Pengamat: Rugi Besar Jika Gerindra Masuk Kabinet Jokowi

Gerindra akan mengalami kerugian bila gabung ke koalisi pemerintahan dan kabinet Jokowi. Bakal ada turbulensi politik hebat.
Presiden Joko Widodo (kanan) berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) saat tiba di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu (13/7/2019). Kedua kontestan dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019 ini bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus dan selanjutnya naik MRT dan diakhiri makan siang bersama-sama. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)

Jakarta - Akademisi dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Mikhael Raja Muda Bataona menyebut Partai Gerindra akan mengalami kerugian bila bergabung ke koalisi partai pemerintahan.

Menurut Bataona, akan ada turbulensi politik hebat di kemudian hari jika Partai Gerindra masuk dalam kabinet kerja Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.

"Rugi besar jika Gerindra masuk kabinet, karena di akar rumput mereka akan langsung dibenci oleh para pemilih Prabowo-Sandi di Pilpres 2019 lalu," kata dia, dikutip dari Antara, Jumat 2 Agustus 2019.

Dari aspek kalkulasi politis dan investasi persepsi publik demi merawat massa, akan lebih untung kalau Gerindra berada di luar pemerintahan.

Bataona mengatakannya berkaitan dengan kemungkinan Partai Gerindra masuk dalam koalisi partai pemerintahan, dan untung ruginya bagi Gerindra pada pemilu mendatang.

Bataona memperkirakan Gerindra sudah membuat kalkulasi bahwa mereka akan rugi besar jika masuk kabinet secara terburu-buru, hanya karena Jokowi dan Prabowo sudah melakukan rekonsiliasi.

Selain itu juga karena Prabowo sudah bertemu dengan Megawati, yang merupakan Ketua Umum PDI Perjuangan, partai pengusung utama Jokowi-Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019.

"Jadi, rugi besar jika Gerindra masuk kabinet. Gerindra akan lebih untung jika berada di luar pemerintahan dan menjadi oposisi, sehingga tetap dicintai oleh pemilih militan pada Pemilu 2019 lalu," katanya.

Hal ini, menurut dia, menjadi alasan paling kuat mengapa Gerindra harus berada di luar kekuasaan untuk saat ini.

Dia menambahkan, jika Partai Gerindra langsung masuk ke dalam pemerintahan, ke depan citra partai akan buruk ketika pengikut yang kecewa dengan sikap partai ini, sehingga tidak lagi mendukung Prabowo dan Partai Gerindra.

"Dari aspek kalkulasi politis dan investasi persepsi publik demi merawat massa, akan lebih untung kalau Gerindra berada di luar pemerintahan," ujar dia.

Apalagi, kata dia, segmentasi pemilih mereka berbeda karakter dengan pemilih dari koalisi Jokowi.

"Pemilih Prabowo sangat militan. Itu bonus dan modal besar jika Prabowo maju lagi di Pilpres 2024, dan demi memenangkan para calon dari Gerindra pada Pilkada 2020," kata Bataona.

Baca juga: 

Berita terkait