Pemerintah Harus Teliti Usut Penyimpangan Beras Subsidi

"Kalau ditemukan adanya unsur pelanggaran, kasus tersebut diteruskan. Sebaliknya jika tidak ditemukan unsur penyimpangan, sebaiknya dilepas,"
Polisi menyegel gudang penyimpanan beras yang dipalsukan kandungan karbohidratnya dari berbagai merk di gudang beras PT Indo Beras Unggul, di kawasan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (20/7) malam. Tim Satgas Pangan melakukan penggerebekan gudang dan ditemukan beras yang dipalsukan kandungan karbohidratnya sebanyak 1.162 ton dengan jenis beras IR 64 yang akan dijadikan beras premium yang nantinya akan dijual kembali dengan harga tiga kali lipat di pasaran, sehingga Pemerintah mengalami kerugian hingga Rp 15 triliun. (Foto: Ant/Risky A)

Purwokerto, (Tagar 25/7/2017) - Kasus yang melibatkan PT Indo Beras Unggul (IBU) perlu dikaji lebih teliti oleh pemerintah khususnya kepolisian terkait dengan unsur pelanggarannya, kata pakar tanaman padi Universitas Jenderal Soerdirman (Unsoed) Purwokerto Prof Totok Agung Dwi Haryanto.

"Kalau ditemukan adanya unsur pelanggaran, kasus tersebut diteruskan. Sebaliknya jika tidak ditemukan unsur penyimpangan, sebaiknya dilepas," katanya kepada wartawan di Purwokerto, Selasa (25/7). Menurutnya, apa yang dilakukan PT IBU itu sah-sah saja karena tidak memaksa konsumen untuk membeli beras di atas harga pasaran.

Menurut dia, dalam kasus tersebut tidak ada unsur penipuan atau pembohongan publik karena PT IBU memilih dan mengolah beras IR-64 medium dengan teknologi tertentu sehingga menghasilkan beras kualitas baik yang dikemas menarik dan harganya menjadi mahal.

"IR-64 termasuk beras kelas medium namun dengan proses tertentu yang membutuhkan modal besar dan teknologi tinggi, mutu berasnya lebih bagus, dijual dengan harga tinggi. Dampak biaya produksi yang tinggi mengakibatkan harga jualnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan beras IR-64 tanpa pengolahan dan pengemasan yang menarik," jelasnya.

Dalam kasus beras tersebut, dia menganalogikannya dengan kopi yang dijual di warung sederhana dan kopi yang dijual di warung modern atau kafe. Selisih harga kopi yang dijual di dua tempat itu sangat besar meskipun berasal dari jenis kopi yang sama. "Yang membedakan harganya adalah pengolahan dan mengemasannya," kata Totok. (rif/ant)

Berita terkait
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)