'Peluru Tajam' Prabowo untuk Pers Indonesia Sejak Pilpres 2014-Pilpres 2019

Beberapa 'peluru tajam' sempat 'ditembakkan' Prabowo untuk Pers Indonesia sejak Pilpres 2014 hingga Pilpres 2019.
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyampaikan pendapatnya saat mengikuti debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Debat yang diikuti Capres nomor urut 01 Joko Widodo dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto itu mengangkat tema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur. (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Jakarta, (Tagar 27/3/2019) - Sepak terjang Prabowo di kancah perpolitikan Indonesia penuh kontroversi. Beberapa 'peluru tajam' sempat 'ditembakkan' untuk Pers Indonesia sejak Pilpres 2014 hingga Pilpres 2019.

Pada 2014 lalu, tepatnya pada 9 Juli 2014, di Hambalang Bogor, saat masih berstatus capres pada Pilpres 2014, Prabowo sempat memarahi sejumlah wartawan televisi, di antaranya wartawan dari Berita Satu, Kompas TV, dan Metro TV.

Sebelumnya, wawancara dengan sejumlah wartawan televisi dari stasiun ANTV, CNN, RCTI, dan TV One, berlangsung lancar. Namun, saat diwawancarai Berita Satu, Kompas TV,  dan Metro TV, Prabowo menunjukkan kemarahannya.

Prabowo memarahi reporternya dan menyuruh wartawan itu bilang kepada para bosnya untuk bersikap adil kepada Prabowo. Karena, selama itu, Prabowo kerap diberitakan yang negatif dan tidak sesuai fakta.

Dalam sebuah kesempatan, Prabowo juga pernah tak mau menjawab pertanyaan dari wartawan The Jakarta Post. Karena, Prabowo merasa percuma menjawab pertanyaan jika jawabannya tak dimuat.

Calon Presiden Nomor Urut 02, Prabowo Subianto kembali sindir wartawan saat berorasi di acara kampanye Akbar di Lapangan Karebosi, Makassar pada Minggu (24/3) lalu.

"Hallo pers, hallo media, how are you today? Kira-kira kita diliput nggak ya? Kira-kira ditayangkan nggak? Lu mau tayang kan kek, lu nggak tayangkan kek, ngak ada urusan. Rakyat sudah sadar, rakyat sudah bangkit, rakyat sudah tidak bisa dihohongi lagi, jadi lu mau tayang apa nggak terserah lu deh," katanya.

Bukan kali ini saja mantan Danjen Kopassus itu bersikap kurang bersahabat kepada awak media. Prabowo tercatat telah beberapa kali menolak ajakan wawancara dari awak media.

Dulu, saat dirinya menjadi kandidat pemilihan presiden 4 tahun lalu, Ketua Umum Partai Gerindra itu pernah menolak diwawancara oleh seorang jurnalis dari The Jakarta Post.

Video penolakannya melayani jurnalis The Jakarta Post, sempat viral di situs berbagi video, Youtube. Saat itu, banyak pihak mengkritisi sikap arogan Prabowo tersebut.

Pada awal Desember 2018, Prabowo Subianto juga menyinyiri para pemburu berita saat berpidato pada acara peringatan Hari Disabilitas Internasional yang dihelat di Hotel Grand Sahid, Jakarta (5/12).

Dia bahkan meminta agar wartawan tak usah dihormati. Lebih dari itu, Prabowo menyebut wartawan hanya anteknya orang asing yang ingin menghancurkan Republik Indonesia.

Pernyataannya ini berkaitan dengan klaim Prabowo soal jumlah peserta yang hadir saat acara Reuni 212 yang digelar di Lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, pada Minggu 02 Desember 2018 lalu.

Prabowo mengklaim, peserta yang hadir saat itu mencapai 11 juta orang. Namun, menurutnya pemberitaan di media massa menyebut peserta hanya mencapai 15.000 orang.

"Saya katakan, hei media-media yang kemarin tidak mau mengatakan ada belasan juta orang atau minimal berapa juta di situ, kau sudah tak berhak menyandang predikat jurnalis lagi. Boleh kau cetak, boleh kau ke sini dan ke sana. Saya tidak mengakui Anda sebagai jurnalis. Ndak usah, saya sarankan kalian tidak usah hormat sama mereka (wartawan) lagi, mereka hanya antek orang yang ingin menghancurkan Republik Indonesia," katanya saat itu.

Seusai acara itu, Prabowo kembali menolak melayani serbuan wawancara dari awak media. Dia tampak mencari wartawan TV One untuk melakukan interview. Selepas melayani wawancara dengan awak TV One, Prabowo berlalu sambil menyapa puluhan awak media yang mengerubunginya dengan kalimat setengah menyindir.

"Wah, ini ada banyak yang mau meliput, kenapa?" ucapnya sambil berlalu, meninggalkan wartawan yang sejak awal menunggu.

Kumpulan wartawan yang terus memberondongnya dengan banyak pertanyaan, tidak membuat Prabowo menghentikan langkah. Pertanyaan perihal Disabilitas, sampai pertanyaan soal aksi OPM di Papua beberapa waktu lalu, sama sekali tak digubris Prabowo.

Setiap wartawan mengajukan pertanyaan, pria yang punya hobi berkuda ini justru balik bertanya darimana wartawan itu berasal. Adegan kejar-kejaran kecil ini sampai  membuat salah seorang wartawan wanita terdengar berkomentar penuh kesal.

"Pak, kalo bapak begini, kita kan sudah mau meliput nih pak, di acara 212 kami datang juga pak," cetus wartawan perempuan tersebut, kemudian memulai percekcokan.

"Kau darimana?" tanya Prabowo.

"CNN, pak," jawab salah satu wartawan.

"Yaa, tapi kau hanya bilang hanya 30 ribu orang yang hadir. CNN bilang," ketus Prabowo.

Kongsi Sandiaga Uno dalam kontestasi Pilpres 2019 itu kemudian berkomentar perihal banyaknya redaksi pemberitaan media yang tidak objektif. Hal tersebut menurutnya akan menciderai demokrasi.

Meski salah seorang jurnalis sudah memberikan contoh pemberitaan dari medianya yang berimbang, Prabowo tetap melanjutkan langkahnya, meninggalkan para awak media sambil sedikit memperingatkan akan pentingnya pemberitaan media yang berimbang. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Hal-hal Ganjil di Pusaran Kematian Brigadir J di Rumah Irjen Ferdy Sambo
Di mana Irjen Ferdy Sambo ketika Brigadir J ditembak mati oleh Bharada E. Benarkah Bharada E yang menembak Brigadir J. Hal-hal ganjil kematian.