Pasca Insiden Atlanta Ketakutan Baru Bagi Warga Asia-Amerika

Pasca penembakan yang menewaskan delapan perempuan muda Asia di Atlanta memunculkan ketakutan baru bagi warga Asia-Amerika
Melissa Min (kiri) dan putranya, James, lakukan aksi solidaritas dengan komunitas Asia-Amerika setelah serangan terhadap komunitas tersebut meningkat sejak awal pandemi virus corona setahun yang lalu, di Philadelphia, Pennsylvania, AS, 17 Maret 2021 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Jakarta – Sebelum pandemi virus corona (Covid-19) pada awal tahun lalu, Kyung Cho, warga Asia-Amerika turunan Korea memperhatikan orang-orang terkadang menatapnya dengan pandangan aneh atau bahkan bertanya apakah dia bisa berbahasa Inggris. Pasca penembakan yang menewaskan delapan perempuan muda Asia di Atlanta memunculkan ketakutan baru bagi warga Asia-Amerika

Belakangan ini, menurut Cho, sikap terhadap orang keturunan Asia-Amerika seperti dirinya menjadi lebih bermusuhan. “Situasi menjadi lebih buruk,” kata Cho yang berusia 50 tahun itu saat dia berbelanja di toko kelontong Asia di pinggiran Kota Atlanta, Georgia, AS, Rabu, 17 Maret 2021. “Suatu hari saya berada di tempat parkir dan beberapa anak berteriak agar saya kembali ke China. Saya dari Korea.”

Laporan voaindonesia.com (28 Juni 2020) menyebutkan; Sejak pertengahan Maret 2020, sebuah koalisi yang berbasis di AS telah melacak lebih dari 2.100 insiden kebencian anti-Asia, angka mengkhawatirkan yang diduga sebagian disebabkan oleh retorika politik terhadap China selama pandemi virus corona.

Sementara ejekan rasial dan pelecehan verbal mencakup sebagian besar insiden, hampir 80% melibatkan serangan fisik, bisnis-bisnis melarang orang-orang Asia Amerika masuk, dan para penyerang sengaja batuk dan meludahi korban, menurut STOP AAPI Hate, pelacak kebencian anti-Asia.

Di seluruh Amerika Serikat, banyak warga Asia-Amerika terkejut dengan berita tentang penembakan massal di tiga spa di sekitar Atlanta pada Selasa, 16 Maret 2021, malam yang menewaskan delapan orang, termasuk enam perempuan Asia. Pihak berwenang mengatakan tersangka penembakan, seorang pria kulit putih berusia 21 tahun, mengaku ia kecanduan seks dan serangan itu sepertinya tidak bermotif rasial.

Namun setelah satu tahun, di mana jumlah laporan kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika meroket, penembakan di Atlanta itu memicu kemarahan, ketakutan, dan tuntutan agar pemerintah merespons kondisi tersebut.

unjuk rasa silentUnjuk rasa "We Are Not Silent" melawan kebencian anti-Asia sebagai tanggapan atas kejahatan anti-Asia baru-baru ini di Chinatown-Distrik Internasional Seattle, Washington pada 13 Maret 2021. (Foto: voaindonesisa.com - AFP/Jason Redmond)

“Kami terkepung,” kata Russell Jeung, Profesor Kajian Amerika Asia di San Francisco State University dan pendiri Stop AAPI Hate, sebuah koalisi yang melacak kekerasan anti-Asia selama pandemi. “Seluruh komunitas mengalami trauma.”

Dalam laporan yang dirilis pada Selasa, 16 Maret 2021, sebelum insiden penembakan terjadi, koalisi itu mengatakan menerima 3.795 laporan insiden kebencian antara Maret 2020 dan Februari 2021. Mayoritas diskriminasi terdiri dari pelecehan verbal dan pengucilan. Perempuan melaporkan insiden sekitar dua kali lebih sering daripada laki-laki.

Sebuah pusat penelitian nonpartisan, Center for the Study of Hate and Extremism, menerbitkan sebuah hasil studi pada awal bulan ini yang menunjukkan kejahatan rasial terhadap orang Asia-Amerika yang dilaporkan terjadi di 16 kota besar AS, naik 149% dari 2019 hingga 2020. Sementara kejahatan rasial secara keseluruhan turun 7% dalam periode waktu yang sama.

Para pendukung komunitas tersebut mengatakan lonjakan itu sebagian besar disebabkan oleh orang Asia-Amerika yang disalahkan karena wabah virus corona, yang pertama kali diidentifikasi di Wuhan, China, pada akhir 2019. Mantan presiden AS Donald Trump berulang kali menyebut Covid-19 sebagai "Virus China" dan "kung flu". Retorika yang dilontarkan itu dianggap beberapa orang mengobarkan sentimen anti-Asia.

Jajak pendapat Reuters/Ipsos terhadap 4.430 orang Amerika, yang dilakukan dari 18-24 Februari, menunjukkan bahwa 37 persen responden percaya bahwa Covid-19 dibuat di laboratorium di China, termasuk 24 persen pendukung Demokrat dan 54 persen pendukung Republik. Para peneliti masih mencoba mengidentifikasi asal-usul virus tersebut, tetapi tidak ada bukti yang dapat dipercaya yang menunjukkan bahwa virus itu secara tidak sengaja disebarkan dari laboratorium China.

Para pemimpin Asia-Amerika pada Rabu, 17 Maret 2021, meminta pejabat pemerintah untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi dan mendukung komunitas mereka, dan tagar #StopAsianHate beredar luas di media sosial. Komite DPR AS merencanakan sidang pada Kamis, 18 Maret 2021, untuk membahas masalah tersebut.

penembakan atlantaPolisi menginvestigasi TKP di sebuah tempat pijat di Atlanta, AS (Foto: dw.com/id)

“Orang Asia Amerika takut meninggalkan rumah mereka, dan bukan hanya karena penyakit. Mereka takut meninggalkan rumah karena ada risiko nyata, hanya berjalan di jalanan, dan Anda akan disalahkan atas pandemi global dan orang-orang akan mengejar Anda,” kata Frank Wu, Presiden Queens College, City University of New York, yang mempelajari diskriminasi anti-Asia di Amerika Serikat.

Hampir setengah dari insiden kebencian anti-Asia yang dicatat oleh Stop AAPI Hate terjadi di California, di mana warga Asia-Amerika mencapai sekitar 15% dari populasi.

Ronald Lisam, seorang Tionghoa Amerika berusia 45 tahun yang sedang berbelanja bahan makanan di kawasan Pecinan di San Francisco pada Rabu, 17 Maret 2021, mengatakan dia mulai mempertanyakan keselamatannya di tempat umum. “Setiap hari saya khawatir diserang, dirampok, diserang,” kata Lisam (ah/au/ft)/Reuters/voaindonesia.com. []

Berita terkait
3.800 Laporan Pengaduan Kebencian Terkait Warga Asia-Amerika
Organisasi advokasi Asia-Amerika terima hampir 3.800 pengaduan terkait dengan kebencian terhadap orang Asia-Amerika di AS
Pasca Penembakan Atlanta Ada Seruan Setop Serangan Rasisme
Insiden penembakan tewaskan delapan orang di Atlanta, AS, pascara penembakan ada seruan hentikan kebencian rasisme terhadap warga Asia-Amerika
Ketagihan Seks Diduga Jadi Motivasi Penembakan di Atlanta
Tersangka pelaku penembakan di Atlanta menunjukkan bahwa kemungkinan pelaku bermasalah dengan “ketagihan seks”
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.