Jakarta - Pakar Farmasi Universitas Gajah Mada, Prof Dr. Suwijiyo Pramono, mengatakan 95 persen kebutuhan obat di Indonesia masih impor. Padahal kebutuhan obat di Indonesia adalah sangat vital.
"Bahan obat sintetis 95 persen kita masih impor. Ini masalahnya. Kita masih tergantung terus dari impor. Sudah berapa triliun yang sudah kita gunakan untuk membeli obat dari luar negeri," kata Suwijiyo dikutip Jumat, 3 Desember 2021.
"Bahkan bukan hanya obat, tapi bahan-bahan pengisi yang digunakan oleh para industri jamu, itu pun impor. Ini kan sangat menyedihkan," sambungnya.
Suwijiyo menegaskan agar para penelitiobat dan jamu agar saling bekerja sama guna meningkatkan potensi dalam negeri agar bisa dikembangkan.
Lebih jauh, menurutnya, kini masyarakat lebih memilih obat impor karena mudah dikonsumsi dan tanpa mengolah lebih rumit layaknya obat herbal.
Bahan obat sintetis 95 persen kita masih impor. Ini masalahnya. Kita masih tergantung terus dari impor.
"Masyarakat kita lebih sering impor itu kenapa? karena lebih mudah. Nggak boleh sebenarnya begitu. Karena akan merugikan anak cucu. Misalnya tanaman herba timi yang sudah lama dipergunakan untuk obat anti batuk. Pada tahun 70-80an, tanaman itu menjadi andalan di seluruh apotik di kota Madya Yogyakarta. Karena daun timi itu sangat manjur sekali," kata Suwijiyo.
"Tapi seiring berjalannya waktu, masuk obat-obat impor yang lebih simpel penggunaannya. Kalau daun timi kan harus mengekstraksi, perlu diproses dulu sebelum dikonsumsi. Inilah yang membuat masyarakat kita malas dan lari ke obat impor," katanya.
Baca Juga:
- Warga Korban Banjir Garut Butuh Makanan dan Obat-obatan
- Model Dylan Sada Tenggelam Pengaruh Alkohol dan Obat-obatan
- Overdosis Obat-obatan, Rapper DMX Kritis di Rumah Sakit
- Pasokan Obat-obatan dan Alat Kesehatan di Masa PPKM Darurat