Mataram - Sehubungan dengan merebaknya isu rasisme di Amerika Serikat (AS), pengunjuk rasa meminta pemerintah setempat untuk menghilangkan Monumen Emansipasi berupa patung seorang budak yang tengah berlutut di hadapan Presiden ke-16 AS Abraham Lincoln.
Kendati menggambarkan berakhirnya era perbudakan di Amerika Serikat, para kritikus menilai monumen yang terletak di Washington D.C. dan Boston itu justru terkesan ofensif terhadap beberapa kalangan.
Saya sudah memperhatikan pria (patung) ini berlutut sejak saya masih kecil. Seharusnya mewakili kebebasan, tetapi malah sebaliknya.
Baca Juga: Kronologi Kasus Kematian George Floyd
Sebelumnya, di Washington D.C. sempat beredar seruan di media sosial untuk berkumpul merobohkan patung yang berdiri sejak 1876. Sementara di Boston, sebuah petisi serupa juga muncul dan membuat komisi seni kota berencana mengadakan audiensi publik pada Kamis dan Selasa depan untuk membahas hal tersebut.
Tory Bullock, selaku aktivis yang mencanangkan untuk menghilangkan patung tersebut, mempertanyakan maksud sebenarnya dari keberadaan patung yang disebut-sebut merepresentasikan kebebasan itu.
"Saya sudah memperhatikan pria (patung) ini berlutut sejak saya masih kecil. Seharusnya mewakili kebebasan, tetapi malah sebaliknya, mewakili kita masih di bawah orang lain. Saya selalu bertanya pada diri saya sendiri, 'Jika dia bebas, mengapa dia masih berlutut'? ujar Bullock, mengutip WBUR News.
Saya dapat melihat kontroversi tetapi saya juga dapat melihat keindahan (patung tersebut).
Hal senada dilontarkan Lilian McCarthy, salah satu pengunjuk rasa yang menuntut perobohan Monumen Emansipasi tersebut.
"Bagaimana kamu bisa mengatakan kamu peduli tentang kehidupan orang kulit hitam dan kemudian membiarkan patung itu selama beberapa dekade yang benar-benar mempromosikan citra menjijikkan dan merendahkan dari kehidupan?" kata McCarthy.
Sementara itu, meneruskan hasil wawancara Fox News, Presiden As Donald Trump, pada peringatan emansipasi di Washington mengatakan pihak-pihak yang ingin menghilangkan patung tersebut harus mengajukan petisi terlebih dahulu kepada pemerintah.
"Saya dapat melihat kontroversi tetapi saya juga dapat melihat keindahan (patung tersebut). Kau tahu, kita juga bisa menghilangkannya," ujar Trump.
"Aku bisa mengerti hal-hal tertentu diturunkan. Tetapi mereka harus melalui proses, secara hukum, kemudian kami menurunkannya. Dalam beberapa kasus menempatkannya (patung itu) di museum atau di manapun itu," lanjut Trump.
Baca Juga: Perilaku Rasis adalah Penyakit Mental
Monumen Emansipasi yang memuat mantan Presiden AS, Abraham Lincoln tengah membebaskan budak yang berlutut di hadapannya itu didirikan di kawasan Lincoln Park di Washington pada 1876. Tiga tahun kemudian, patung serupa dibuat dan ditempatkan di Boston di kediaman pencipta patung tersebut, Thomas Ball.[]