Opini: Fast Second Wave

Teoritis, second wave memang dibutuhkan untuk tujuan Herd Immunity. Namun, Herd Immunity bisa dicapai juga lewat vaksinasi.
Warga antre untuk mendapatkan vaksin Covid-19 pada vaksinasi massal di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, 15 Juni 2021 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Kenaikan laju infeksi Covid-19 di tanah air sangat signifikan saat ini. Sebab utamanya adalah mudik Lebaran 2021. Ini fakta.

Beragamanya interpretasi kebijakan Pemerintah Pusat tentang larangan mudik Lebaran 2021, tidak hanya terjadi di masyarakat awam, namun juga terjadi di level pejabat daerah yang mustinya bisa berfikir hening, rasional dan bijak.

Larangan mudik Lebaran 2021 sangat tepat. Karena, aliran massa manusia dengan jumlah yang sangat besar, sangat potensial saling menulari, sehingga akan menaikkan laju infeksi Covid-19. Masalahnya bukan nak lara ya ditambani, bukan itu masalahnya.


Teoritis, second wave memang dibutuhkan untuk tujuan Herd Immunity. Namun, Herd Immunity bisa dicapai juga lewat vaksinasi.



Masalahnya adalah jika laju infeksi Covid-19 kenaikkannya tidak terkendali, maka fasilitas kesehatan (faskes) akan kuwalahan menanganni, akibatnya angka kematian pasti naik dignifikan juga. Nak lara ya ditambani jelas ungkapan bias paham tentang larangan mudik lebaran 2021.

Fakta sekarang kita hadapi bersama, bahwa laju kenaikan infeksi Covid-19 di tanah air, khususnya di Pulau Jawa naik signifikan. Bisa jadi ini second wave bagi Indonesia, dimana peluangnya akan sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari yang pertama yang di kisaran angka 16 ribu pasien baru perhari.

Kita memang harus waspada Kalau saya tidak salah, mohon maaf kalau keliru, Menkes RI memprediksi akhir Juni 2021 laju infeksi harian bisa di kisaran 100 ribu.

Teoritis, second wave memang dibutuhkan untuk tujuan Herd Immunity. Namun, Herd Immunity bisa dicapai juga lewat vaksinasi. Dan jauh lebih baik, untuk menghindari kompleksitas di faskes.

Mari kita buka data-data di negara maju: Jerman, Perancis, UK, USA, Italia,  mereka mempunyai uang lebih banyak dan kesempatan lebih besar memperoleh vaksin dibandingkan Indonesia. Faktanya, semuanya lewat jalan second wave.

Pernyataan nak lara ya ditambani jelas sudah kehilangan makna.

Saya sependapat dengan kebijakan Pemerintah Pusat, bahwa phyisical lockdown bukan tipikal Indonesia. Kalau serius mau lockdown, mending lockdown saja nalar dan mentalnya agar bisa menjadi bangsa yang mudah diatur.

Apa artinya physical lockdown, kalau realitanya pejabat daerah tidak mampu menyediakan anggaran untuk biaya kehidupan selama lockdown bagi rakyat miskin. Jelas tidak digubris oleh rakyat.

Pemerintah pusat sudah benar yaitu sebagai berikut:

1. Vaksinasi

2. Prokes.

Indonesia tak perlu lockdown. Saran saya ke Pemerintah Pusat adalah prioritaskan vaksinasi di Pulau Jawa dan tuntaskan secepat mungkin. Jawa adalah sumber masalah.

Pemerintah Pusat mustinya menerapkan kewenangannya, lebih-lebih ini Bencana Nasional non alam, bersikap tegas terhadap pejabat daerah yang melawan kebijakan pemerintah pusat.

Saya menolak Jogja di-lockdown. Itu bukan solusi. Masak kalah sama Pegadaian: menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah.

Sekali lagi kebijakan pemerintah pusat tepat, dan langkah pak Jokowi dalam menangani pandemi Covid-19 di tanah air sungguh luar biasa. Yang susah diatur itu orangnya.

* Akademisi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Baca Juga: Jokowi Minta Anies Jalankan Herd Immunity di Jakarta

Berita terkait
Irma Chaniago: Corona Merajalela, Haruskah Jakarta Lockdown?
Jakarta sedang tidak baik-baik saja. Irma Suryani Chaniago mengatakan Jakarta tidak perlu lockdown kalau para pihak mampu memenuhi beberapa syarat.
Wakil Ketua MPR Usulkan Lockdown Akhir Pekan
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengusulkan kepada pemerintah untuk melakukan lockdown akhir pekan untuk tekan penyebaran covid-19 di Indonesia.
Inggris Perpanjang Lockdown Covid-19 Sampai 19 Juli 2021
PM Johnson telah menunda rencana penghapusan kebijakan pengetatan terkait pandemi virus corona (Covid-19) selama satu bulan
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.