Opini: Kamisan UWKS dan Upaya Bangkitkan Dinamika Pemikiran dan Dialektika di Lingkungan Kampus

Dinamika pemikiran yang dulu begitu kuat kini terlihat semakin memudar di lingkungan universitas tersebut.
Diskusi kegiatan kamisan UKWS

TAGAR.id, Jakarta - Kampus selalu dikenal sebagai tempat yang penuh dengan dinamika pemikiran dan dialektika yang gurih, tetapi sayangnya, tren ini tampaknya semakin meredup. Hari ini, kita meratapi hilangnya esensi intelektual yang dulu menghidupi atmosfer kampus khusus salah satunya adalah Universitas Wijaya Kusuma Kota Surabaya.

Universitas Wijaya Kusuma, yang dulu menjadi tempat berkembangnya dinamika pemikiran dan dialektika intelektual, kini meratapi kehilangan esensi yang membuatnya istimewa. Dinamika pemikiran yang dulu begitu kuat kini terlihat semakin memudar di lingkungan universitas tersebut.

Oleh karena itu beberapa mahasiswa Fakultas Hukum UWKS mengambil langkah berani untuk memulihkan dinamika pemikiran dan dialektika intelektual yang kini tampak memudar di lingkungan kampus. Dengan inisiatif yang diberi nama Kajian Mahasiswa Kekinian atau yang disingkat "KAMISAN UWKS".

Ini merupakan sebuah komitmen dan langkah kolektif untuk membangkitkan semangat intelektual yang pernah menjadi ciri khasnya.

Namun, tidak sendirian muncul juga gerakan baru yang yang mengusung topik-topik SITNAS (Situasi nasional) dan khazanah ke ilmuan bernama Lorong studi fisip yang digagas oleh mahasiswa Fisip Universitas Wijaya Kusuma.

Tentunya ini merupakan sebuah kolaborasi menarik dan menggairahkan demi bangkitnya semangat gerakan intelektual dan daya berpikir kritis bagi mahasiswa UWKS.

Setelah satu bulan secara berkelanjutan disetiap hari Kamis berjalan dan berkolaborasi tentunya dengan berbagai macam topik pembahasan serta dengan misi yang dibawa, akhirnya KAMISAN UWKS dan Lorong studi fisip mendapatkan atensi daripada pihak birokrat dan civitas akademika universitas.

Wakil Rektor bidang kemahasiswaan UWKS, Bapak Edi Krisharyanto, memberikan apresiasi dan menyatakan, "KAMISAN UWKS adalah langkah konkret untuk menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapi oleh intelektualisme di kampus. Saya percaya bahwa pemulihan dinamika pemikiran dan dialektika adalah esensial dalam membentuk generasi yang kritis dan berpikir secara radikal gerakan gerakan diskusi seperti ini pastinya akan saya dukung penuh."

Maka dari itu KAMISAN UWKS bersama dengan Lorong Studi Fisip mengajak semua pihak terkait, baik mahasiswa , dan seluruh civitas akademika untuk bekerja bersama-sama dalam memulihkan semangat intelektual yang kini terlihat memudar.

Universitas Wijaya Kusuma harus tetap menjadi tempat yang mendorong pertumbuhan pemikiran, dialog yang mendalam, dan perdebatan yang sehat. Dengan upaya bersama, kita dapat mengembalikan kejayaan dinamika pemikiran dan dialektika di kampus budaya tercinta ini yaitu Universitas Wijaya Kusuma kota Surabaya.

Hidup Mahasiswa!


M Fadil Tegar Syafian, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya*





Berita terkait
Opini: Keputusan MK
Hari ini MK menolak gugatan PSI, mengubah batas minimum usia Capres/Cawapres dari 40 menjadi 35 tahun.
Putusan MK Patahkan Opini Negatif, Pulihkan Citra Presiden Jokowi, Patahkan Hasrat Prabowo
Mahkamah Konstitusi atau MK menolak gugatan uji materi tentang batas usia calon presiden dan calon wakil presiden yang dijaukan PSI.
Opini: Organisasi Mahasiswa: Lanjut atau Bubar?
Konsekuensi dari pergaulan mahasiswa yang makin luas tersebut adalah pergeseran spektrum atau paradigma berpikir dan gerakan mahasiswa itu sendiri.