Jakarta – Munculnya varian baru dari Covid-19 yakni Omicron membuat International Monetary Fund (IMF) akan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada Oktober lalu. Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.
“Varian baru yang mungkin menyebar sangat cepat dapat merusak kepercayaan, dan dalam hal itu, kami kemungkinan akan melihat beberapa penurunan proyeksi pertumbuhan global Oktober kami,” kata Georgieva dalam konferensi Reuters Next pada Jumat, 3 Desember 2021.
Jika dilihat kembali, IMF memang sempat memproyeksikan pertumbuhan ekonomi yang akan menyentuh angka 5,9 persen di tahun ini dan 4,9 di tahun depan. Namun, merujuk pada varian Omicron yang setidaknya sudah menyebar di 40 negara, ketidakpastian dalam penanganan Covid-19 ini harus kembali diperhitungkan.
Kenyataannya adalah 2022 akan menjadi tahun yang sangat mendesak dalam hal berurusan dengan utang.
Kini perekonomian setiap negara turut dihantui dengan kata inflasi. Masalah rantai pasokan secara global, distribusi vaksin yang tidak merata, lonjakan permintaan di banyak negara maju, kekurangan bahan baku, hingga krisis di berbagai sektor juga menjadi alasan dari balik kata inflasi akhir-akhir ini.
- Baca Juga: Harga Minyak Naik, Ekonomi Global Mulai Tumbuh Positif
- Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tetap Tumbuh Positif di Kuartal 3-2021
Merujuk pada kata inflasi yang menjadi ketakutan terbesar setiap negara, Georgieva mengatakan bahwa inflasi yang tinggi di Amerika Serikat juga harus ditangani oleh para pembuat kebijakan. Namun, dikarenakan besarnya tekanan harga, perubahan kebijakan dapat terjadi pada ekonomi lainnya.
Tak ingin melupakan permasalahan terbesar dalam perekonomian, Georgieva menyerukan setiap negara untuk merestrukturisasi utang-utang mereka agar beban utang, khususnya di negara-negara berkembang, tidak menjadi hambatan dalam jangka panjang.
Demi menyokong permasalahan yang kerap terjadi, baik dalam masalah krisis di berbagai negara hingga penanganan Covid-19 yang masih memerlukan banyak biaya dikarenakan tidak pastinya waktu berakhir penanganan, setiap negara mesti mengingat bahwa perekonomian akan semakin menajam di tahun 2022.
“Kenyataannya adalah 2022 akan menjadi tahun yang sangat mendesak dalam hal berurusan dengan utang,” ujar Georgieva.
- Baca Juga: Kunci Pertumbuhan Ekonomi 2022 Hanya Pengendalian Pandemi
- Baca Juga: Ekonomi Mulai Bangkit, Bank BUMN Salurkan Kredit Rp 2.888 Triliun
Meskipun banyak negara yang terus mengatakan untuk tidak panik dalam menghadapi varian Omicron ini, negara tetap waspada akan dampak dari penyebaran. Hal ini juga sejalan tentang penetapan Omicron sebagai Varian of Concern (VOC) oleh World Health Organization (WHO) pada akhir November lalu.
Namun, tak sedikit juga yang memperkirakan varian Omicron ini akan memengaruhi perekonomian global hingga level menengah saja. Perkiraan ini disebabkan oleh gejala-gejala yang dapat dikatakan cukup ringan dan vaksin-vaksin yang tetap berfungsi secara efektif.
(Rana Maheswari Ummaraih)