Penjelasan Keluarga Ambil Paksa Jenazah C-19 di Makassar

Alasan keluarga pengambilan jenazah terduga Covid-19 di Makassar.
Ilustrasi jenazah Covid-19. (Tagar/Pixabay)

Jakarta - Peristiwa pengambilan paksa jenazah pasien diduga positif Covid-19 di Rumah Sakit Awal Bros Makassar, Rabu 14 Oktober 2020 malam, menghebohkan warga sekitar. Wawan, anak kandung pasien menceritakan keluarga besarnya menolak jenazah ayahnya dimakamkan secara protokol Covid-19 karena hasil swab belum keluar.

"Terus yang bikin ganjil dokter bilang yang mengkafani dari pihak keluarga saja. Pas keluarga datang mau lihat bapak, cek kamar satu per satu pintunya ditutup dan dikunci," ujar Wawan kepada wartawan, Kamis 15 Oktober 2020.

Padahal, pihak keluarga sendiri sudah siap membeli APD di rumah sakit untuk mengkafani ayahnya. Namun, setelah selang satu jam tidak ada kejelasan akhirnya keluarga mengambil jenazah dari rumah sakit.

Dari pihak keluarga merasa keberatan sekali makanya korban tadi dibawa keluar. Ini sebenarnya bikin bingung,

Menurut Wawan, keluarga mempersilakan pemandian dan pengkafanan jenazah ayahnya sesuai dengan prosedur Covid-19. Namun untuk pemakaman pihak keluarga meminta untuk melakukannya sendiri.

"Dari pihak keluarga merasa keberatan sekali makanya korban tadi dibawa keluar. Ini sebenarnya bikin bingung karena pihak keluarga mau positif atau negatif tetap harus dibawa ke rumah," ujar Wawan.

Saat ini, jenazah ayah Wawan yang diduga Covid-19 tersebut masih berada di ruang jenazah RS Awal Bros Makassar.

Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Awal Bros Makassar dr. Merry Monica mengatakan, pihaknya sudah menawarkan keluarga pasien untuk uji PCR, Rabu 14 Oktober lalu agar hasilnya cepat keluar.

Namun, keluarga menolak karena yakin pasien tidak terpapar Covid-19. Tak lama kemudian, keluarga akhirnya menerima untuk dilakukan uji swab dengan metode polymerase chain reaction (PCR) pada Rabu sore.

Kata Merry, saat itu reagen dari mobil PCR habis. Hingga pada akhirnya korban meninggal dunia pada Rabu sekitar pukul 19.00 WITA.

"Jadi besok (Kamis) pagi baru bisa dilakukan pemeriksaan PCR karena kehabisan reagen, hasilnya ini dijanjikan jam 12 baru ada pak," kata Merry.

Dari hasil pemeriksaan dokter spesialis dengan CT Scan dan pemeriksaan darah, korban terindikasi terpapar Covid-19.

Untuk itu, pihak rumah sakit tidak mengizinkan pasien dibawa keluarga untuk dimakamkan tanpa prosedur pemakaman Covid-19.

"Kita berusaha persuasif ke pihak keluarga, kita juga sudah melaporkan ke satgas dibantu pihak kepolisian juga," ujar Merry. []

Baca juga:

Berita terkait
Dugaan Manipulasi Data Pasien Covid di RS Murni Teguh Medan
Mahasiswa demo di Polda Sumut meminta penegak hukum melakukan penyelidikan dugaan manipulasi data pasien Covid-19 di RS Murni Teguh Medan.
Covid Cenderung Naik, Cartridge Swab di RSUD Tarutung Kosong
RSUD Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, sebagai rujukan pasien Covid-19 di kawasan Danau Toba kewalahan dalam penanganan pasien.
Dokter Positif Covid-19 di Tapanuli Utara Meninggal Dunia
Seorang dokter di Tapanuli Utara, Sumatera Utara, meninggal dunia di RSUD Tarutung karena terpapar Covid-19.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.