Penembak Dua PJR Tol Cirebon Juga Bacok Polisi Brebes

Penembak dua PJR Tol Cirebon juga bacok polisi Brebes. “Rajendra dan Suherman adalah pelaku yang membacok Aiptu Sakiyo,”Irjen Pol Condro Kirono.
Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono beberkan sepak terjang pelaku penembakan dua anggota PJR Ditlantas Polda Jabar. (Foto: Dok Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang, (Tagar 6/9/2018) - Kelompok teroris penembak dua anggota Patroli Jalan Raya (PJR) Ditlantas Polda Jawa Barat (Jabar) di Km 223-400 Tol Kanci-Pejagan, Kabupaten Cirebon ternyata sudah target polisi sebagai sasaran.

Sebelum beraksi di Cirebon, para anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) ini juga pernah menyerang anggota Polres Brebes dan Polres Cirebon.

"Dari tujuh yang ditangkap, dua pelaku atas nama Rajendra dan Suherman adalah pelaku yang membacok Aiptu Sakiyo, anggota Polsek Bulukumba, Brebes," ungkap Kapolda Jawa Tengah (Jateng) Irjen Pol Condro Kirono, Kamis (6/9).

Condro menjelaskan, pembacokan terhadap Aiptu Sakiyo terjadi di Jalan Pantura-Brebes, 11 Juli lalu. "Dibacok dua orang tak dikenal menggunakan sepeda motor, anggota kami jatuh kemudian ditinggal," ujar Condro.

Tak berhenti di situ, Rajendra Cs juga menganiaya anggota Polres Cirebon, Brigadir Angga dengan cara yang sama sekaligus merebut senjata api (senpi)-nya, 20 Agustus. Terakhir beraksi di Jalan Tol Kanci-Pejagan pada Jumat (24/8), menembak Ipda Dodon Kusdianto dan Aiptu Widi Harjana. Ipda Dodon akhirnya meninggal dunia setelah dirawat beberapa waktu di RS Polri Kramatjati.

"Setelah bacok anggota Polres Brebes, bacok juga anggota Polres Cirebon, merebut senjata dan lakukan penembakan anggota PJR," beber dia.

Terungkapnya kasus ini setelah dua pelaku Rajendra Sulistiyanto dan Ica Ardeboran mendatangi RS dr Soesilo untuk berobat, Sabtu (25/8). Mereka terkena tembakan dari pistol dua anggota PJR yang melakukan pembelaan.

Di rumah sakit itu, tingkah keduanya mencurigakan lantaran menolak saat hendak dirujuk ke RS Margono, Purwokerto. Bahkan kepada petugas medis yang memberi pertolongan pertama, keduanya mengaku anggota Polsek Menteng sembari menunjukkan senpi revolver.

"Pelaku sempat berobat di Slawi, dua orang, satu kena di perut, satu di tangan. Karena harus dioperasi tapi pelaku tidak mau dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar di Purwokerto," jelas jenderal bintang dua itu.

Dari situlah ihwal jejak kelompok penyerangan sejumlah polisi di Jateng dan Jabar diketahui. Tim gabungan dari Densus Mabes Polri Polda Jabar, Polda Jateng dibantu anggota Polres Brebes, Slawi maupun kepolisian Tegal bergerak sinergi memburu para pelaku. Dan mereka akhirnya berhasil diringkus di Margasari, Slawi dan tempat lain berturut Minggu (2/9) dan Senin (3/9).

Rejendra dan Ica terpaksa ditembak mati lantaran melawan petugas. Sedangkan lima pelaku lain saat ini tengah diperiksa secara intensif oleh Densus 88 Mabes Polri guna pengembangan jaringan teroris lain.

Belakangan diketahui Rajendra adalah warga Brebes namun kerap tinggal di Cirebon. Dia menjadi koordinator JAD wilayah Brebes. Mertuanya diringkus polisi karena kasus terorisme dan hal itu memperkuat motivasinya menyerang polisi yang tengah bertugas di lapangan.

"Dengan demikian bahwa laporan polisi tanggal 11 juli No 22/VII, pembacokan di Brebes, telah terungkap," tukas Condro.

Cegah Radikalisme

Sementara itu, Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Marsda TNI Asep Adang Supriyadi mengajak kalangan mahasiswa untuk ikut aktif mencegah meluas radikalisme di lingkungan kampus.

Caranya dengan tidak terlibat kelompok radikal sekaligus mewaspadai, mengidentifikasi, dan melaporkan bila menemukan indikasi penyebaran paham radikal di lingkungan kampus.

"Kalau di lingkungan kampus ada gejala-gejala radikalisme tolong jangan takut untuk melaporkan kepada dosen, rektor atau pihak kampus lainnya," kata Asep Adang, di hadapan 450 mahasiswa baru Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (Unsurya), di Jakarta, Kamis.

Dia mengimbau pihak kampus melaporkan kepada BNPT bila mendapat laporan atau menemukan indikasi radikalisme di kampusnya, sehingga BNPT bisa melakukan upaya pencegahan agar tidak berkembang lebih lanjut.

Mantan Komandan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma ini memaparkan tahapan radikalisme yang diawali dari sikap intoleran hingga individu atau kelompok tersebut menjadi jihadis.

Dia juga menjelaskan mengenai pengelompokan terorisme yang terdiri atas kelompok inti, militan, simpatisan, dan pendukung.

Supaya lebih memudahkan pemahaman mahasiswa, dalam kuliah umum itu, Asep Adang juga memutar beberapa video yang menggambarkan proses paham radikal terorisme masuk ke masyarakat, bahkan hingga ke anak-anak.

Rektor Unsurya Marsda TNI (Purn) Potler Gultom mengatakan pihaknya mengundang BNPT sebagai salah satu upaya untuk melakukan pencegahan, agar paham radikal terorisme tidak menyebar di lingkungan kampusnya.

"Jadi, dari awal mahasiswa sudah tahu apa yang harus mereka kerjakan dan apa yang harus mereka hindari," kata mantan Komandan Sesko TNI AU ini pula seperti dikutip Antaranews. []

Berita terkait
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.