Pembunuh Taruna ATKP Makassar Minta Maaf ke Ayah Korban

Pembunuh Mahasiswa ATKP makassar meminta maaf ke ayah korban, begini respon ayah almarhum Aldama.
Daniel Pongkala, ayah almarhum Aldama Putra Pongkala, saat memberikan keterangan usai sidang di PN Makassar, Senin, 1 Juli 2019. (Foto: tagar/Sahrul Ramaan)

Makassar - Suasana haru, singkat tercipta dalam sidang lanjutan perkara pembunuhan yang menewaskan taruna Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar, Aldama Putra Pongkala. Muhammad Rusdi terdakwa dalam perkara ini, diberikan kesempatan oleh Suratno, ketua majelis hakim dalam persidangan untuk mengungkapkan permintaan maaf.

Di hadapan peserta sidang, hakim memanggil dan mempertanyakan kesediaan Daniel Pongkala, ayah korban untuk menerima permintaan maaf terdakwa atau tidak. 

Setelah mengiyakan, terdakwa yang merupakan taruna tingkat II itu langsung meminta maaf ke ayah korban. Pemandangan ini berlangsung hikmat saat terdakwa memohon agar perbuatan menghilangkan nyawa Aldama, dimaafkan.

Berita terkait: Aldama Meninggal di Tangan Senior, Ini Sanksi yang Diterima Direktur ATKP

Rusdi meminta maaf dan bersujud tepat di hadapan Daniel. "Namanya orang meminta maaf, Tuhan saja memaafkan umatnya apalagi kita manusia, seperti itu. Dia meminta maaf, dia sudah menyesali. Kita maafkan," kata Daniel usai persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Makassar, Senin, 1 Juli 2019.

Daniel sendiri, dihadirkan sebagai saksi dalam sidang lanjutan perkara yang menewaskan putra tunggalnya itu. Meski memafkan terdakwa, Daniel berharap proses peradilan bagi pembunuh anaknya itu tetap berlanjut. 

Harapan lain digantungkan Daniel kepada majelis hakim, agar memberikan hukuman sesuai dengan perbuatan yang dilakukan terdakwa.

"Kami, keluarga berharap supaya dihukum seberat-beratnya sesuai dengan kelakuan yang dia lakukan. Jadi semuanya sudah kami serahkan ke pihak hukum," ucap Daniel penuh harap.

Berita terkait: Pembunuh Taruna ATKP Makassar Enggan Ajukan Pembelaan

Di sisi lain, Daniel juga berharap bahwa insiden yang menimpa anaknya itu merupakan yang terakhir kalinya yang terjadi di Indonesia. Khususnya di sekolah yang berbasis akademi. 

Menurutnya, kampus bukan lagi tempat untuk melatih fisik para mahasiswanya tetapi sebagai tempat untuk memperdalam ilmu intelektual para pelajar.

"Cukuplah anak saya yang terakhir ini. Dan semua kekerasan harus dihilangkan di kampus perhubungan seperti ini. Mereka bukan dituntut untuk fisik, tapi dituntut untuk ilmu sesuai dengan jurusan mereka," pungkas Daniel. []

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.