengan ketersedian alat pelindung diri (APD) dan alat bantu pernafasan yang hanya terbatas di beberapa rumah sakit.

Baca juga: 3 Metode Periksa Covid-19 dari Pemerintah Jokowi

"Sulit dibayangkan apabila daerah Papua dengan fasilitas kesehatan yang minim terinfeksi COVID-19. Saat ini, studi menyatakan hanya tersedia 2 bed ICU (Intensive Care Unit) setiap 100.000 populasi di Indonesia," katanya.

Oetama berharap seluruh fasilitas medis yang diperlukan untuk merawat pasien Covid-19 dapat tersedia, agar ledakan kasus yang diperkirakan terjadi pada Mei 2020 mendatang dapat mengurangi beban tenaga medis atau SDM kesehatan.

"Diperlukan ribuan ventilator, puluhan ribu APD, masker, dan ribuan butir obat Covid 19 lini sekunder (Chloroquin dan Avigan), dan ribuan SDM Kesehatan," ujar Oetama.

Baca juga: Skenario Terburuk 8.000 Orang Positif Corona

Untuk itu, guna menghindari ledakan kasus Covid-19 di Indonesia, Oetama menyarankan masyarakat mematuhi imbaun pemerintah untuk menerapkan social distancing dengan bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah untuk sementara waktu sampai suasana kembali kondusif.

"Riwayat perjalanan maupun riwayat kontak dengan pasien positif Covid-19 sangatlah penting untuk screening ODP dan PDP. Untuk mencegah meluasnya penyebaran adalah dengan pelaksanaan yang tegas atas peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah misal tentang social distancing," katanya. []

Berita terkait
Soal Corona Kebijakan Daerah Mesti Selaras dengan Pusat
Juru bicara (Jubir) Presiden Joko Widodo (Jokowi) bidang sosial Angkie Yudistia menekankan kebijakan daerah harus selaras dengan pusat soal corona.
Opsi Lockdown Jakarta, Anies Diminta Terbuka ke Jokowi
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diminta terbuka ke Presiden Jokowi soal opsi lockdown lokal atau karantina wilayah Ibu Kota.
PKS Desak Jokowi Lockdown Pulau Jawa Cegah Corona
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR Sukamta menilai Pemerintah Jokowi dapat meng-lockdown Pulau Jawa terlebih dahulu untuk menekan perkembangan corona.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.