Pakar Kebijakan Publik: Fokus Jakarta Hanya Jangka Pendek

Pakar Kebijakan Publik Trubus Rahardiansyah mengatakan pembangunan DKI Jakarta fokusnya lebih menempatkan pada persoalan minimnya political will.
Ilustrasi - Ibu Kota Jakarta. (Foto: Tagar/Dok Lonlayplanet)

Jakarta - Pakar Kebijakan Publik Trubus Rahardiansyah mengatakan, bahwa memang benar jika dilihat dari kriteria komunikator yang disampaikan oleh RTF memang Jakarta menjadi kota terburuk dan itu dibawah Vietnam yang notabene-nya Indonesia sudah lama terlebih dahulu merdeka tetapi posisinya masih dibawah Vietnam.

Trubus juga mengatakan pembangunan DKI Jakarta memang fokusnya lebih menempatkan pada persoalan minimnya political will untuk membuat Jakarta menuju smart city.

“Banyak jargon sehingga aturan capaian itu hanya hampir jauh dari harapan maka yang terjadi perubahan dari tahun ke tahun tidak banyak mengalami perubahan yang signifikan terutama persoalan yang terkait dengan infrastruktur khususnya soal banjir dan kemacetan,” ujar Trubus dalam wawancara di kanal YouTube Tagar TV, Jumat, 27 Agustus 2021.


Jarang pemimpin DKI Jakarta melihat skenario planning yang menempatkan Jakarta di masa yang akan datang yang ada hanya sebuah kebijakan yang sifatnya jangka pendek.


Trubus RahadiansyahTrubus Rahadiansyah saat diwawancarai Cory Olivia di kanal YouTube Tagar TV. (Foto: Tagar/Azzahrah)

Trubus melihat gubernur dulu sampai sekarang ini memang lebih menempatkan pada persoalan penyelesaian yang bersifat jangka pendek.

“Jarang pemimpin DKI Jakarta melihat skenario planning yang menempatkan Jakarta di masa yang akan datang, yang ada hanya sebuah kebijakan yang sifatnya jangka pendek dan pragmatis juga lebih menempatkan pada kepentingan kelompok atau golongan yang selama ini hidup di Jakarta,” ujar Trubus.

Sebelumnya, Media Arsitektur Rethinking The Future (RTF) menempatkan tata kota DKI Jakarta terburuk di dunia. Menyikapi hal tersebut, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyatakan Pemprov DKI Jakarta tak menutup diri dengan adanya penilaian tentang Jakarta.

la mengatakan bahwa setiap gubernur yang memimpin DKI sejatinya ingin menjadikan ibu kota menjadi kota dengan penataan terbaik dan tertib.

Situs RTF lahir dari kebutuhan akan platform yang bisa mendorong dan mempromosikan keunggulan arsitektur dalam skala global. RTF termasuk platform satu atap bagi arsitek untuk mencari inspirasi, kritik, dan pengembangan. 

Dalam tulisannya yang berjudul '10 Examples of Bad Urban City Planning' atau '10 Contoh Kota dengan Perencanaan Paling Buruk', Jakarta menjadi juaranya. Jakarta disebut sebagai 'tempat bertata kota' paling buruk di dunia.

Hal tersebut terjadi karena Jakarta merupakan wilayah padat penduduk yang penuh dengan polusi dan air tercemar. RTF juga mengungkap Jakarta memiliki desain yang buruk karena pembangunan infrastrukturnya yang kacau, seperti jalan raya dan gedung- gedung bertingkat. Perencanaan pembangunan yang tidak dipikirkan selama bertahun-tahun membuat kualitas hidup di kota ini cenderung buruk.

Contohnya, ruang hijau dan terbuka yang tidak memadai, kemacetan lalu lintas yang ekstrem, dan perluasan kota yang tidak terencana. Faktor lain yang berkontribusi adalah pembangunan infrastruktur di tangan pemerintah daerah. Hal ini mengurangi kemungkinan pelaksanaan proyek jangka panjang. 

(Azzahrah Dzakiyah Nur Azizah)

Berita terkait
Asesmen Jadi Syarat Penerapan Sekolah Tatap Muka di Jakarta
Pembukaan sekolah pelaksanaan tersebut akan difokuskan pada sekolah yang sebelumnya sudah dilakukan uji coba PTM pada bulan lalu.
Daftar 3 Kawasan Jakarta yang Terapkan Sistem Ganjil Genap
Polda Metro Jaya mengurangi kawasan pemberlakuan kebijakan pembatasan mobilitas kendaraan bermotor ganjil genap di 3 kawasan Jakarta.
Anies Sebut Covid-19 di Jakarta Alami Penurunan
Pandemi Covid-19 di Ibu Kota sudah menurun. Kondisi penurunan tersebut ditandai dengan angka reproduksi efektif (Rt) di bawah satu.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.