Para Dokter yang Mati Syahid

Sekitar 200 dokter di Indonesia meninggal karena virus Corona -sementara negeri ini masih membutuhkan banyak dokter.Opini Lestantya R.Baskoro
Pekerja melapisi alumunium foil ke peti jenazah khusus untuk korban COVID-19 di rumah industri pembuatan peti di Jalan Argopuro Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis, 7 Mei 2020. (Foto: Antara/Makna Zaezar)

SEORANG dokter menulis di laman media sosial grup Kagama: 200 mati syahid. Yang ia maksud tentu sejawatnya, para dokter yang meninggal karena terinfeksi virus Covid-19. Yang hingga kini masih terus “bergerak” dan umat manusia menunggu dengan cemas, kapan vaksi itu tiba dan menyingkirkan segala kecemasan yang sudah melilit ke mana-mana.

Dokter adalah gerbang terakhir untuk menyelamatkan mereka yang terpapar virus. Tak ada ada kata “menolak” untuk mereka jika pasien yang terkena virus corona itu hadir di depan tempat mereka mengabdi: rumah sakit atau puskesmas. Mereka harus menanganinya, dalam kondisi apa pun -suka atau tidak suka.

Kita tahu sudah banyak dokter spesialis kita, terutama paru-paru, yang meninggal karena terpapar covid-19. Pada awal-awal virus ini muncul dan memakan korban, kita ingat tentang seorang dokter muda yang terpapar Covid-19, yang mungkin tahu umurnya tak panjang, minta diantar ke rumahnya, melihat buah hatinya dari jauh, dari dalam mobil. Itu pertemuannya terakhir.

Tapi, tetap seja terbersit betapa begitu kehilangan negeri ini dengan meninggalnya para dokter itu.

Seorang gadis di Yogyakarta, yang ayahnya seorang dokter dan tewas dalam kesendirian -karena tidak boleh ditengok- segera menulis di media sosial setelah ayahnya meninggal: meminta siapa pun untuk benar-benar sadar tentan bahaya Covid-19 dan tidak main-main, atau masa bodoh, terhadap pandemi yang diciptakan virus ini. Gadis itu mafhum, masih banyak orang demikian menyepelekan virus itu, dan berpikir kematian “toh bisa kapan saja,” atau membawa hal yang hanya memancing perdebatan tak berujung,”yang perlu ditakuti Tuhan, bukan virus...” Pendapat yang benar tapi sebenarnya ngawur.

Kita juga tahu, kebandelan dan kemasabodohan publik membuat sejumlah dokter, para tenaga medis, marah dan kecewa. Mereka marah karena sangat tahu bahaya covid-19 itu bagi siapa pun, juga diri mereka. Mereka mungkin kecewa sementara di rumah sakit harus berjibaku menyelamatkan mereka yang sekarat karena Covid-19 dan mereka sendiri berisiko terpapar, tapi di luar publik seperti tak mengindahkan keganasan Covid-19. Kita sangat memahami apa yang dirasakan para tenaga medis itu.

200 dokter mati syahid, bermakna mereka meninggal karena membela nilai-nilai kemanusiaan yang ditekankan agama, dan untuk mereka surga disiapkan.

Tapi, tetap seja terbersit betapa begitu kehilangan negeri ini dengan meninggalnya para dokter itu. Kita tahu negeri ini masih kekurangan banyak dokter apalagi dokter spesialis yang terhitung jumlahnya sangat jauh dari yang dibutuhkan. Kita tahu betapa mahalnya “investasi” menjadi dokter: para anak muda cerdas yang kuliahnya rata-rata harus lebih lama dibanding mahasiswa fakultas lain, yang berkutat magang dokter dulu -coass- sebelum kemudian disumpah menjadi dokter -pekerjaan mulia karena menyelamatkan nyawa manusia.

Kepada 200 dokter itu kita tundukkan kepala. Mari kita tetap terapkan protokol kesehatan, karena itu juga berarti menyelamatkan hidup para dokter. []

Berita terkait
Dokter Tirta Minta KPK Audit Anggaran Tim Komunikasi Publik Satgas Covid
Tirta Mandira Hudhi akrab disapa dr Tirta meminta KPK mengaudit dugaan korupsi dalam tim komunikasi publik Satgas Covid-19. Ada yang siap bersaksi.
Dokter Jelaskan Hal yang Ditakutkan Setelah Disuntik Vaksin
Dokter spesialis penyakit dalam dan vaksinolog menjelaskan KIPI atau hal-hal yang tidak diinginkan atau ditakutkan setelah disuntik vaksin.
Gaya Hidup Wah Jaksa Pinangki
Jaksa Pinangki menggunakan uang dari buron Djoko Tjandra untuk memenuhi gaya hidup mewahnya. Tidak pantas menjadi jaksa.
0
Serangan ke Suharso Monoarfa Upaya Politik Lemahkan PPP
Ahmad Rijal Ilyas menyebut munculnya serangan yang ditujukan kepada Suharso Manoarfa merupakan upaya politik untuk melemahkan PPP.