Jakarta - Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Bidang Kemitraan BUMN, Romadhon Jasn mendukung kinerja Badan Intelijen Negara (BIN), TNI dan Polri terlibat dalam penanganan pandemi C-19 di Indonesia.
Menurut Romadhon, tidak perlu saling menyalahkan dalam situasi darurat seperti ini. Apalagi sekadar mencari sensasi di media sosial dengan berteriak-teriak dan menyalahkan BIN.
"Dari awal Presiden Jokowi sudah meminta tolong semua stakeholder terlibat dalam penanganan pandemi C-19. Wajar jika BIN dan POLRI terlibat, mereka kemanusiaannya sangat besar. Sekarang saatnya bicara kemanusiaan bukan sekedar pansos teriak-teriak dimedia sosial," kata Romadhon kepada wartawan di Jakarta, Rabu, 30 September 2020.
Dari awal Presiden Jokowi sudah meminta tolong semua stakeholder terlibat dalam penanganan pandemi C-19. Wajar jika BIN dan POLRI terlibat, mereka kemanusiaannya sangat besar.
Baca juga: Sudah Saatnya Presiden Jokowi Evaluasi Menkes Terawan
Kemudian, Romadhon menegaskan sebagai lembaga telik sandi yang dinaungi negara sebagai salah satu pemegang peran penting dalam mengendalikan dan mengkonsep perubahan dalam negara.
"Tidak hanya itu BIN juga merupakan sebuah institusi negara yang sangat menentukan negara itu kuat atau justru keropos, sebab dalam pepatah kerajaan dulu bahwa kehebatan sebuah kerajaan ditentukan oleh kelihaian dan kemapanan dalam mencari informasi apabila telik sandi berhianat pada kerajaan maka bisa jadi sebuah kerajaan tersebut akan mengalami kehancuran. Kita harus dukung BIN dan kerja-kerja intelijennya," tuturnya.
Pada masa pandemi, lanjut Romadhon, Indonesia telah melibatkan beberapa lembaga penting negara untuk melakukan pencegahan laju penyebaran C-19 di Indonesia, termasuk yang terlibat di dalamnya adalah BIN dengan dibantu Intelejent yang ada di TNI dan Polri. Akan tetapi dari sekian banyak pernyataan yang dikeluarkan oleh BIN termasuk pernyataan akhir dari pandemi C-19, banyak dari para tokoh menganggap bahwa BIN telah melakukan kebohongan terhadap informasi tersebut.
"BIN dianggap membuat pernyataan-pernyataan palsu tentang hasil Swab test yang dilakukan oleh BIN sebab banyak yang dinyatakan positif C-19 saat diswap di BIN tapi negatif saat menjalani proses Swab Test secara mandiri," ujar Romadhon.
Selanjutnya, Romadhon menegaskan BIN telah memberikan klarifikasi terkait alat swab test yang mereka gunakan. BIN menjamin kondisi peralatan, metode, dan test kit yang digunakan adalah gold standard dalam pengujian sampel C-19.
Baca juga: Di Masa Pandemi Pemkab Ciamis Sapa Warga di Channel YouTube
"Kasus false positive dan false negatif sendiri telah banyak dilaporkan di berbagai negara seperti Amerika Serikat, China, dan Swedia. Nah, hal ini sudah bisa dipastikan bahwa BIN telah melakukan berbagai macam upaya untuk memberikan informasi yang akurat terkait dengan Pandemi C-19 tersebut, meskipun banyak pihak yang meragukan hasil yang dikeluarkan oleh BIN dan menyangka kepanikan yang terjadi di masyarakat itu bagian dari skenario BIN," kata Romadhon. []