Beijing, (Tagar 17/8/2017) – Perang besar dua Korea (Korea Selatan dan Korea Utara) di Semenanjung Korea nyaris tersulut. Pemerintah Tiongkok mendesak Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) segera menghentikan latihan militernya untuk meredakan ketegangan. Desakan ini terkait semakin memanasnya hubungan Korea Utara (Korut), Korsel dan AS.
"Kami harap semua pihak tidak menambahkan minyak ke dalam api dengan kata-kata dan tindakan," kata Hua Chunying, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, seperti dilansir Reuters, Selasa (15/8). Sementara itu, sebelumnya, presiden Korsel, Moon Jae In mengatakan bahwa tidak akan ada tindakan militer AS di Semenanjung Korea, tanpa persetujuan Seoul.
Di tempat berbeda, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menilai konflik di Semenanjung Korea sudah berada di ujung tanduk dan bisa memicu perang yang akan menewaskan ratusan ribu orang. "Kami mendengar retorika Pyongyang dan Washington yang saling membalas," kata Zakharova dalam sebuah pernyataaan.
Menurut Zakharova, retorika kedua negara itu merupakan sinyal perang terbuka bagi kedua belah pihak. Jika perang pecah, maka akan ada pelanggaran hukum internasional dalam skala global. Media Sputnik melansir, Selasa (15/8) bahwa sebenarnya AS memiliki instrumen kuat untuk memecahkan krisis internasional secara diplomatis. Namun, menurut Zakharova, pemerintah AS melalaikan hal itu. Zakharova menilai, jika perang pecah, maka akan berdampak secara ekologis karena wilayah Korut berada di semenanjung yang dikelilingi lautan.(wwn/Sputnik/Reuters)
