Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengungkapkan bahwa banyak kegiatan pemerintah yang direncanakan di hotel telah dibatalkan. Fenomena ini muncul setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani mengeluarkan surat yang meminta kementerian/lembaga untuk memangkas belanja perjalanan dinas (perdinas) aparatur sipil negara (ASN) minimal 50 persen.
Sekretaris Jenderal PHRI, Maulana Yusran, menyatakan bahwa pembatalan ini telah terjadi di berbagai daerah dan terus bertambah.
Yusran menjelaskan bahwa pendapatan hotel dari sektor pemerintah cukup besar, mencapai 40 hingga 60 persen di beberapa daerah. Hotel-hotel di ibu kota provinsi khususnya sangat bergantung pada kegiatan pemerintah.
"Kalau ditanya akhir tahun, biasanya kegiatan pemerintah di hotel meningkat. Peningkatan ini biasanya dimulai dari kuartal ketiga dan berlanjut hingga kuartal keempat," ungkap Yusran.
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, menilai langkah efisiensi perdinas ini seharusnya sudah dilakukan sejak lama. Menurutnya, banyak ASN yang menjadikan perdinas sebagai pendapatan tambahan tanpa hasil yang sesuai.
"Pemotongan ini akan membuat program prioritas diutamakan. Ini juga akan mengubah paradigma bahwa anggaran harus mengikuti program, bukan sebaliknya," jelas Nailul.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet, menambahkan bahwa pertemuan virtual dapat menggantikan sebagian kegiatan perdinas, namun tidak semua agenda dapat digantikan.
"Ada beberapa agenda krusial yang membutuhkan kehadiran fisik, seperti inspeksi lapangan atau negosiasi penting. Oleh karena itu, pemangkasan 50 persen harus dilakukan dengan pertimbangan matang dan skala prioritas yang jelas," ungkap Yusuf.
Keberhasilan kebijakan ini sangat bergantung pada implementasi yang tepat. Yusuf menekankan perlunya sistem monitoring yang ketat untuk memastikan bahwa pemangkasan dilakukan pada perdinas yang dapat disubstitusi dengan metode lain.
"Diperlukan sistem monitoring yang ketat untuk memastikan efektivitas kebijakan ini," lanjut Yusuf.