Jakarta - Pengamat ekonomi dan pasar modal, Siswa Rizali memperkirakan, skema penggabungan usaha atau merger tiga bank syariah badan usaha milik negara (BUMN) pada Februari tahun 2021 oleh Kementerian BUMN tidak akan mengubah pasarnya. Menurutnya, salah satu yang akan difokuskan nantinya adalah segmen konsumer.
"Kalau target pasar, saya kira akan tetap sama, salah satunya fokus ke segmen konsumer yang masih sangat potensial dengan marjin tinggi," kata Siswa saat dihubungi Tagar, Rabu, 14 Oktober 2020.
Di sisi lain, menurut Siswa, dengan skala yang besar, tidak menutup kemungkinan bank syariah hasil merger tersebut akan lebih aktif di segmen korporasi. Pembiayaan skala besar jangka panjang juga bisa menjadi yang difokuskan nantinya.
"Seperti infrastruktur yang memang masih banyak dibutuhkan untuk pembangunan di Indonesia," ucapnya.

Kata Siswa, pentingnya merger ini lebih dari segi peningkatan efisiensi bank tersebut sendiri. Menurutnya, dengan skala yang lebih besar maka penguatan IT yang menjadi kunci pengembangan bisnis finansial akan semakin membaik.
"Dengan IT, biaya-biaya transaksi semakin murah dan efisien, sehingga bisnisnya bisa semakin ekspansif," ujarnya.
Sebab, kata dia, bank-bank kecil, susah investasi di IT secara besar-besaran. Dengan skala besar, efisiensi pelayanan bagi konsumen juga membaik. "Karena jaringan lebih menyebar dan bisa berasing dengan bank-bank besar lain," tutur Siswa.
Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana untuk menggabungkan usaha atau merger tiga bank syariah pelat merah pada Februari 2021. Ketiga bank syariah tersebut yakni Bank BRI Syariah, Bank BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri.
Nantinya, bila rencana ini terwujud, bank syariah hasil merger ini akan menjadi entitas dengan aset lebih dari Rp 200 triliun. Dengan jumlah aset tersebut, bank hasil merger berpeluang masuk 10 lembaga keuangan syariah teratas dunia. []
- Baca Juga: Merger Bank Syariah BUMN, Ini Profil Bank Syariah Mandiri
- Merger Bank Syariah BUMN, Dijamin Tak Ada PHK Karyawan