Jakarta - Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menyatakan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dapat mengukur dukungan masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) melalui penelitian. Karyono menyebut dari hasil riset, PDIP bisa mengetahui apa penyebab serta alasan suka dan tak suka masyarakat Sumbar terhadap PDIP.
"Dapat diketahui pula alasan suka dan tidak suka, alasan mengapa memilih dan tidak memilih. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap sejumlah kebijakan pemerintah juga dapat digali melalui penelitian," kata Karyono kepada Tagar, Minggu, 6 September 2020. "Melalui riset dapat juga diketahui seberapa besar perubahan geanologi masyarakat di Sumbar," ucapnya.
Karyono menuturkan, dari penelitian itulah nantinya dapat menghasilkan rekomendasi yang dapat customize untuk menyusun strategi perjuangan partai ke depan. Ia menilai, strategi berbasis riset dapat digunakan agar PDIP dapat meningkatkan akseptabilitas dan elektabilitasnya di Sumbar.
"Tentu ada cara agar masyarakat Sumbar bisa menerima, menyukai dan memilih PDIP. Untuk meluluhkan hati masyarakat Sumbar memerlukan pendekatan persuasif dan beradaptasi dengan budaya lokal," ujar dia. Baginya, tidak cukup dengan cara-cara parsial, seporadis dan instan saja untuk meningkatkan elektabilitas PDIP di Sumbar.
Pengamat Politik ini juga menjelaskan, lemahnya dukungan masyarakat untuk PDIP disebabkan karena faktor sejarah. Hal ini, menurutnya terjadi sejak lama. Karyono menyebut kekalahan PDIP di Sumbar juga disebabkan oleh rekam jejak Soekarno di masa lalu.
"Jika ditarik lebih jauh, disebabkan juga oleh faktor sejarah hubungan Soekarno dengan sejumlah tokoh Sumbar, terutama dengan tokoh yang saat itu terlibat dalam PRRI/PERMESATA. Sosok Sukarno dipandang sebagai pihak yang mengerahkan militer untuk menumpas Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Barat yang membuat sosok Sukarno kurang diterima di Bumi Minangkabau," kata Karyono.
Meski begitu, Karyono menambahkan, sejak reformasi telah terjadi pergeseran kekuatan politik yang menunjukkan masyarakat Sumbar semakin cair. Hal itu, kata dia, dibuktikan dengan peta perolehan suara partai dalam sejumlah pemilu dimenangi partai berhaluan nasionalis yaitu Golkar (2004), Demokrat (2009), Golkar (2014), dan Gerindra (2019).
"Hanya pada Pemilu 1999 yang dimenangi oleh partai yang cukup dekat dengan pemilih Islam, yakni Partai Amanat Nasional. Dalam sejarah pemilu di Sumbar memang tergolong fenomenal, yakni partai yang dekat dengan sosok Soekarno baik PNI, PDI dan PDIP tidak pernah menang," ucap Karyono. []