Pasar Rp 5,8 Miliar di Pessel Ditinggal Pedagang

Pasar Kambang di Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan justru ditinggalkan pedagang setelah dibangun dengan anggaran miliaran rupiah.
Sepinya pasar semi modern Kambang di Kabupaten Pesisir Selatan yang ditinggalkan pedagang. (Foto: Tagar/Istimewa)

Pesisir Selatan - Pasar Kambang di Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat, telah ditinggalkan pedagang sejak 8 bulan silam. Mereka menilai pasar yang dibangun dengan anggaran sebesar Rp 5,8 miliar itu sempit untuk berjualan.

Daripada pedagang terus-terusan keluar masuk, lebih baik dibongkar saja, dan direnovasi kembali sesuai selera pedagang.

Tak hanya petak-petak kios berjualan, lorong-lorong di dalam pasar semi modern itu pun cukup sempit. Akibatnya, pembeli menjadi enggan untuk berbelanja. Kondisi itu diperparah dengan banyaknya pedagang liar di pasar.

"Meman sudah sejak 8 bulan lalu. Ini bukan karena pandemi covid-29, tapi lebih karena sempit dan terasa pengap," kata Andi, 45 tahun, salah seorang pedagang, Senin, 13 April 2020.

Pasar Kambang dibangun melalui dana Tugas Pembantuan (TP) atau dana dekonsentrasi Kementerian Perdagangan. Peletakkan batu pertamanya dilakukan Bupati Hendrajoni pada Minggu, 20 Agustus 2017.

Selain ditinggalkan pedagang, kondisi pasar Kambang kini pun sangat memprihatinkan. Di sekeliling pasar hingga bagian dalamnya terlihat semrawut. Fasilitas yang ada tampak seperti tidak terawat.

Usai dibangun pada 2018, lanjut Andi, pasar tidak lama dihuni pedagang. Sebab, sejak pidah berdagang ke dalam pasar semi modern itu, omset pedagang justru turun. Apalagi, daya beli masyarakat juga lesu.

Padahal, pasar ini diharapkan menjadi pasar representatif dan bermanfaat bagi pengujung dan pedagang. "Tapi kenyataannya berkata lain. Tak berapa lama, pedagang kembali ke luar, karena merasa tidak nyaman," katanya.

Sementara, Suryadi, 46 tahun, salah seorang pengunjung mengaku miris melihat kondisi itu. Hingga kini los pasar semi modern itu belum juga ditempati pedagang secara permanen. Padahal, pembangunannya memakan biaya cukup besar.

Ia pun mengamini konstruksi bangunan yang tidak sesuai selera pedagang dan pembeli. Karena itu, dia berharap pemerintah kabupaten bisa mencarikan solusi, sehingga biaya pembangunan tidak menjadi sia-sia belaka.

"Daripada pedagang terus-terusan keluar masuk, lebih baik dibongkar saja, dan direnovasi kembali sesuai selera pedagang. Dibuat nyaman dan gedung yang dibangun pemerintah tidak sia-sia," katanya.

Terpisah, Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan dan UMKM Pessel, Azral membenarkan pasar tersebut sudah ditinggal pedagang. Pihaknya mengaku akan mencarikan solusi terbaik, sehingga bangunan itu tidak sia-sia.

Namun, karena kegiatan kini tengah fokus pada penanganan dan penanggulangan covid-19, kegiatan itu ditunda sementara. Menurutnya, sempit dan kenyaman itu hanyalah alasan pedagang semata dan tidak masuk akal.

"Kita tata kembali, dibagi petaknya. Karena banyak masyarakat yang minat hanya bagian depan saja. Jadi supaya adil akan kita undi melalui cabut lot. Dan pedagang bisa memilih sesuai rezkinya," katanya.

Menanggapi, terkait mengganti bangunan, Ia menjelaskan, Pemkab tidak berwenang untuk mengubah bantuan yang sudah berikan pemerintah pusat. Sebab, setiap yang diberikan harus sesuai dengan ketentuan pemerintah pusat, dan pemerintah daerah hanya menjalankannya.

"Itu pasar TP, pasar pemberian dari pemerintah pusat. Daerah tidak bisa menentukan modelnya. Namanya bantuan dari pusat, tidak bisa diubah. Dan kini kita dapat kembali Pasar Lakitan, dana TP juga. Memang, sudah seperti itu modelnya," tuturnya. []



Berita terkait
Pasien Positif Corona di RSUD M Zein Pessel Membaik
Kondisi kesehatan pasien 03 asal Pesisir Selatan yang positif covid-19 terus membaik.
Satu Lagi Pasien Asal Pessel Sembuh dari Covid-19
Satu pasien positif terpapar covid-19 di Pesisir Selatan sembuh dan sudah dibolehkan pulang.
Satu Warga Pessel Positif Sembuh dari Covid-19
Satu dari empat warga Pesisir Selatan yang positif terpapar dinyatakan sembuh dari covid-19.