Pelecehan Terhadap Wartawan Asing yang Meliput Banjir di China

Amerika menyatakan “sangat prihatin” atas pelecehan dan intimidasi terhadap koresponden asing yang meliput banjir yang menewaskan korban di China
Mobil-mobil yang diterjang banjir setelah hujan lebat, di Zhengzhou di Provinsi Henan, China tengah, 22 Juli 2021 (Foto: voaindonesia.com - Noel Celis/AFP)

Jakarta – Amerika Serikat (AS) menyatakan “sangat prihatin” atas pelecehan dan intimidasi terhadap koresponden asing yang meliput banjir yang menewaskan korban di China. Hal ini dikatakan oleh Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, 29 Juli 2021.

Pernyataannya muncul kurang dari 24 jam setelah Beijing menuduh BBC menyiarkan “berita palsu” mengenai banjir menghancurkan pekan lalu di Henan, provinsi di China Tengah. Badan penyiaran Inggris itu menyatakan wartawannya menghadapi sikap bermusuhan.

“AS sangat prihatin dengan pengawasan, pelecehan dan intimidasi yang semakin keras terhadap wartawan AS dan wartawan asing di Republik Rakyat China, termasuk terhadap wartawan asing yang meliput kehancuran dan tewasnya korban akibat banjir baru-baru ini di Henan,” kata Price, dalam suatu pernyataan.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned PriceJuru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price (Foto: voaindonesia.com - AP Photo/Manuel Balce Ceneta, Pool)

“Pemerintah China mengklaim menyambut baik media asing dan mendukung tugas mereka, tetapi tindakannya berbeda,” kata Price.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, sebelumnya pada hari Kamism 29 Juli 2021, menyebut badan penyiaran Inggris BBC sebagai “Perusahaan Penyiaran Berita Palsu” yang telah “menyerang dan mencemarkan China, sangat menyimpang dari standar jurnalistik.”

BBC telah menyatakan wartawannya yang meliput banjir telah menjadi sasaran kritik online, sementara media berita lainnya diganggu di lapangan dalam “berbagai serangan yang terus membahayakan wartawan asing.”

BBC melaporkan tentang banjir pekan lalu di Kota Zhengzhou yang menewaskan 14 orang, dan lebih dari 500 orang komuter terperangkap sewaktu sistem kereta bawah tanah kota itu kebanjiran pada jam-jam sibuk, sementara sensitivitas terhadap penggambaran negatif mengenai China meningkat.

Warga yang terdampak banjir di ZhengzhouWarga yang terdampak banjir di Zhengzhou, Provinsi Henan, China, menunggu untuk dievakuasi, 22 Juli 2021 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Aly Song)

Wartawan Kantor Berita AFP juga dipaksa oleh warga Zhengzhou yang menunjukkan sikap bermusuhan untuk menghapus rekaman video dan dikepung oleh puluhan lelaki sewaktu sedang melapor dari terowongan yang terendam air.

Zhao pada hari Kamis, 29 Juli 2021, mengatakan para koresponden asing “menikmati suasana peliputan yang bebas dan terbuka di China.”

Tetapi, berbagai organisasi kebebasan pers mengatakan ruang gerak bagi wartawan asing untuk beroperasi di sana diperketat, dengan para wartawan dibuntuti di jalan-jalan, mengalami pelecehan online dan pengajuan visa mereka ditolak. (uh/ab)/AFP/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Mengapa China Masih Dilanda Banjir yang Parah
Sistem terbangun dengan teknologi yang canggih dan ada sistem resapan air di kota, tapi mengapa China masih dilanda banjir yang parah
0
Harga TBS Sawit Terjun Bebas, Sultan Najamudin Minta Pemerintah Tingkatkan Porsi Penggunaan CPO
Wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah RI Sultan B Najamudin mendorong pemerintah untuk melakukan akselerasi penyerapan stok CPO.