Saya mendapat kabar, Vladimir Putin sangat ingin membangun energi nuklir di Indonesia.
Lepas berita itu hoaks atau benar, berita itu sangat masuk akal, ditinjau dari kesejarahan hubungan sangat baik antara RI dan Rusia.
Jauh sebelum Habibie membuat Puspitek Serpong di era rezim Orba, Bung Karno dengan pola pikir yang sangat futuristik, menyiapkan lahan di Serpong untuk dibangun Desa Penelitian kerja sama dengan Rusia fokusnya di energi nuklir.
Hampir bersamaan, Bung Karno meresmikan Water Pool Research Nuclear Reactor type Triga Mark II di Bandung.
Fokusnya selain sebagai Research Nuclear Reactor, juga fasilitas irradiasi produksi isotop radioaktif untuk keperluan industri dan kedokteran.
Bagi saya pribadi, Bung Karno bukan hanya sangat layak sebagai Presiden seumur hidup, Panglima Tertinggi Angkatan Perang, Proklamator Kemerdekaan RI, Pemimpin Besar Revolusi.
Ia juga seorang negarawan sejati yang paham betul membangun negaranya. Nobody can tell him what he should do!
Jika Vladimir Putin benar-benar ingin membangun energi nuklir di Indonesia, tangkap peluang.
Di saat sumber daya alam khususnya bahan bakar fosil belum dieksploatasi secara masif seperti sekarang, dan tren dunia sedang bereforia dengan energi fosil, pemikiran Bung Karno melompat jauh ke depan menyiapkan energi nuklir untuk bangsanya.
Setelah Bung Karno dipaksa turun oleh rezim Orba, rezim Orba-pun menurut saya banyak melanjutkan program-program Bung Karno, salah satunya Puspitek Serpong.
Saya menginjakkan kaki di Puspistek Serpong tahun 1987, ketika saya mengambil data untuk Skripsi S1 Teknik Nuklir, FT-UGM dari Reaktor Nuklir Serbaguna 30 MW GW.
Siwabessy, adalah jenis High Flux Research Nuclear Reaktor (10 exp(15) neutron/cm2) atau Testing Materials Nuclear Reactor, yang dilengkapi dengan fasilitas high angle neutron diffraction untuk riset sifat magnetik material superkonduktor.
Reator Nuklir Serbaguna 30 MW GW Siwabessy adalah reaktor nuklir riset termaju di jamannya buatan Interatom, Jerman.
Ternyata, yang saya lihat di tahun 1987, bagi Indonesia dan menurut saya, hanyalah fatamorgana. Karena, pasca rezim Orba runtuh, rezim-rezim berikutnya hanyalah penakut alias gombale mukiyo dalam membangun energi nuklir.
Kita saat ini, suka atau tidak suka, diakui atau tidak, memasuki fase krisis energi listrik. Masihkah kita mengandalkan batubara sebagai base load energi nasional?
Mengapa tidak segera memulai membangun energi nuklir? Dari saya masih mahasiswa S1 Teknik Nuklir UGM (1984-1988), hingga sekarang yang ada hanyalah seminar-seminar, dan materinya hanya itu-itu saja.
Dan ujung-ujungnya sebuah kesimpulan, energi nuklir adalah pilihan terakhir. Kapan majunya?
Jika Vladimir Putin benar-benar ingin membangun energi nuklir di Indonesia, tangkap peluang. Sekalian bikin bom nuklir, apa susahnya?
Ingat, negara yang menguasai ilmu dan teknologi nuklir, tidak akan pernah dikendalikan dan dilecehkan negara lain.
*Akademisi Universitas Gadjah Mada