Kudus - Belum maksimalnya pembelajaran dalam jaringan (daring) yang ada di Kabupaten Kudus disebabkan oleh sejumlah hal. Salah satunya, masih kurangnya dukungan orang tua terhadap proses belajar dari rumah yang dijalani anak.
Kepala SD Islam Terpadu Kudus Susi Utami mengatakan dalam proses pembelajaran daring yang dilakukan empat bulan terakhir, pihaknya menuai beberapa kendala. Antara lain gadget orang tua yang tidak mendukung maupun anak jenuh melakukan proses pembelajaran daring.
Untuk itu, dalam kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pihaknya berusaha mendatangkan orang tua siswa untuk melakukan koordinasi terkait sistem pembelajaran daring yang mulai dijalankan pada tanggal 20 Juli 2020.
"Kami butuh peran serta anak dan orang tua dalam proses pembelajaran daring. Makanya mereka kami kumpulkan hari ini," ujarnya saat ditemui Tagar, Kamis, 16 Juli 2020.
Tidak hanya itu, ke depan pihaknya akan lebih menata lagi sistem pembelajaran daring yang ada. Dengan begitu proses pembelajaran yang ada tidak menimbulkan kejenuhan pada anak.
Kami butuh peran serta anak dan orang tua dalam proses pembelajaran daring.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala SDN 4 Jepang Sri Utami. Tak hanya daring, guru di sekolahnya kerap melakukan pembelajaran door to door atau luar daring (luring). Sebab siswa di sekolahnya banyak yang tidak memiliki atau tidak dibekali smartphone oleh orang tuanya.
"Ada yang handphone-nya dibawa orang tuanya bekerja. Lalu ada juga yang orang tuanya handphone-nya bukan android. Jadi mereka tidak bisa mengerjakan tugas yang kami berikan lewat daring," katanya.
Menghadapi hal ini, pihaknya berharap kesadaran dan peran serta orang tua untuk mendukung proses pembelajaran daring pada anak-anaknya dapat meningkat. Dengan begitu, kegiatan belajar mengajar di tengah pandemi menuju new normal bisa berjalan dengan baik.
"Proses pembelajaran daring dibutuhkan kerja sama dari semuanya. Baik guru, orang tua dan siswa," tuturnya.
Terpisah, Plt Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kudus Harjuna Widada mengatakan pada awal tahun pelajaran baru ini status Kudus belum zona hijau. Sehingga pola pembelajaran yang dilakukan adalah belajar dari rumah.
"Metodenya bisa daring ataupun luring. Untuk metode luring sendiri, tidak dilakukan dengan tatap muka. Tetapi bisa melalui buku pelajaran, radio atupun televisi," ujarnya.
Menurutnya, di masa pandemi ini sinergitas guru dan orang tua dalam memberikan pembelajaran yang edukatif tapi tetap menyenangkan pada anak tengah diuji. "Prinsip pembelajaran di tengah pandemi ini, belajar menyenangkan dengan mengutamakan keselamatan anak," ucap dia.
Menyikapi ragam kendala di pembelajaran daring, Harjuna mengatakan akan segera mengkooridnasikan hal tersebut dengan masing-masing koordinator wilayah (korwil) guna mencari solusi. Nantinya dari korwil akan melakukan monitoring. []
Baca juga:
- Faktor Siswa Tidak Lolos PPDB Daring SMA di Kudus
- Jokowi Sebut Kuliah Daring Sudah Menjadi Next Normal
- Di Kota Cirebon Belajar dari Rumah Secara Daring