Pengamat: Progres Apa yang Sudah Dilakukan Menteri

Pengamat politik Karyono Wibowo menyoroti pernyataan Mensesneg Pratikno yang menyebut reshuffle tidak diperlukan lagi.
Presiden Jokowi Widodo (Jokowi). (Foto: jabarprov.go.id).

Jakarta - Pengamat politik Karyono Wibowo menyoroti pernyataan Mensesneg Pratikno yang menyebut reshuffle tidak diperlukan lagi, karena kinerja para menteri sudah ada kemajuan yang luar biasa.

Karyono justru mempertanyakan perubahan kinerja seperti apa yang telah dilakukan para menteri hingga disebut tidak perlu lagi ada reshuffle pasca Presiden Jokowi marah-marah di hadapan para menterinya.

"Alasan sudah ada progres luar biasa dari para menteri, menurut saya terlalu berlebihan. Indikatornya belum cukup untuk menyimpulkan bahwa kinerja menteri sudah ada kemajuan luar biasa," kata Karyono kepada Tagar, Jumat, 10 Juli 2020.

Menurut dia, indikator adanya peningkatan pencairan dana penangangan Covid-19 masih perlu dicek kembali. Selain itu, kata dia, perlu juga dilihat seberapa besar pencairannya dan sudah terealisasi sampai ke bawah atau belum.

"Perlu dilihat sudah tepat sasaran atau belum. Peningkatan realisasi anggaran juga bukan satu-satunya ukuran kinerja. Masih banyak instrumen lainnya untuk mengukur kinerja menteri," ucap Karyono.

Lebih lanjut, Karyono menjelaskan pernyataan Pratikno yang menyebut sudah ada kemajuan luar biasa dari para menteri sulit diterima publik. 

Apalagi, kata dia, jarak waktu antara kemarahan presiden hingga saat ini, hanya kurang dari tiga minggu terhitung sejak presiden memimpin sidang kabinet. 

"Sayangnya, isu reshuffle sudah terlanjur bergulir, yang berawal dari pernyataan presiden, sehingga tidak mudah untuk menyetop. Namun, terlepas presiden jadi melakukan reshuffle atau tidak, yang pasti ucapan presiden soal reshuffle sudah terlanjur dicatat dalam memori kolektif publik, tidak mudah untuk menghapus dan itu akan selalu diingat publik selamanya, " ujar dia.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta, Ujang Komarudin mengatakan apabila pernyataan Presiden Jokowi soal reshuffle tidak dilakukan, maka rakyat akan kecewa.  

Menurut Ujang, dampak lainnya juga akan membuat masyarakat tidak percaya lagi kepada Presiden Jokowi. 

"Reshuffle itu keniscayaan, untuk mengganti menteri yang kinerjanya jeblok. Jadi kalau nanti tak ada reshuffle, akan ada back fire," kata Ujang kepada Tagar, Selasa, (7/7/2020). 

Sebelumnya, Presiden Jokowi sempat meluapkan kemarahannya di hadapan para menterinya. Jokowi sempat memberi peringatan akan melakukan reshuffle atau perombakan kabinet, karena kinerja para menteri yang mengecewakan. 

Ujang menyebut jika hal itu tidak dibuktikan dan hanya gertak sambal, maka rakyat akan menilai Jokowi tidak konsisten terhadap pernyataannya yang akan melakukan perombakan kabinet. 

"Masyarakat tidak akan percaya pada Jokowi lagi. Karena menteri yang kinerjanya jeblok, masih dipertahankan. Lalu, buat apa marah-marah, kalau ujung-ujungnya tidak ada reshuffle," ucap Ujang. []

Berita terkait
Pengamat: Mensesneg Pratikno Antara Mimpi dan Sadar
Pernyataan Mensesneg Pratikno yang menyebut tidak akan terjadi reshuffle yang akan dilakukan Presiden Jokowi menurutnya tidak masuk akal.
Pratikno Sebut Isu Reshuffle oleh Jokowi Tak Relevan
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Pratikno mengatakan opsi reshuffle yang sempat disuarakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah tidak relevan.
Pengamat: Reshuffle Tidak Jadi, Rakyat akan Kecewa
Ujang Komarudin mengatakan apabila pernyataan Presiden Jokowi soal reshuffle tidak dilakukan, maka rakyat akan kecewa.
0
Demokrat: egah Polarisasi, Elit Politik Jangan Takut Berkompetisi
Demikian ditegaskan Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, dalam keterarannya pada Selasa, 28 Juni 2022.