Untuk Indonesia

Opini: Pertanian, YESS

Namun, seiring perkembangan zaman, paprika mulai digunakan pada aneka masakan.
Momen Hari Tani, Mentan Ajak Sri Sultan HB X Kolaborasi Pengembangan Pertanian. (Foto: Tagar/Kementan)


Zaki Nabiha*

Meskipun paprika tidak termasuk komponen kekhasan kuliner nusantara. Namun, seiring perkembangan zaman, paprika mulai digunakan pada aneka masakan. Bahkan beberapa masakan tradisional, paprika menjadi alternatif pengganti cabai rawit. Paprika dan cabai rawit sebetulnya masih dalam satu genus, Capsicum. Sama-sama mengandung capsaicin, senyawa yang menyebabkan rasa pedas.


Rasa pedas, bagi sebagian orang, selain menambah cita rasa, aromanya yang menyengat juga diyakini bisa membangkitkan nafsu makan. Memang, kuliner Indonesia dikenal dengan tingkat kepedasannya terutama masakan khas Minang. Selain pedas, cita rasa masakan khas Indonesia juga dikenal gurih karena adanya santan, berlemak, rempah yang melimpah serta rasa manis yang proporsional.

Cabai termasuk komoditas dengan tingkat kebutuhannya tinggi, tapi sangat rentan terhadap perubahan cuaca sehingga mempengruhi pasokan produksi. Ditambah adanya persaingan penggunaan lahan dengan komoditas lain memicu gejolak harga sehingga cabai turut andil meningkatnya inflasi. Oleh karena itu, penggunaan paprika yang dilakukan oleh pelaku usaha kuliner dan ibu rumah tangga bisa menjadi "jalan ninja" atas dinamika cabai saat ini.

Selama ini, penulis temukan paprika pada Spaghetti dan Pizza, dua penganan asal Italia. Rasa pedasnya memang tidak seperti cabai biasa yang dikonsumsi kebanayakan masyarakat Indonesia. Namun, ternyata, banyak jenis dan ragam paprika yang dibudidayakan di berbagai negara. Misalnya, Red Savina Habanero, paprika satu ini merupakan salah satu varietas dengan kandungan capsaicin tertinggi. Nilai Scoville Heat Unit (SHU) mencapai 500 ribu. Sementara, cabai terpedas di dunia saat ini dengan nilai SHU 2,2 juta adalah Carolina Reaper. SHU sendiri menunjukkan seberapa besar kandungan dan konsentrasi capsaicin.

Farah Rizki dalam bukunya, The Miracle of Vegetables menyebutkan bahwa agar paprika tumbuh dengan baik dibutuhkan kondisi agroklimat yang sesuai. Paprika dapat ditanam di daerah dataran tinggi. Suhu yang dibutuhkan berada pada kisaran 24 sampai 30o C pada siang hari dan 9 sampai 12oC pada malam hari. Namun paprika masih bertahan pada suhu 38oC.

Di Indonesia, ada beberapa sentra budidaya paprika terbesar, yaitu di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Kabupaten Bedugul, Bali, dan Kabupaten Sembalun, Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 2021, produksi paprika mencapai 81.938,30 ton.

Dalam buku tersebut, disebutkan juga berdasarkan warna, paprika dibagi menjadi empat jenis, yaitu merah, hijau, kuning dan oranye. Paprika merah memiliki kandungan gizi tertinggi. Negara penghasil paprika terbesar di dunia adalah Bulgaria, Hungaria, Maroko, Portugal, Spanyol, Serbia dan Montenegro.

Menjamurnya gerai restoran yang menyajikan masakan khas Eropa di kota-kota besar serta semakin populernya berbagai jenis makanan tersebut di kalangan anak muda merupakan peluang baru petani paprika. Di samping captive market seperti Hotel, restoran, katering (Horeka) dan pasar swalayan yang sudah rutin membutuhkan pasokan.

Satu dari sekian banyak petani yang menangkap peluang tersebut adalah Ghosiyatul Wakhidah. Ibu rumah tangga berusia 36 tahun ini berhasil mengembangkan paprika di bawah bendera Reagan Farm. Keterlibatan Ghosyia, begitu ia biasa dipanggil, tak lepas dari pengalaman orang tuanya yang lebih dahulu terjun menanam paprika di tahun 2005.

Kegagalan orang tuanya dalam menembus pasar baginya adalah pelajaran yang sangat berharga. Itu semua dijadikan bekal, sehingga di tahun 2013, Ghosyia bersama suaminya membulatkan tekad, menanam paprika merah, hijau, kuning dan ungu. Kini, omzet per bulan Reagen Farm yang berada di Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur mencapai Rp. 50 juta. Untuk memasarkan produknya, Ghosyia bekerja sama dengan Tani Hub, e-commerce yang saat ini memiliki jaringan pemasaran yang cukup luas.

Di tahun 2021, Ghosyia melalui program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) yang digulirkan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, mendapatkan hibah kompetitif (HK) sebesar Rp. 45.825.000. Dana tersebut kemudian Ghosyia manfaatkan untuk untuk membeli benih, polybag, slab, arang sekam, pupuk serta pestisida. Sampai saat ini, paprika yang ia tanam ada di tiga lokasi dengan total luas lahan 3.900 m2.

YESS adalah pengejawantahan cita-cita Kementan bersama International Fund for Agricultural Development (IFAD) dalam rangka mewujudkan regenerasi petani serta melahirkan wirausaha milenial tangguh dan berkualitas dari sektor pertanian. Isu regenerasi petani dan kewirausahaan hangat diangkat pada pertemuan Agriculture Minsisters Meeting (AMM) G20 tahun 2022 yang diselenggarakan di Bali beberapa waktu lalu.

Ada tiga isu prioritas dalam agenda AMM 2022, yakni membangun sistem pertanian dan pangan yang resilient dan berkelanjutan, mempromosikan perdagangan pangan yang terbuka, adil, dapat diprediksi, dan transparan, serta mendorong kewirausahaan yang inovatif melalui pertanian digital untuk meningkatkan taraf hidup petani di pedesaan.

Wirausaha muda yang menguasai teknologi digital menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dapat berkontribusi untuk mengubah pertanian pedesaan menjadi sektor yang lebih produktif dan menarik. Para wirausaha muda ini dapat menjadi pengusaha inovatif melalui perannya sebagai produsen, distributor, pemasar, dan penjual dengan menggunakan teknologi dan model bisnis yang inovatif.

"Sudah banyak contoh wirausaha muda di sektor pertanian yang melalui kreativitasnya dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian, baik melalui kualitas, keamanan, fungsi, maupun penciptaan produk olahan baru yang sesuai dengan preferensi konsumen. Semua ini menunjukkan adanya potensi besar bagi wirausaha muda berbakat untuk menjadi motor penggerak perubahan pertanian konvensional menjadi lebih modern dan berkelanjutan," kata Mentan ketika secara resmi membuka kegiatan Global Forum, kegiatan awal dari rangkaian AMM G20 tahun 2022,di Bali, Selasa (27/9).

Ghosyiatul adalah satu dari sekian banyak anak bangsa yang meyakini bahwa sektor pertanian hari ini dan masa yang akan datang adalah sektor yang menjanjikan. Dan, dari paprika, Ghosyi sudah membuktikan, bukan hanya rasanya yang sedikit manis dan pedas tapi juga bisa meraup cuan yang signifikan.


*ASN di Kementerian Pertanian

Berita terkait
Majukan Sektor Pertanian, Program Electrifying Agriculture PLN Raih Penghargaan
PT PLN (Persero) meraih penghargaan Community Empowerment of The Year dalam ajang Marketers Editors Choice Award 2022.
Hadiri Pertemuan Para Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian G20, ini Agenda Mentan SYL di Amerika
Hadiri Pertemuan Para Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian G20, ini Agenda Mentan SYL di Amerika.
Opini: Hari Tani dan Momentum Akselerasi Pertanian Organik
Hanya dengan luas 12 ribu kilo meter per segi, hampir setengah dari luas provinsi Jawa Barat, Falkland menjadi salah satu produsen pertanian.