Jakarta - Twitter menyatakan hacker atau peretas menargetkan sekitar 130 akun dalam serangan siber yang berlangsung Rabu (15/7/2020). Para peretas menargetkan sejumlah akun milik tokoh dan organisasi dunia.
Ternyata mereka yang melakukan peretasan ini adalah sekelompok anak muda yang punya hubungan dengan negara atau kejahatan yang terorganisasi.
Dikutip dari Antara, Minggu, 19 Juli 2020, sejumlah tokoh dan organisasi dunia akun miliknya di-hack atau diretas pada Rabu, (15/7/2020). Serangan siber, yang sedang diselidiki oleh Twitter dan polisi federal itu, dimulai dengan pesan lucu antara peretas di platform Discord, obrolan yang populer di antara para gamer, The New York Times melaporkan, dikutip dari AFP, Minggu.
New York Times melaporkan telah mewawancarai empat orang yang berpartisipasi dalam peretasan tersebut. "Wawancara menunjukkan bahwa serangan itu bukan hasil kerja satu negara, seperti Rusia, atau kelompok peretas yang canggih," demikian laporan Times.
"Sebaliknya, serangan tersebut dilakukan oleh sekelompok anak muda, satu di antaranya mengatakan tinggal bersama ibunya, yang berkenalan satu sama lain karena memiliki obsesi untuk memilki nama pengguna yang tidak biasa, satu huruf atau satu angka, seperti @y atau @6."
Peretasan terjadi pada sejumlah pengguna ternama, mulai dari Elon Musk hingga kandidat presiden AS Joe Biden, yang menimbulkan pertanyaan tentang keamanan Twitter.
"Berdasarkan apa yang kami ketahui saat ini, kami percaya sekitar 130 akun menjadi sasaran para penyerang sebagai bagian dari insiden itu," kata Twitter dalam sebuah cuitan.
"Untuk sebagian kecil dari akun ini, para penyerang bisa mendapatkan kendali atas akun tersebut dan kemudian mengirim cuitan dari akun itu."
Cuitan dari peretas mencoba menipu pengikut akun resmi Apple, Uber, Kanye West, Bill Gates, Barack Obama dan banyak lainnya pada Rabu (15/7/2020), untuk mengirimkan mata uang digital bitcoin.
Twitter mengatakan serangan tersebut tampaknya merupakan "serangan rekayasa sosial terkoordinasi oleh orang-orang yang berhasil menargetkan sejumlah karyawan kami untuk akses ke sistem dan alat internal."[]