Penyebab Warga Tak Patuh Protokol C-19 dan Solusinya

Warga Indonesia banyak tak patuh protokol kesehatan C-19 meski ada sanksinya. Berikut penjelasan menurut pakar UGM Yogyakarta dan solusinya.
Pelanggar protokol kesehatan di Kulon Progo membersihkan sampah (Foto: Dok Satpol PP Kulon Progo/Tagar/Harun Susanto)

Yogyakarta - Di beberapa daerah kini banyak menerapkan sanksi sosial bagi warga yang melanggar disiplin protokol kesehatan. Bentuk sanksinya pun beragam dari hal yang ringan hingga berujung denda pun diberlakukan.

Namun tidak jarang juga beberapa daerah sengaja memajang peti mati di pinggir jalan untuk mengingatkan banyak orang tentang dampak dari bahayanya penularan Covid-19.

Munculnya beragam sanksi sosial untuk penegakan protokol kesehatan ini menurut Dosen Psikologi UGM Yogyakarta, Diana Setiyawati, menunjukkan bahwa mengubah perilaku masyarakat tidak mudah. Setiap orang akan mengubah perilakunya jika sesuai dengan persepsi yang diyakininya.

”Segala stressor (penyebab stres) itu kebanyakan netral, yang membuat tertekan atau tidak itu adalah persepsi diri sendiri," ujarnya, Selasa, 15 September 2020.

Baca Juga:

Ia mencontohkan soal persepsi bahwa seseorang yang merasa dirinya rentan dan beresiko tertular namun ada yang merasa bahwa penyakit ini ringan dan tidak begitu serius bila terkena. “Ini tergantung persepsi akan keseriusan penyakit ini. Misal ada yang menganggap corona ini dianggap tidak serius, tidak parah kalau terkena. Jika ada yang menganggap serius maka mereka akan menimbang protokol kesehatan,” katanya.

Yang namanya sanksi memang seharusnya memiliki efek jera, namun sanksi memang harus diimbangi dengan fasilitas.

Lebih lanjut dia mengatakan, edukasi sangat diperlukan untuk mengubah persepsi warga masyarakat untuk bisa mematuhi protokol kesehatan. Meyakinkan bahwa menggunakan masker dan selalu cuci tangan untuk melindungi mereka dari paparan dan berisiko tertular sangatlah penting.

Soal munculnya beragam sanksi sosial tidur di peti mati atau membangun peti mati di area publik sebagai bentuk edukasi ekstrem karena sulitnya mengubah perilaku untuk mengajak warga mengikuti protokol kesehatan. Namun demikian, sanksi harus memiliki efek jera tetapi juga harus diimbangi dengan fasilitas yang mendukung. "Yang namanya sanksi memang seharusnya memiliki efek jera, namun sanksi memang harus diimbangi dengan fasilitas,” katanya.

Baca Juga:

Ihwal masih banyaknya warga yang melanggar protokol kesehatan ketika beraktivitas di luar rumah sebagai bentuk kondisi keputusasaan terhadap kondisi karena dampak yang ditimbulkan yang begitu besar bagi kehidupan mereka. “Bisa juga karena putus asa dengan kondisi, memang yang harus diperhatikan adalah memastikan agar semua orang terpenuhi kebutuhan dasarnya,” paparnya.

Sebagai peneliti kesehatan mental masyarakat, Diana mengusulkan agar pemerintah harus bikin kebijakan yang bijaksana dan kompak untuk memikirkan segala aspek kehidupan warga selama masa pandemi berlangsung. []

Berita terkait
Pesan Sultan soal Ekonomi Bangkit dan Protokol C-19
Gubernur DIY Sri Sultan HB X menyebut ekonomi bangkit, salah satu syaratnya warga harus berdaptasi dengan kebiasaan baru. Patuhi protokol C-19.
Sanksi Pelanggar Protokol Area Pantai Kulon Progo
Pelanggar protokol kesehatan di kawasan pantai sepanjang Kulon Progo, Yogyakarta bakal disanksi, yakni menyapu sekitar objek wisata.
Bawaslu: Dua Kubu Pilkada Bantul Abai Protokol C-19
Bawaslu menyebut dua bakal pasangan calon di Pilkada Bantul sama-sama mengabaikan protokol kesehatan. Berikut bukti dan temuan Bawaslu.
0
Indonesia Akan Isi Kekurangan Pasokan Ayam di Singapura
Indonesia akan mengisi kekurangan pasokan ayam potong di Singapura setelah Malaysia batasi ekspor daging ayam ke Singapura