Mengapa China Masih Dilanda Banjir yang Parah

Sistem terbangun dengan teknologi yang canggih dan ada sistem resapan air di kota, tapi mengapa China masih dilanda banjir yang parah
Kendaraan terjebak banjir di Zhengzhou, China, 20 Juli 2021 (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Bendungan dibangun dengan teknologi canggih, sistem resapan air di kota-kota spons dirancang dengan sistem mumpuni. Lalu mengapa China masih dilanda banjir besar?

Hujan terlebat baru-baru ini melanda kawasan tengah China, dengan banjir yang menghantam sistem kereta bawah tanah, merusak bendungan dan tepian sungai, bangunan dan menyebabkan tanah longsor.

Beijing telah menggembar-gemborkan jaringan bendungan besarnya sebagai ‘obat‘ untuk banjir tahunan yang menghancurkan, tetapi tetap saja banjir dalam beberapa tahun terakhir ini menewaskan ratusan orang dan menenggelamkan ribuan rumah.

Berikut lima pertanyaan tentang mengapa China masih mengalami banjir parah setiap tahun.

1. Apakah Bendungan di China Berfungsi dengan Baik?

China secara historis mengandalkan bendungan, tanggul, dan waduk untuk mengontrol aliran air. Sekitar 30 miliar meter kubik air banjir ‘dicegat‘ tahun lalu oleh bendungan dan waduk di sungai terpanjang di Asia, Yangtze, dan berhasil mengurangi banjir di kawasan hilir termasuk Shanghai, demikian kata kementerian manajemen darurat China.

Tetapi skema pengelolaan air yang luas di negara itu tidak mampu menahan banjir, sehingga ada pertanyaan tentang ketahanan bendungan yang dibangun beberapa dekade lalu.

Bendungan Tiga NgaraiFoto tahun 2020 ketika air dilepas dari Bendungan Tiga Ngarai di Yangtze (Foto: dw.com/id)

Selasa, 20 Juli 2021, lalu, pihak militermemperingatkan adanya bendungan yang rusak di Provinsi Henan, yang "bisa runtuh kapan saja" setelah hujan deras. Pasukan tentara meledakkan sebuah lubang di bendungan itu untuk melepaskan air dan berlomba untuk memperkuat tanggul lain dengan karung pasir di seluruh provinsi.

Tahun lalu, pihak berwenang di Provinsi Anhui Timur terpaksa meledakkan dua bendungan untuk melepaskan air dari Sungai Chuhe yang terus meninggi ke atas lahan pertanian.

Dan ketakutan muncul kembali secara berkala atas ketahanan struktur Bendungan Tiga Ngarai di atas Yangtze, yang merupakan bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia. Bendungan itu dibangun di daerah yang dilintasi oleh garis patahan geologis.

2. Apakah Ini Dampak dari Perubahan Iklim?

Beban bendungan China kemungkinan akan bertambah karena perubahan iklim membuat peristiwa cuaca ekstrem lebih sering terjadi.

Saat atmosfer Bumi menjadi lebih hangat, maka atmosfer menahan lebih banyak uap air, yang membuat hujan lebih deras, demikian ujar Benjamin Horton, Direktur Observatorium Bumi Singapura, kepada Kantor Berita AFP.

Level permukaan air mencapai rekor ketinggian di 53 sungai di China selama musim panas tahun lalu, papar menurut kementerian sumber daya air China. Pihak berwenang juga memperingatkan Bendungan Tiga Ngarai menghadapi puncak banjir terbesar sejak mulai beroperasi pada tahun 2003.

Li Shuo, seorang analis iklim untuk Greenpeace Asia Timur, mengatakan kepada AFP bahwa banjir "menjadi peringatan tanda bahaya bagi China bahwa perubahan iklim sudah terjadi di sini."

3. Bisakah Sponge City Atau 'Kota Spons' Membantu?

Pembangunan dan urbanisasi yang pesat juga memperburuk banjir. ‘Pembengkakan kota' telah menutupi semakin banyak permukaan tanah dengan beton kedap air – yang meningkatkan risiko penumpukan air yang cepat di permukaannya selama hujan lebat, tanpa ada celah untuk mengalirkan air. Horton juga mengatakan bahwa beberapa danau besar di negara itu telah berkurang ukurannya secara drastis.

Salah satu solusi pemerintah adalah program "kota spons" yang dimulai pada tahun 2014. Sistem ini berusaha untuk menggantikan permukaan perkotaan yang kedap air dengan bahan berpori - trotoar resap air, lebih banyak ruang hijau, area drainase dan waduk. "Tujuannya adalah agar air hujan masuk ke saluran air atau area hijau," kata Cecilia Tortajada, peneliti kebijakan air di National University of Singapore kepada AFP.

4. Siapa yang Paling Menderita Akibat Banjir?

Tapi keberadaan kota-kota spons tak berpengaruh bagi masyarakat pedesaan di jalur air yang dialihkan, yang telah mengalami kerusakan parah pada rumah dan tanaman mereka.

"Sementara penduduk perkotaan di kota-kota besar China sebagian besar terhindar dari kenaikan air, banyak daerah pedalaman di sepanjang Sungai Yangtze berada di garis depan," kata Li.

Seluruh desa secara rutin dibiarkan kebanjiran, dengan mengevakuasi penduduknya, untuk menyelamatkan kota-kota padat penduduk.

Petugas melakukan pembersihan di GongyiPetugas melakukan pembersihan di Gongyi, dekat Zhengzhou, Provinsi Henan, China, 22 Juli 2021 (Foto: voaindonesia.com/AFP)

Dalam beberapa hari terakhir, air hujan telah merusak sekitar 20.000 hektar tanaman di daerah pedesaan sekitar Zhengzhou, demikian ditulis kantor berita Xinhua.

5. Apa Lagi yang Bisa Dilakukan?

China juga beralih ke peningkatan pengawasan banjir dan evakuasi dini untuk mengantisipasi jatuhnya korban akibat banjir.

Selain teknologi pemantauan cuaca konvensional, Kota Anqing di Provinsi Anhui China menggunakan kaca mata realitas virtual yang terhubung dengan kamera pemantau sungai dengan menggunakan internet 5G untuk mengirimkan gambar ke kantor pengawasan, demikian menurut Xinhua.

Tahun lalu, kementerian darurat mengatakan jumlah orang tewas atau hilang akibat banjir musim panas antara Juni dan Agustus 2021 turun menjadi 219 orang -- kurang dari setengah angka rata-rata setiap tahun dalam lima tahun terakhir. Namun, kerugian ekonomi melonjak 15%, mencapai 179 miliar yuan (26 miliar dolar AS).

Peneliti Tortajada mengatakan pada akhirnya, pencegahan banjir juga akan membutuhkan tindakan global terhadap perubahan iklim. "Sementara segelintir negara semakin baik persiapannya menghadapi perubahan iklim, dunia secara keseluruhan tidak siap," pungkasnya kepada AFP [ap/hp (afp)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Warga Kota Zhengzhou China Mulai Dibersihkan Pasca Badai
Warga kota Zhengzhou di China tengah menyekop lumpur dari rumah mereka dan menyeret mobil yang rusak setelah banjir
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.