Opini: Balihomu Tidak Akan Mengubah Takdirmu

Apa yang terjadi, jika HTI dan FPI tidak dibubarkan? Bukan hanya 2024 yang gelap gulita, NKRI terancam dan Ibu Pertiwi pun bersusah hati.
Ilustasi - (Foto: Tagar/Pexels/Athena)

Kontestasi politik 2024 sepertinya akan meriah, hingar bingar dan menggelikan. Politikus ceret borot terlalu percaya diri melacurkan dirinya dengan langkahnya yang tidak membumi dan berkesan asal tampil. Percaya diri yang menjerumuskan orang banyak.

Cara yang paling ampuh untuk melihat elektabilitas sesorang adalah survei politik. Yaitu survei yang dilakukan dengan metoda yang benar dan kecukupan data yang memadahi. Artinya data sampel merepresentasi data populasi.

Jika hasil survei menunjukkan rentang yang begitu lebar, misal dari kisaran 45 % hingga 5 %, menunjukan persaingan yang tidak seimbang antara si Jumbo dan si Cindhil.

Saran saya gapailah cita-cita dengan prestasi, publikasi memadahi dan proporsional, dan meminimalkan konflik. Biarlah anjing menggonggong, kalifah tetap berjalan. Rasah digubris.

Balihomu tidak akan mengubah takdirmu.

Politik adalah sistem yang dinamis dan sensitif. Sembunyi dibalik istilah politik, banyak politikus menggunakan survei politik untuk membangun opini, bukan mengungkap fakta dan realita demi mempopulerkan Si Kunyuk anak si Gembul, bayi cenger yang belum hilang pupuk lempunyange untuk menjadi Presiden. 

Survei politik kadang atau bahkan dalam banyak hal dijadikan dalih atas dukungan politik ke seseorang, walau hasil surveinya tidak dipaparkan secara terbuka, hanya karena survei abal-abal, alasannya survei internal.

Bagi saya ini bentuk kejahatan politik, karena hanya membodohi dan menjerumuskan rakyat. Sama sekali tidak ada pendidikan politik ke rakyat perihal elegansi suatu persaingan terbuka yang fair.

Mbokdhe Junti tidak perlu menerapkan konsep Jawa, kencana wingka. Wingka adalah tugelan genting, barang tidak laku dijual, tidak usah dilambungkan seolah-olah sebagai kencana.


Saran saya gapailah cita-cita dengan prestasi, publikasi memadahi dan proporsional, dan meminimalkan konflik. Biarlah anjing menggonggong, kalifah tetap berjalan. Rasah digubris.


Yang membuat saya bahagia adalah, selama Presiden Jokowi berkuasa, mainstream politik kebangsaan kembali diteguhkan, walau riak-riak politik kadrun masih ada dan sangat annoying.

Apa yang terjadi, jika HTI dan FPI tidak dibubarkan? Bukan hanya 2024 yang gelap gulita, NKRI terancam dan Ibu Pertiwi pun bersusah hati.

Calon Presiden RI pasca pak Jokowi harus semakin meneguhkan politik kebangsaan dan membuang politik kadrun atau politik identitas. Kelompok kadrun dengan parpol radikalnya harus terus dipepet, bila perlu dibinasakan seperti DI/TII di era Bung Karno dahulu.

Indonesia adalah negara kebangsaan yang menghormati kehidupan beragama.

Yang waras ngalah adalah istilah menyesatkan. Yang waras justru harus lantang bersuara sambil merapatkan barisan menghadang musuh yang merongrong Pancasila, keutuhan NKRI dan kebhinnekaan Indonesia.

Saran saya ke politikus, hentikan hobinya memasang baliho. Saat ini masa pandemi Covid-19, rakyat sedang perihatin, jangan justru diganggu dengan suguhan tontonan yang memuakkan. Berpolitiklah dengan nurani. Balihomu tidak akan pernah berujung takdirmu.

Saat ini, saya belum memutuskan mendukung capres tertentu secara terbuka. Masih terlalu dini. Aja dhemen nggege mongso. Wait and see. Saya justru lagi asyik nonton politikus yang lagi sibuk menyembunyikan muka bopengnya agar bisa tampil cantik dan menawan.

Playmaker 2024 adalah TNI-Polri. Terimakasih.


*Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Ketua Dewan Pakar Seknas Jokowi

Berita terkait
Golkar: Baliho Airlangga Hartarto Upaya Sosialisasi Capres
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tandjung mengatakan baliho Airlangga Hartarto merupakan bentuk upaya sosialisasi Capres 2024.
Timboel: Baliho Politik Jalankan Roda Ekonomi Rakyat
Koordinator Advokasi BPJS Watch, Timboel Siregar mengatakan baliho politik para tokoh itu merupakan hal yang baik.
PDIP: Puan Sudah Terkenal, Tak Perlu Pakai Baliho
Politisi Kapitra Ampera menilai sosok Ketua DPR RI Puan Maharani sudah terkenal sampai ke pelosok Indonesia sehingga tak perlu menggunakan baliho.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.