Perempuan Afghanistan Ingin Segera Kembali Bersekolah dan Bekerja

Ratusan ribu perempuan muda di Afghanistan tidak diizinkan kembali ke sekolah sejak Taliban merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus 2021
Suasana pembelajaran tatap muka di kelas, di sebuah SD di Kabul, Afghanistan, 26 Oktober 2021. Taliban hanya mengizinkan laki-laki dan bocah perempuan mengenyam pendidikan di negara itu (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Zohra Bensemra)

Jakarta – Ratusan ribu perempuan muda di Afghanistan tidak diizinkan kembali ke sekolah sejak Taliban merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus 2021. Banyak yang mengatakan impian mereka tertunda dan hanya sedikit yang memiliki harapan untuk masa depan.

Sahar yang berusia 17 tahun melihat sekeliling kelas lamanya yang kosong. Remaja Afghanistan itu bermimpi menjadi seorang insinyur, tetapi, setidaknya untuk saat ini, ia terpaksa harus belajar di rumah.

Seperti ratusan ribu perempuan muda Afghanistan lainnya, ia tidak diizinkan kembali ke sekolahnya sejak Taliban merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus.

Kelompok garis keras itu hanya mengizinkan laki-laki dan bocah perempuan mengenyam pendidikan. “Sewaktu saya melihat adik perempuan dan adik laki-laki saya yang pergi ke sekolah saya merasa sangat sedih, karena saya tidak bisa melakukan hal yang sama. Sepulang sekolah, mereka mengerjakan pekerjaan rumah dan berbicara tentang teman-teman sekelas dan pelajaran mereka. Saya merasa sedih karena saya tidak bisa pergi ke sekolah," jelasnya.

saharSahar, 17 tahun, siswa kelas 11 sekolah menengah Afghanistan, duduk di bekas kelasnya yang kosong, di Kabul, Afghanistan, 20 Oktober 2021 (Foto: voaindonesia.com/REUTERS)

Di seberang kota, mimpi Hawa, seorang perempuan muda lainnya, juga tertunda. Mahasiswa berusia 20 tahun itu tak bisa melanjutkan studinya di jurusan sastra Rusia di Universitas Burhanuddin Rabbani, yang belakangan diubah namanya oleh Taliban menjadi Universitas Pendidikan Kabul.

Hawa kecewa karena beberapa pekan setelah mengambil alih kekuasaan, Taliban menutup kementerian perempuan dan menggantinya dengan Kementerian Urusan Kebajikan dan Kejahatan.

Hawa mengatakan ia tidak memiliki harapan untuk masa depannya. "Ketika kementerian perempuan ditutup, ketika kami pergi untuk memprotes Taliban, mereka mengatakan: siapa kalian? Satu-satunya peran kalian adalah memasak, menikah dan duduk di rumah. Kalian tidak perlu bekerja lagi."

Sewaktu Taliban berkuasa dari 1996-2001, anak-anak perempuan memang tidak diizinkan bersekolah dan semua perempuan dilarang bekerja.

seorang pejuangSeorang pejuang Taliban memberi isyarat kepada seorang rekannya saat ia berdiri di dekat pintu masuk sebuah sekolah, di Kabul, Afghanistan, 25 Oktober 2021 (Foto: voaindonesia.com/REUTERS)

Namun kali ini, para pejabat Taliban berusaha meyakinkan rakyat Afghanistan dan para donor asing bahwa hak-hak rakyat akan dihormati, termasuk dalam hal pendidikan.

Taliban telah berjanji untuk mengizinkan anak perempuan pergi ke sekolah, dan perempuan untuk belajar dan bekerja, setelah rincian tentang bagaimana melakukannya sesuai dengan hukum Islam memperoleh kejelasan.

siswa sd di kabulSiswa sekolah dasar perempuan meninggalkan sekolah mereka usai mengikuti pelajaran di kelas mereka di Kabul, Afghanistan, 25 Oktober 2021 (Foto: voaindonesia.com/REUTERS)

Taliban juga menyalahkan komunitas internasional karena memotong bantuan, sehingga mempersulit usaha mendanai pembukaan kembali sekolah dan universitas.

Mungkinkah ini terealisasi? Sahar dan Hawa, seperti halnya masyarakat internasional, sebetulnya ragu tapi mereka tidak memiliki pilihan lain selain menunggu (ab/uh)/voaindonesia.com. []

Warga Afghanistan Khawatir Nasib Perempuan di Tangan Taliban

Perempuan Afghanistan Tuntut Keterlibatan di Kabinet

Perempuan Afghanistan Unjuk Rasa Tuntut Hak Bekerja dan Sekolah

Chile Tampung Aktivis Pembela Hak Perempuan Afghanistan

Berita terkait
Perempuan Afghanistan Unjuk Rasa Tuntut Hak Bekerja dan Sekolah
Puluhan perempuan kembali melangsungkan unjuk rasa di Ibu Kota Kabul, Afghanistan, tuntut hak-hak mereka untuk bekerja dan memperoleh pendidikan
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.