Peluang Gig Economy di Masa Pandemi Covid-19

Di masa pandemi Covid-19 gig economy salah satu andalan, suatu kondisi perekonomian terjadi pergeseran status para pekerja perusahaan
Ilustrasi (Foto: digination.id).

Bandung - Sebuah penelitian pada awal 2020 menyebutkan dari 170 juta lebih angkatan kerja tahun 2019 ternyata 30 persen di antaranya adalah freelancer. Perkembangan teknologi informasi membuat gig economy tumbuh cepat.

Bahkan di masa pandemi Covid-19, gig economy jadi salah satu andalan. Gig economy berarti suatu kondisi perekonomian dimana terjadi pergeseran status para pekerja perusahaan, yang umumnya tenaga kerja permanen menjadi karyawan kontrak sementara, independent workers, maupun karyawan tidak tetap.

Orang Indonesia selama ini mengenal gig economy seperti freelancer. Sebenarnya, freelancer ini sudah ada sejak lama. Namun, gaungnya semakin besar dibantu teknologi yang menghubungkan antara tenaga profesional dengan orang yang membutuhkan. “Bentuk kolaborasi itu, sebut saja Gojek, atau sayur box yang menghubungkan petani sayur dengan costumer,” ujar Public & Government Affairs Professional, Donna Murdijanto Priadi, MBA, dalam rangkaian International Conference on Management in Emerging Markets (ICMEM) 2020, 4 Agustus 2020.

Menurut Donna, gig economy merupakan kesempatan yang bisa diambil masyarakat saat ini. Ketika PHK merajalela akibat pandemi Covid-19, bisnis pun semakin sulit. Orang yang memiliki keahlian foto, bisa menjual foto lewat Instagram. Orang yang bisa masak, bisa membuka catering. Bahkan orang yang memerlukan darah, bisa menghubungi orang yang mempunyai darah melalui aplikasi. Sehingga gig bisa digunakan untuk donasi pula.

Tantangannya ada pada seberapa besar orang tersebut menguasai keahliannya. Karena bagaimanapun orang akan malas berkolaborasi dengan orang yang kemampuannya setengah-setengah. Ia memprediksi, jumlah freelancer di Indonesia di masa pandemi ini akan semakin besar.

Untuk itu, bagi yang ingin mengambil kesempatan ini perhatikan passion dan skill untuk memulainya. Selain Donna, webinar yang mengangkat tema “Ecosystem for Sustainable Development Dealing with Collaboration Challenges and Opportunities” ini menghadirkan dua pembicara lain. Mereka adalah Prof Dr Hazel Grunewald, Reutlingen University, Germany dan Prof Dr Rlf Schaeren Swis-ASEAN Learning & Teaching, Chairman.

Dalam webinar tersebut, Hazel menitikberatkan pada international business engineering ecosystem di Jerman serta pentingnya bahasa untuk berkolaborasi. ICMEM 2020 digelar Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) secara virtual pada 3-5 Agustus 2020.

ICMEM kelima ini mengangkat tema "Sustainable Development: Orchestrating Business to Respond to Society's latest Challenges". Kegiatan ini juga diselenggarakan dua lembaga, yakni International Graduates Colloquium (IGC) dan SwissInnovation Challenge. Serta bekerjasama dengan perguruan tinggi ternama antara lain UMT, FHNW, dan SALT Network (Pun/jabarprov.go.id). []

Berita terkait
Bara JP: Ekonomi dan Pandemi Covid-19 Persoalan Utama Bangsa
Bara JP mengatakan persoalan utama bangsa saat ini adalah perekonomian yang semakin sulit dampak pandemi Covid-19. dibutuhkan soliditas pemerintah.
Sebab Ekonomi Indonesia Tumbuh di Tengah Pandemi
Pemerintah mengklaim ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh positif meski pandemi Covid-19 memicu tingginya angka pengangguran.
Pandemi Corona Penyebab Ekonomi Indonesia Anjlok
Anggota DPR Mulyadi menilai lambannya pemerintah menangani penyebaran virus Corona menyebabkan ekonomi di Indonesia anjlok dan masuk zona merah.