Pengajar Harus Kreatif Hapus Belajar Sambil Rebahan

Henri Subiakto mengamati fenomena baru, yakni belajar sambil rebahan yang muncul dari cara belajar para siswa dan mahasiswa.
Ilustrasi penyebab sulit tidur saat malam hari. (Foto: health-living93.blogspot.com)

Jakarta - Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Henri Subiakto mengatakan sudah selayaknya pemerintah memikirkan cara untuk membuat pola kreatif mengajar masa kini. Dia berpandangan, dalam masa pandemi Covid-19 (C-19) bukan hanya subsidi kuota yang harus menjadi perhatian pemerintah dan semua kalangan, akan tetapi cara mengajar agar seluruh peserta didik tertarik dan semangat dalam menuntut ilmu melalui pembelajaran online atau daring.

Ia mengamati fenomena baru, yakni belajar sambil rebahan yang muncul dari cara belajar para siswa dan mahasiswa. Hal ini menurutnya menjadi pola baru belajar online yang salah.

Banyak anak-anak yang sekarang ini mengeluh ketika mereka pendidikan online, atau belajar online, mereka menjadi generasi rebahan

"Kita perlu tidak hanya sekadar memberikan kuota untuk supaya mereka bisa mengikuti perkembangan, tetapi juga konten-konten yang akan kita ajarkan juga tidak kalah pentingnya. Sebagai contoh banyak anak-anak yang sekarang ini mengeluh ketika mereka pendidikan online, atau belajar online, mereka menjadi generasi rebahan," kata Henri dalam webinar bersama Tagar.id, Senin, 7 September 2020.

Henri menilai, siswa dan mahasiswa cenderung tak tertarik dalam mengikuti pembelajaran online selama pandemi Covid-19. Dia berpandangan, cara untuk mengatasi ini diperlukan kreativitas untuk menarik minat dan semangat belajar para siswa serta mahasiswa.

"Tidak terlalu tertarik, karena apa? Karena ternyata para pendidik kita termasuk guru, masih banyak yang menggunakan cara-cara konvensional, seperti ceramah, kita hanya ceramah. Sama anak-anak juga akhirnya cuma ceramah, atau memberikan tugas-tugas atau modelnya seperti ceramah," ucap dia.

Ia menuturkan, pola mengajar berceramah dianggap sebagai hal yang membosankan. Untuk itu, dalam pemanfaatan teknologi, para pengajar baik guru maupun dosen harus memiliki inovasi atau cara yang berbeda saat menyampaikan materi.

"Itu jelas, lama-lama akan membuat kejenuhan. Kalau sampai 1 hari penuh anak-anak hanya diceramahi lewat Zoom, atau Google Meet ini memerlukan suatu kreativitas dikalangan dosen, mahasiswa, guru, untuk penggunaan Internet tidak sekadar memindahkan ceramahnya ke teknologi. Tapi betul-betul memanfaatkan teknologi dengan se-optimal mungkin," ujar dia.

Ia mengimbau para tenaga pengajar bisa menciptakan suasana baru dalam memberikan pengajaran. Dia beranggapan, belajar atau menuntut ilmu tak hanya selalu antara siswa dengan guru, pun mahasiswa bersama dosen, tapi bisa melalui objek lain.

"Harus ada metode pendidikan baru yang cocok untuk pemanfaatan teknologi yang bisa dilakukan, sehingga, istilah merdeka belajar betul-betul terjadi. Pak Presiden pernah mengatakan, dalam konteks merdeka belajar itu mahasiswa tidak hanya belajar dari dosen, dari guru, tapi bisa belajar dari pelaku industri, bisa belajar dari wirausahawan, bisa belajar dari praktisi pemerintah," ucap Henri.[] 

Berita terkait
Subsidi Kuota Internet, Siapa Provider Paling Layak?
Langkah pemerintah untuk mengucurkan subsidi kuota internet harus disertai kejelian dalam memilih provider seluler
Dana Kuota Rp 9 T dan Dua Keunggulan Telkomsel
Perbandingan 5 provider komunikasi seluler i Indonesia, mencakup Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, 3 Tri, dan Smartfren. Siapa lebih unggul?
Kuota Internet Rp 9 Triliun, Lima Provider Bersiap
Di Indonesia ada lima provider komunikasi seluler. Dari tujuh indikator,Telkomsel unggul dalam lima indikator.