Perempuan dan Anak Perempuan Rentan Tertular AIDS

Perempuan dan anak perempuan di banyak negara masih jadi kelompok yang rentan terhadap infeksi HIV karena ketidaksetaraan gender
Di pusat kota di Chad, Afrika, Achta yang berusia 19 tahun memegang kondom selama sesi peningkatan kesadaran HIV di komunitas Moussoro (Maret 2019). (Foto: news.un.org/UNICEF/Frank Dejong)

Jakarta - Dalam sebuah laporan yang diluncurkan pada hari Kamis, 5 Maret 2020, UNAIDS (Badan PBB untuk HIV/AIDS) mencatat bahwa hampir 40 tahun berjuang melawan HIV/AIDS, tapi HIV/AIDS masih jadi penyebab utama kematian bagi perempuan dan anak perempuan berusia 15 sampai 49 tahun. Setiap minggu sekitar 6.000 perempuan muda berusia antara 15 dan 24 yang tertular HIV.

Kondisi ini jadi catatan bahwa generasi berikutnya untuk merespon HIV harus membuat kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan dan anak perempuan jadi prioritas utama. “Epidemi HIV memegang cermin ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang dihadapi oleh perempuan dan anak perempuan dan bagaimana kesenjangan dalam hak dan layanan memperburuk epidemi,” kata Winnie Byanyima, Direktur Eksekutif UNAIDS.

Kondisi yang membuat perempuan dan anak perempuan rentan terhadap infeksi HIV/AIDS merupakan pengingkaran terhadap janji yang disetujui pada Deklarasi Beijing tentang kesetaraan gender 25 tahun yang lalu. Laporan ini merupakan pengingat jelang Hari Perempuan Internasional pada tanggal 8 Maret.

Laporan ini menyerukan kepada pemerintah untuk berbuat lebih banyak dalam memberdayakan perempuan dan anak perempuan dan memenuhi hak asasi mereka.

Laporan mengungkapkan bahwa meskipun ada kemajuan di bidang-bidang utama seperti pendaftaran sekolah, partisipasi politik dan peningkatan pengobatan HIV, banyak janji yang dibuat untuk meningkatkan kehidupan perempuan dan anak perempuan belum ditepati.

1. Kesenjangan dalam pendidikan

Menghilangkan kekerasan terhadap perempuan adalah salah satu masalah kritis yang membutuhkan tindakan segera. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa di daerah-daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi, kekerasan pasangan intim telah ditemukan meningkatkan risiko wanita tertular virus (HIV) sebesar 50 persen. Selain itu perempuan yang terdeteksi HIV-positif juga jadi pemicu kekerasan terhadap perempuan.

Afrika Sub-Sahara adalah wilayah yang paling terdampak oleh HIV/AIDS, dan pengetahuan tentang pencegahan tetap “sangat rendah” di sana, khususnya di kalangan perempuan dan anak perempuan.

UNAIDS menyoroti kemajuan di negara-negara yang telah meningkatkan investasi dalam program pencegahan HIV/AIDS, seperti Lesotho di Afrika selatan, di mana infeksi baru di kalangan perempuan dan anak perempuan turun 41 persen antara 2010-2018.

Kesenjangan dalam pendidikan umumnya juga berdampak pada anak perempuan, dengan penelitian menunjukkan "efek perlindungan" dari menjaga mereka di sekolah. Ketika Botswana memperpanjang pendidikan menengah wajib, ditemukan bahwa setiap tahun tambahan sekolah setelah tahun ke-9 dikaitkan dengan pengurangan 12% risiko anak perempuan tertular HIV.

Laporan UNAIDS menunjukkan hampir sepertiga dari gadis remaja termiskin di dunia tidak pernah berada di ruang kelas.

2. Promosi kesetaraan gender

Tindakan juga harus diambil untuk mengakhiri diskriminasi dalam peluang ekonomi. UNAIDS melaporkan bahwa dari 190 negara, kurang dari setengahnya, atau 88, memiliki undang-undang yang mewajibkan upah yang setara untuk pekerjaan yang sama bagi perempuan dan laki-laki.

Kesetaraan gender penting untuk mengakhiri infeksi HIV. Mencapai kesetaraan gender dan mengakhiri epidemi HIV/AIDS adalah salah satu tujuan dari pembangunan berkelanjutan yang berusaha direalisasikan oleh negara pada akhir dekade ini.

UNAIDS telah mengidentifikasi langkah-langkah untuk bergerak maju, termasuk berinvestasi dalam kebijakan dan program HIV yang terbukti mempromosikan kesetaraan gender, serta berinvestasi dalam pendidikan dan pemberdayaan ekonomi perempuan.

"Perempuan dan gadis remaja menuntut hak mereka," kata Byanyima. Maka, pemerintah harus menindaklanjuti tuntutan tersebut dengan menyediakan sumber daya dan layanan untuk melindungi hak-hak mereka dan menanggapi dengan baik kebutuhan dan perspektif mereka (Sumber: news.un.org). []

Berita terkait
Menyoal Peran Aktif Pers Nasional Menanggulangi HIV/AIDS di Indonesia
Setiap tanggal 9 Februari insan pers nasional memperingati Hari Pers, di saat epidemi HIV/AIDS mendekati ‘Afrika Kedua’ peran pers sangat kecil
Omong Kosong Penularan HIV Baru Bisa Dihentikan 2030
Epidemi HIV/AIDS memasuki tahun ke-36 tapi insiden infeksi HIV baru terus terjadi yang disebut-sebut bisa dihentikan 2030 tanpa program konkret
Menelusuri Akar Kasus HIV/AIDS Pertama di Indonesia
Pemerintah menetapkan kasus HIV/AIDS pertama di Indonesia yaitu HIV/AIDS yang terdeteksi pada turis gay Belanda di RS Sanglah Denpasar tahun 1987
0
Massa SPK Minta Anies dan Bank DKI Diperiksa Soal Formula E
Mereka menggelar aksi teaterikal dengan menyeret pelaku korupsi bertopeng tikus dan difasilitasi karpet merah didepan KPK.