Orangutan Tapanuli Terancam Punah, Apa Penyebabnya?

Orangutan Tapanuli atau Pongo Tapanuliensis terancam punah. Kini jumlahnya hanya tersisa sekitar 800-an ekor.
Pendiri COP, Hardi Baktiantoro dan ahli biologi dari COP, Indira Nurul Qomariah saat memberikan keterangan pers seputar Orangutan Tapanuli di Yogyakarta, Jumat 20 September 2019 (Foto : Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta - Orangutan Tapanuli atau Pongo Tapanuliensis terancam punah. Hewan yang menempati ekosistem Batang Toru, Kabupaten Tapanuli, Sumatera Utara ini jumlahnya terus berkurang. Saat ini yang hanya tersisa sekitar 800-an ekor.

Relawan Centre for Orangutan Protection (COP) dan sejumlah aktivis lingkungan menggelar aksi penyelematan Orangutan Tapanuli. Kampanye ini dipusatkan di Bundaran Kampus UGM Yogyakarta.

Ahli biologi dari COP, Indira Nurul Qomariah mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan populasi Orangutan Tapanuli berkurang drastis. Salah satu karena masa reproduksinya lambat.

Orangutan Tapanuli betina baru bereproduksi setelah usianya mencapai 12-15 tahun. Sedangkan untuk yang jantan lebih lama lagi, yakni saat usia 18-20 tahun.

Untuk bisa reproduksi minimal berusia di atas 12 tahun.

Selain itu, umumnya pada setiap kehamilan hanya akan melahir satu ekor anak. Orangutan Tapanuli sangat jarang melahirkan bayi kembar.

"Untuk bisa reproduksi minimal berusia di atas 12 tahun," katanya dalam keterangan pers di Yogyakarta, Jumat, 20 September 2019.

"Jangka hidup orangutan Tapanuli 50-60 tahun. Artinya satu orangutan betina hanya bisa memiliki 5-6 anak seumur hidupnya," kata Indira.

Baca juga: Kemarau Ancam Suaka Margasatwa di Kulon Progo

Faktor lain yang menyebabkan populasi turun dratis, kata Indira, adalah habitat yang terus berkurang. Ekosistem Orangutan menyusut karena maraknya pembalakan liar, kebakaran hutan, konversi lahan untuk sawit.

"Berkurangnya area habitat ini juga karena adanya pembangunan jalan dan pembangunan PLTA (pembangkit listrik tenaga air) di ekosistem Batang Toru," ujar dia.

Di tempat yang sama, Pendiri COP, Hardi Baktiantoro mengatakanm pembangunan PLTA berkali-kali dikritik karena menjadi penyumbang habibat Orangutan berkurang.

Agus Djoko IsmantoSenior Adviser on Environment PT NSHE Agus Djoko Ismanto saat diwawancarai awak media di Yogyakarta, Jumat 20 September 2019 (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Menurut dia, proyek PLTA dengan melakukan pembangunan bendungan di Sungai Batang Toru otomatis mematahkan habitat Orangutan Tapanuli. Dampaknya akan semakin mempercepat kepunahan spesies langka ini.

"Sejak pertama kali diumumkan tahun 2012, proyek PLTA Batang Toru sudah menjadi sasaran kritik," kata dia.

"Orangutan Tapanuli ini harus menjadi kebanggaan karena hanya di Indonesia. Spesies ini dilindungi, tapi seperti sudah tidak dilindungi," kata dia.

Sementara itu, PT NSHE selaku pengelola proyek PLTA membantah pembangunan proyek akan menyebabkan kerusakan habitat Orangutan Tapanuli. Pembangunan pembangkit PLTA Batang Toru sudah melalui kajian-kajian yang dipersyaratkan termasuk Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).


Senior Adviser on Environment PT NSHE Agus Djoko Ismanto mengatakan, selain AMDAL, pihaknya juga sudah melaksanakan kajian Environmental and Social Impact Assessment (ESIA) yang menunjukkan komitmen kuat perusahaan untuk juga mendorong kelestarian flora dan satwa liar.

"Termasuk mendorong pelestarian Orangutan Tapanuli yang merupakan satwa endemik di hutan Batang Toru," ujarnya.

Dia mengatakan, saat ini PT NSHE telah menjalin kerjasama dengan Yayasan PanEco dalam menjaga keberadaan Orangutan Tapanuli yang berpusat di Swiss. Pemerintah Indonesia mendukung penuh kerja sama ini dalam mengamankan masa depan Orangutan Tapanuli serta habitatnya di Batang Toru.

Agus mengatakan, PT NSHE sangat terbuka untuk berdialog dengan siapa pun. Pihaknya juga siap bertukar pikiran demi mewujudkan Indonesia rendah emisi dari sisi energi dan juga menjaga kelestariaan kawasan ekosistem Batang Toru. []

Berita terkait
Detik-detik Sekawanan Hewan Ikut Upacara HUT ke-74 RI
Sekawanan hewan itu tampak gembira dan tenang sepanjang mengikuti upacara HUT ke-74 RI di Gianyar, Bali. Mereka menghormati bendera Merah Putih.
Polairud Gagalkan Penyelundupan 146 Satwa Dilindungi
Direktorat Kepolisian Air dan Udara (Polairud) Polda Jawa Timur (Jatim) berhasil menggagalkan penyelundupan 146 satwa yang dilindungi dari Papua.
Poldasu Periksa Warga Medan Simpan Satwa Liar Binturong
Seorang warga Kota Medan ditemukan menyimpan dan memelihara satwa liar dilindungi jenis binturong menjalani pemeriksaaan dan proses hukum.